• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 2 Mei 2024

Opini

Hikmah Berperilaku Jujur

Hikmah Berperilaku Jujur
Foto: Ilustrasi (istimewa)
Foto: Ilustrasi (istimewa)

Pada konteks tertentu, sering kali sebagian dari kita menganggap perilaku jujur kadang disalahfahamkan dan bahkan sangat susah, karena menganggap bahwa berperilaku jujur itu sangat menyedihkan. Terlebih tak ada orang di dunia ini yang senang untuk dibohongi dalam sebuah hubungan, kepercayaan, dan amanah yang telah diberikan. Tentunya semua ingin sebuah kejujuran meskipun dirinya sendiri sering berbohong. Jika seseorang ketahuan telah dibohongi dengan berbagai situasi dan alasan, kerap menimbulkan rasa sedih, marah, dan sakit hati. Kebohongan tak jarang mengakibatkan putusnya hubungan profesional, pertemanan, hingga persaudaraan.

 

Terkadang orang mengatakan, berbohong untuk kebaikan, namun perbuatan apapun itu jika berbohong maka sangat tidaklah dianjurkan terlebih dalam hubungan percintaan, persahabatan, dan keluarga. Selain tidak baik untuk yang dibohongi, berbohong juga tidak baik untuk kesehatan jiwa dan kondisi mental kita, karena setelah berbohong kamu akan merasa khawatir bagaimana jika kebohongannya terbongkar.

 

Jujur atau kejujuran merupakan perilaku yang mengacu pada aspek karakter, baik moral dan berkonotasi sikap positif dan berbudi luhur seperti halnya integritas, kejujuran, dan keterusterangan, termasuk keterusterangan pada perilaku dan beriringan dengan tidak adanya kebohongan, penipuan, perselingkuhan, dan lain-lain. Selain itu, kejujuran berarti dapat dipercaya, setia, adil, dan tulus. kejujuran dihargai di banyak budaya etnis dan agama. Dan menurut Mohamad Mustari (2011: 13-15), pengertian jujur adalah suatu perilaku manusia yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap dirinya maupun pihak lain
    

 

Perihal mengenai perilaku jujur disini ada hadits sebagai berikut:

 

عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ أَمَرَنِى خَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- بِسَبْعٍ أَمَرَنِى بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ وَأَمَرَنِى أَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِى وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِى وَأَمَرَنِى أَنْ أَصِلَ الرَّحِمَ وَإِنْ أَدْبَرَتْ وَأَمَرَنِى أَنْ لاَ أَسْأَلَ أَحَداً شَيْئاً وَأَمَرَنِى أَنْ أَقُولَ بِالْحَقِّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا وَأَمَرَنِى أَنْ لاَ أَخَافَ فِى اللَّهِ لَوْمَةَ لاَئِمٍ وَأَمَرَنِى أَنْ أُكْثِرَ مِنْ قَوْلِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ فَإِنَّهُنَّ مِنْ كَنْزٍ تَحْتَ الْعَرْشِ

 

Artinya: "Dari Abu Dzaar, ia berkata, “Kekasihku Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan tujuh hal padaku : mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka. Beliau memerintah agar melihat pada orang di bawahku (dalam hal harta) dan janganlah lihat pada orang yang berada di atasku. Beliau memerintahkan padaku untuk menyambung tali silaturahim (hubungan kerabat) walau kerabat tersebut bersikap kasar. Beliau memerintahkan padaku agar tidak meminta-minta pada seorang pun. Beliau memerintahkan untuk mengatakan yang benar walau itu pahit. Beliau memerintahkan padaku agar tidak takut terhadap celaan saat berdakwa di jalan Allah. Beliau memerintahkan agar memperbanyak ucapan 'laa hawla wa laa quwwata illa billah' (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), karena kalimat tersebut termasuk simpanan di bawah ‘Arsy”. (HR. Ahmad 5: 159. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih, namun sanad hadits ini hasan karena adanya Salaam Abul Mundzir).

 

Di kitab Syarah Misykatul Mashobih dalam redaksi hadits lain yang sedikit berbeda, tertulis:

 

قلت : زدني . قال : قل الحق وإن كان مرا

 

Abu dzar berkata : “Tambahkanlah wasiatnya wahai Rasulullah SAW ” Rasulullah bersabda: ”Katakanlah yang benar walaupun kebenaran itu pahit “. (HR. Ahmad, At Tabrani, Ibnu Hibban dan Al Hakim ), Al-Hakim berkata: “Sanadnya Shohih”.

 

( قلت : زدني قال : قل الحق وإن كان ) أي : وإن كان قول الحق على النفس أو عند أهل الباطل المتلهين بالحلويات النفسانية ( مرا ) أي : صعب المذاق وشديد المشاق وأنشد :  لن تبلغ المجد حتى تلعق الصبرا قال الطيبي : شبه الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر في من يأباهما بالصبر ، فإنه مر المذاق لكن عاقبته محمودة .

 

Artinya: “katakanlah yang benar walaupun perkataan yang benar itu sulit dan sangat berat bagi diri sendiri atau bagi orang orang yang ahli kebatilan yang bersenang-senang dengan manisnya nafsu. Sebagaimana syair: ”Engkau tidak akan mencapai kemuliaan hingga engkau merasakan kesabaran“. At-thiby berkata: Serupa dengan amar ma’ruf nahi munkar dengan kesabaran, kepada orang yang tidak menyukai keduanya, Karena sesungguhnya itu pahit rasanya tetapi akibatnya terpuji.

 

Adapun hikmah perilaku jujur yakni dapat meningkatkan kredibilitas atau kepercayaan dari orang lain, hidupnya menjadi lebih tenang karena tidak dihinggapi rasa kebohongan, membawa kebaikan dan keberkahan hidup, terhindar dari sifat munafik, serta perilaku jujur juga dapat mengantarkan orang beriman meraih surga Allah SWT. Al-Qur'an pun menekankan pentingnya perilaku kejujuran. Dalam sebuah artian; setiap orang bersikap dan bertindak jujur. Firman Allah (QS. At-Taubah: 119): 

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ

 

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orangyang benar."

 

Lafal ash-shiddiq (kejujuran) pada ayat di atas menurut Islam dipergunakan dalam enam makna, yaitu jujur dalam perkataan, jujur dalam niat dan kemauan, jujur dalam tekad, jujur dalam menepati tekad yang di buat, jujur dalam amal, serta jujur dalam seluruh sifat yang dipandang baik (mulia) oleh agama.

 

Dengan demikian, betapa pentingnya berperilaku jujur dengan kondisi apapun. Oleh karena itu, marilah kita memegang teguh prinsip kejujuran. Ucapan yang baik dan niat tulus akan menjadi semakin indah, walaupun terkadang ketika kita berkata jujur masih banyak orang yang tidak suka dengan tindakan dan perilaku kita. Namun pada dasarnya kejujuran dapat memberikan banyak manfaat bagi kita semua. Kejujuran yang telah kita perbuat akan mengantarkan kita pada kesuksesan serta kebahagiaan. Kesuksesan dan kebahagiaan yang dimaksud di sini adalah bukan hanya sesuatu yang didapatkan di dunia semata, akan tetapi juga di akhirat kelak. Wallahu a’lam Bisshawab 


 

A’isy Hanif Firdaus, Sekretaris Umum Ikatan Keluarga Al-Fajar (IKAF), Sekretaris PR IPNU Dukuh Kedawon, Lembaga Pers dan Penerbitan PAC IPNU Kecamatan Larangan, Brebes.


Opini Terbaru