• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 3 Mei 2024

Opini

HARI SANTRI 2020

Cerita Pengalaman kepada Santri di Malaysia

Cerita Pengalaman kepada Santri di Malaysia
Para peserta Program IICS 2019 berfoto bersama dengan para santri di Malaysia. (Foto: NU Online Jateng)
Para peserta Program IICS 2019 berfoto bersama dengan para santri di Malaysia. (Foto: NU Online Jateng)

Pada Tahun 2019 yang lalu, tepatnya pada 21-25 April 2019, saya bersama teman-teman santri Indonesia dari berbagai pondok pesantren berkesempatan mengikuti Program International Islamic Comparative Study (IICS) 2019. Program yang diadakan oleh Yayasan Santri Mengglobal Nusantara ini memiliki tujuan untuk membuka wawasan dan cakrawala para santri di Indonesia untuk bisa belajar di luar negeri.

 


Program IICS 2019 yang diselenggarakan di Malaysia dan Singapura tersebut memiliki sebuah rangkaian kegiatan di antaranya studi banding di Management and Science University Malaysia, berkunjung ke salah satu ma'had di Kuala Lumpur, yakni Ma'had Madrasah Tahfiz Al-Qur'an Syazwan. Kemudian mengunjungi beberapa tempat bersejarah di dua negara tersebut. 

 


Di tengah-tengah kegiatan silaturrahim ke ma'had tersebut, saya bersama Gus Najmi (masih dzurriyah dari KH Ilyas Ruhiyat Cipasung) menyempatkan memberikan cerita dan berbagi pengetahuan kepada sebagian santri di ma'had itu seputar santri dan pondok pesantren di Indonesia. Sharing soal metode pembelajaran pesantren di Indonesia, rutinitas dan budaya santri di Indonesia, dan sama-sama memberikan mativasi-motivasi. 

 


Saat kami bercerita mereka sangat antusias dan senang sudah diberi pengetahuan dan ilmu baru terkait kehidupan santri dan pondok di Indonesia. 

 


Kami bercerita bagaimana para santri di Indonesia menghafal berbagai nadzom dan kitab berbagai bentuk keilmuan dari tingkatan yang rendah sampai ke tingkatan yang tinggi. Kami memberikan contoh pada bagian ilmu nahwu saja menghafal dari kitab Jurumiyah, kemudian kitab Imrithi, dilanjut dengan kitab Alfiyah ibnu Malik. Tak lupa kami juga memberikan mencoba melalarkan nadzam-nadzam tersebut. 

 


Tampak raut mereka terheran-heran. Kami melanjutkan memberikan pengetahuan bagaimana santri di Indonesia banyak yang melakukan tirakat seperti puasa bila ruhin (nyirih), puasa Dalailul Khoirot, puasa tahunan, dan sebagainya. 

 


Tak lupa kami juga bercerita tentang kisah pahitnya hidup di pondok dengan jam kegiatan yang full dari pagi hingga malam, termasuk kisah ketika santri ditakzir oleh keamanan, berupa disuruh ro'an, digundul, berdiri di depan santri putri, dan lain sebagainya. 

 


Banyak yang kami ceritakan kepada mereka yang membuat mereka tampak senang dan bahagia. Di akhir pertemuan mereka untuk memberikan salam untuk para santri di Indonesia. 

 


"Assalamualaikum, kami santri Malaysia salam buat santri Indonesia, kami semangat kalian juga harus semangat untuk Islam tegak. Ayo mondok," pesan mereka dengan penuh semangat.

 


Muhammad Alvin Jauhari  Santri Pesantren Al-Jihad Surabaya, Mahasiswa Hubungan Internasional UIN Sunan Ampel Surabaya, Alumni Madrasah NU TBS Kudus dan Pesantren Tebuireng Jombang. 

 

 


Opini Terbaru