• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 29 April 2024

Opini

HARI SANTRI 2021

Santri Milenial di Era Digital, Momentum Santri dari Masa Lalu ke Masa Kini

Santri Milenial di Era Digital, Momentum Santri dari Masa Lalu ke Masa Kini
Foto: Ilustrasi (jalandamai.org)
Foto: Ilustrasi (jalandamai.org)

Sahabat Santri Indonesia, tidak ada satu bulan lagi akan ada hari kemenangan para santriwan-santriwati di Indonesia bahkan di seluruh penjuru dunia. Pada tanggal 22 Oktober setiap tahunnya diperingati sebagai hari santri nasional. Ini mengandung makna bahwa santri adalah bagian dari berkembangnya suatu Negara bahkan di kelas dunia Indonesia disebut sebagai Negara terbesar dan terbanyak jumlah pesantren dan terkhusus santri-santrinya.

 

Pesantren Lirboyo di Kediri, Tebuireng di Jombang, Pesantren Buntet Cirebon, Pesantren Asrama Pendidikan Islam Magelang, Pesantren Sidogiri Pasuruan, dan masih banyak pesantren lainnya di Indonesia adalah bukti nyata bahwa peradaban Indonesia lahir dari santri dan pesantren. Karena melalui pesantren para santri dididik untuk takdim dan ikhlas dalam mencari ilmu atau dalam bahasa pesantren disebut dengan ngalap barokahipun poro masyayikh (mengharap berkah dari para ulama). 

 

KH Wahab Khasbullah adalah pencetus resolusi jihad Nahdlatul Ulama. Sang Patriot yang gagah dan berani menentang penjajah demi terwujudnya kemerdekaan Republik Indonesia ini. Melalui wasilah KH Wahab Khasbullah inilah hendaknya para santri semakin semangat dalam mencari keilmuan, keberkahan, dan tentunya kemanfaatan di masa depan. 

 

Dalam dawuhnya KH Hasyim Asy'ari menyampaikan 'siapa yang mau mengurusi NU maka aku anggap dia santriku, seluruh keluarga dan keturunannya khusnul khotimah'. Perkataan dari Rais Akbar Jamiyah Nahdlatul Ulama inilah yang membuat santri semakin semangat dan memikirkan jangka ke depan bahwa di tangan pemuda khususnya santri, dunia ini akan terjaga baik secara akidah, ilmu, budaya, dan warisan para ulama yang banyak berpesan untuk ngopeni (merawat) ajaran Ahlussunnah Waljamaah. 

 

Melalui pesantren, santri belajar tentang ilmu nahwu shorof, jurumiyah, aqidah, ilmu hikmah, bahkan sampai saat ini santri mampu bersinergi dengan zaman. Para santri sudah banyak yang berprestasi baik secara digital maupun klasik. Santri mampu membuat dunia terpana karena keahlian dan keilmuan yang mumpuni seperti juara dunia MTQ, juara bidang tekhnologi, dan santri tentunya mampu dan bisa mengharumkan nama Indonesia dan NU.

 

Santri masa kini sudah tersebar di penjuru dunia seperti Prof Nadirsyah Hosen Rais PCINU Australia New Zealand, santri yang memimpin bangsa ini yaitu Prof KH Ma’ruf Amin sebagai wakil presiden, KH Abdurahman Wahid yang biasa disapa Gus Dur termasuk adalah yang pernah memimpin bangsa ini. 

 

Sahabat santri nusantara, kalau kita melihat sejarah masa lalu bahwa beberapa pejuang kemerdekaan ini termasuk di antaranya adalah RA Kartini yang pernah menjadi murid KH Soleh Darat Semarang yang dianggap oleh KH Soleh Darat sebagai santri dengan ide dan gagasannya untuk menuliskan tafsir Qur'an berbahasa jawa. Pangeran Diponegoro sebagai panglima perang termasuk juga santri yang berjuang untuk meraih kemerdekaan ini. Sampai dalam sejarah babad tanah jawa beliau dikenal dengan panglima perang yang warisannya adalah Al-Qur'an, tasbih, dan kitab lain. 

 

Sahabat santri nusantara, kembali pada zaman modern ini, kita mengenal dengan dunia teknologi. Segala fasilitas seperti internet, media, dan pendukung lainnya termasuk bekal seorang santri tidak hanya fokus pada dunia salaf tetapi mengimbangi dengan dunia teknologi. Banyak santri yang berprestasi dari mulai santri bisa memimpin desa sampai seorang santri bisa memimpin negara, dari santri salaf sampai santri yang melek dunia digital.

 

Menjadi santri di era digital adalah yang paham dunia digital tetapi tidak meninggalkan dunia salaf. Sehingga apabila seimbang maka santri semakin produktif, mengisi konten seperti tulisan keaswajaan, teknologi, opini yang mampu membangkitkan semangat dan berproses dalam keilmuan. 

 

Para ulama kita seperti Rais Akbar NU KH Hasyim Asy'ari telah menitipkan ilmu yang harus kita bersama jaga, para founder father telah banyak menitipkan aset yang tentu harus dirawat dan dikembangkan. Santri milenial masa kini harus aktif di media sosial dengan semangat berjuang mengisi konten-konten yang humanis, islami, toleran, dan moderat demi memfilter situasi yang ekstrem. Santri dari pesantren setelah lulus diharapkan mampu memimpin masyarakat dan menjadi pelopor persatuan dan kesatuan demi merawat cita-cita para ulama dan pendiri bangsa ini. 

 

Hari santri nasional 22 Oktober diperingati setiap tahunnya sebagai masa mengenang perjuangan para ulama dan tentunya membangkitkan semua santri yang sedang berjuang menuntut ilmu dan mengembangkan keilmuannya. Dari santri untuk Indonesia, dari pesantren untuk dunia. Semoga bermanfaat.


 

Handika Naufal Husni, aktivis NU Brebes, tinggal di Desa Rengasbandung, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes


Opini Terbaru