Opini

Membiasakan Ramadhan Usai Lebaran

Senin, 17 Mei 2021 | 11:00 WIB

Syukur alhamdulillah, Hari Raya Idul Fitri telah tiba. Setelah 30 hari penuh menjalankan ibadah Ramadhan, gemuruh takbir menjelang sore di hari ke-30 bulan tersebut menjadi penanda bahwa hari esoknya, kita umat Islam akan merayakan hari yang ditunggu, hari kebanggaan serta kemenangan. 


Tulisan ini dibuat H+1 lebaran (Hari Raya Idul Fitri), setelah khatib Jumat (14/5) mengingatkan para jamaah yang salah satunya saya untuk memaknai hari raya bukan hanya sebagai perayaan seremonial saja, yaitu merayakan terlepasnya kewajiban untuk menahan makan, minum, dan hawa nafsu.


Lebih dari itu, hadirnya kembali hari raya Idul Fitri, harusnya dapat menjadikan diri kita sebagai pribadi yang lebih baik, yang memang merupakan tujuan/esensi dari hadirnya Ramadhan. Mengutip dari apa yang disampaikan beberapa guru yang mengatakan bahwa Ramadhan ini layaknya adalah sekolah, maka selesai ber-sekolah, sudah seharusnya ada ilmu, pelajaran, pengetahuan yang kita dapat dan kita mampu terapkan setelah menyelesaikan rangkaian kegiatan sekolah tersebut. Diri kita dididik oleh hadirnya Ramadhan untuk menjadi orang-orang yang bertakwa, yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. 


Rangkaian Ramadhan yang kita jalankan hakikatnya memang untuk mendisiplinkan diri, dalam menjalankan ibadah sebagai hamba Allah yang memang diciptakan untuk hal tersebut (baca : Surat Ad-Dzariyat - 56). Sejak pagi dini hari, kita bangun, qiyamul lail (dengan shalat Tahajud), makan sahur hingga menjelang waktu subuh sampai dengan waktu maghrib kita berbuka puasa, dilanjutkan dengan shalat isya, taraweh dan witir, menjadi waktu-waktu yang keseluruhannya baik dan berpotensi menghasilkan ganjaran pahala yang besar bagi pribadi-pribadi muslim yang dapat memanfaatkannya. 


Satu hari dalam bulan Ramadhan, menjadi waktu yang penuh dengan barakah, penuh dengan maghfirah dari Allah SWT. Oleh karena itu, kita sebagai pribadi muslim harus mampu memanfaatkan hal tersebut, dengan mengisi waktu-waktu yang ada dengan penuh juga menjalankan ibadah, mulai dari puasa yang memang diwajibkan, tadarus Al-Qur’an, berdzikir, bersedekah, dan amalan ibadah lainnya.


Tulisan ini dibuka dengan kalimat syukur Alhamdulillah, yang menandakan bahwa penulis dan harusnya juga para pembaca dapat bersyukur. Di tengah situasi pandemi yang serba membatasi saat ini, kita masih diberikan Allah kesempatan untuk menikmati hadirnya hari raya Idul Fitri, mulai dari melaksanakan shalat ied berjamaah, berkumpul bersama keluarga, bersilaturahmi dengan sanak famili, tetangga serta handai taulan sampai dengan menyantap makanan khas lebaran. 


Bagi pribadi-pribadi muslim yang telah menjalankan ibadah Ramadhan dengan penuh dan berusaha maksimal, hadirnya hari raya merupakan ganjaran, tanda kemenangan. Insyaallah, kita semua termasuk dari pribadi yang maksimal dalam melewati rangkaian Ramadhan, dapat mengambil ibrah atau pelajaran, meraih kemenangan, serta dapat predikat takwa dari Allah SWT. Hal itulah mengapa penulis memulai tulisan ini dengan ungkapan syukur. Alhamdulillahi Rabbil alaamiin.


Ungkapan syukur dan kegembiraan atas hadirnya lebaran (Hari Raya Idul Fitri) harus berhasil juga ditunjukkan dengan perubahan akan kualitas diri masing-masing dari kita, khususnya yang berkaitan dengan kualitas ibadah. 


Syekh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairomi dalam kitab Hasiyah al-Bujairimi alal Khatib mengatakan bahwa esensi dari hadirnya hari raya bukan hanya sekedar adanya hal-hal baru saja (contoh : baju lebaran), melainkan adanya peningkataan ketaatan dari pribadi-pribadi muslim tersebut pasca menjalankan rangkaian ibadah di bulan Ramadhan. Bagi pribadi yang siap, seharusnya pendisiplinan diri oleh Ramadhan akan berhasil membentuknya menjadi pribadi lebih baik yang ditunjukkan dengan peningkatan kuantitas serta kualitas dari ibadah pribadi tersebut. Misalnya, rutin berpuasa di luar bulan Ramadhan (puasa-puasa sunnah), lebih giat shalat berjamaah, rajin bersedekah dan bersilaturahmi, dan melaksanakan amalan ibadah lainnya secara lebih baik.


Judul dari tulisan ini, yaitu Membiasakan Ramadhan Usai Lebaran, maksudnya ialah ikhtiar untuk melanggengkan semangat beribadah kita pada bulan Ramadhan, di bulan-bulan selainnya. Harapannya tulisan ini dapat menjadi pengingat bagi penulis, memantik para pembaca untuk berikhtiar menjaga konsistensi (keistiqamahan) diri dalam beribadah. Penulis mengingat pesan dari salah satu gurunya, yang mengatakan bahwa istiqamah bukan hanya sekadar menjalankan ibadah secara terus menerus saja, tetapi istiqamah haruslah progresif. Maksudnya adalah istiqamah dalam beribadah juga harus ditunjukan dengan adanya peningkatan dari kualitas dan kuantitas dari ibadah yang dilakukan.


Semangat ibadah di bulan Ramadhan jika dimaknai dengan konsep istiqamah haruslah progresif artinya bukan hanya harus dijaga, melainkan juga harus ditingkatkan. Insyaallah kita dapat menjadi pribadi yang selalu dapat menjaga dan meningkatkan semangat, kualitas, serta kuantitas ibadah kita.


Dari saya, Muthahary Hayyurahman dan PMII Universitas Diponegoro, mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H, Insyaallah keberkahan dan kebahagiaan selalu Allah SWT limpahkan untuk kita semua.


Muthahary Hayyurahman, Ketua Pengurus Komisariat (PK) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Diponegoro