Semarang, NU Online Jateng
Peringatan Hari Santri 2020 berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun ini para santri memperingatinya dalam situasi pandemi Covid-19 sehingga membuat acara Hari Santri yang diselenggarakan secara offline sangat dibatasi. Bagi santri dengan keterbatasan seperti ini tidak kehabisan cara untuk tetap memeriahkan Hari Santri.
Pengelola media sosial (medsos) instagram @alasantri Muchammad Yasir Arafat mengatakan, setelah ia membuat campaign melalui twibbon ucapan Hari Santri pada Ahad, (25/10), jumlah orang yang telah mengunduh twibbon tersebut di medsosnya telah mencapai lebih dari 80 ribu pengunduh.
“Twibbon ini tembus lebih dari 80.000 downloader dan tersebar di berbagai media sosial, terutama instagram,” kata alumni salah satu pesantren yang sering dipanggil Aro tersebut.
Platform media sosial (medsos) instagram @alasantri cukup populer di kalangan santri dengan konten seputar dunia santri dan kehidupan di pesantren. Momentum Hari Santri 2020 ini menjadi kesempatan penting bagi @alasantri untuk ikut memeriahkan Hari Santri secara daring.
“Melalui twibbon ucapan Hari Santri 2020 ini akhirnya diikuti juga oleh para santri baik itu yang masih di pesantren maupun santri yang sudah tdak di pesantren,” tandas Aro.
Para santri lanjutnya, menuliskan keterangan pada twibbon ucapan Hari Santri 2020 ini beragam. Ada santri yang menunjukkan profesinya sebagai tenaga kesehatan, desainer, fotografer, pengusaha muda, aktivis dan banyak juga yang bernada humor.
“Tidak sedikit juga para santri menuliskan statusnya, misal ‘Saya Santri yang sudah menikah’,” ungkap Aro kepada NU Online Jateng.
Perlu diketahui, twibbon yang diterbitkan akun @alasantri bertema Hari Santri 2020 adalah hasil kolaborasi antara akun @alasantri dengan Hilal Nasrullah, seorang santri desainer yang juga mendesain logo baru NU Online. Dan yang unik di twibbon tersebut admin melayani permintaan edit masing-masing follower.
“Iya, kami kerjasama untuk buat itu supaya Hari Santri meriah dengan sedikit rasa yang berbeda. Namun karena saking besarnya animo, tim kami sampai kuwalahan merespons para followers @alasantri untuk edit twibbon. Akhirnya kami meminta bantuan juga kepada followers yang bisa ngedit twibbon tersebut.” jelas Hilal.
Momentum Hari Santri dan melihat ramainya para santri dan simpatisan yang ikut memakai twibbon tersebut bisa membuka mata kembali bahwa santri secara terbuka terlihat sudah menduduki profesi masing-masing dengan profesionalitas yang tinggi.
“Iya, dengan twibbon tersebut, kita menjadi tahu bahwa tidak semuanya santri ketika lulus dari pesantren mereka akan membangun pesantren atau menjadi ustaz/ustadzah di daerahnya. Justru santri berhak memilih profesi sesuai minatnya dan tetap menjadi santri. Dan itu kita bisa menyaksikannya di medsos kemarin.” pungkas Hilal.
Penulis: Ahmad Mundzir
Editor: Muhammad Ishom
