Ajie Najmuddin
Penulis
Sudah menjadi hal yang lumrah, bila datang momen Hari Raya Idul Fitri, kita mendapatkan banyak ucapan selamat dari para keluarga, sahabat, kolega, dan lain sebagainya. Tentu kita sendiri juga ikut mengirimkan ucapan serupa. Pesan tersebut, di masa kini biasanya terkirim melalui fasilitas media sosial. Harapannya dengan ucapan tersebut, silaturahim tetap terjaga, serta saling mendoakan satu sama lainnya.
Rupanya tradisi berkirim ucapan selamat di hari nan fitri ini sudah berlangsung sejak dulu. Bila di masa kini, ucapan tersebut disampaikan melalui media sosial dengan berbentuk video ataupun gambar, di masa lampau, tepatnya di masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, pesan tersebut baru dapat disampaikan melalui tulisan.
Termasuk organisasi Nahdlatul Ulama, yang kala itu sudah memiliki media bernama Berita Nahdlatoel Oelama (B.N.O), ikut menyampaikan pesan ucapan selamat berlebaran kepada masyarakat pada umumnya, dan khususnya kepada nahdliyin. Seperti halnya yang dimuat pada B.N.O edisi tanggal 15 April 1936 / 1354 H. Berikut ini isi ucapan selamat Hari Lebaran dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di masa tersebut (dengan penyesuaian EYD):
Menghaturkan selamat Hari Raya Aidil Fitri 1354 ke hadapan sekalian, ikhwanunal muslimin wal muslimat, pembaca B.N.O umumnya, wa khususon kaum Nahdliyin. Menghaturkan pula beberapa jenis kesalahan, kelalaian, kehilapan, dan kurangnya ta'addub, semasa duduk dalam kebesturan (kepengurusan), maupun sebelumnya.
Maka atas hal sedemikian, tentu sejumlah kami ampunya dosa haq adami, mohon dimaafkan sekaliannya, dari dunia hingga akhirat kelak.
Di samping inipun, tak lupalah kami sekalian bersedia memaafkan sekadar dosa saudara terhadap kami sekaliannya.
Dan mari kita berdoa pada Allah, juga bersama-sama disampaikan umur kita masing-masing sampai bertemu Idul Fitri yang akan datang, (tahun) 1355. Amin.
Selain ucapan Idul Fitri, dalam artikel tersebut juga memuat nama-nama pengurus HBNO (kini disebut PBNU) antara lain di bagian Syuriyah ada nama Rais Akbar KH Hasyim Asy'ari, kemudian KH Ridwan Abdullah, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Zuhdi Pekalongan, KH Abas Cirebon, KH Yasin Menes, KH Ma'shum Lasem, dan lain-lain. Sedangkan di bagian Tanfidziyah tertulis KH M Noer dari Surabaya, H Samil, dan lain sebagainya.
Penulis: Ajie Najmuddin
Editor: M Ngisom Al-Barony
Terpopuler
1
Abu Sampah Disulap Jadi Paving, Inovasi Hijau LPBI NU dan Banser Trangkil
2
Khutbah Jumat: Pelajaran Yang Tersirat Dalam Ibadah Haji
3
Semarak Harlah ke-75, Fatayat NU Wonogiri Gali Potensi Kader dengan Semangat Kartini
4
Kasus Pneumonia Jamaah Haji Meningkat, dr Alek Jusran Imbau Jaga Kesehatan
5
Gelorakan Dakwah Lewat Tulisan, NU Online Kumpulkan Jurnalis Muda Nahdliyin se-Jateng dan DIY
6
Muslimat NU DIY Gelar Bakti Sosial dan Pasar Murah Guna Ringankan Beban Masyarakat
Terkini
Lihat Semua