• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 28 April 2024

Nasional

UNS Solo Bedah Buku Refleksi Pemikiran Gus Dur

UNS Solo Bedah Buku Refleksi Pemikiran Gus Dur
foto: ilustrasi
foto: ilustrasi

Solo, NU Online Jateng

Pusat Studi Pengamalan Pancasila (PSPP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta melalui zoom meeting mengadakan acara bedah buku karya Mibtadin berjudul 'Manusia, Agama, dan Negara: Refleksi Pemikiran Gus Dur'.

 

Buku yang diterbitkan CV Gerbang Media Aksara Yogyakarta, 2021, terdiri dari 6 bab, xii+276 halaman, 15.5x23 cm. Acara bedah buku diawali dengan sambutan  Ketua PSPP UNS Prof  Leo Agung S, Kamis (8/4).

 

Dalam sambutannya, Prof Leo Agung S mengatakan, Gus Dur merupakan bapak pluralisme, sekaligus tokoh muslim yang menolak adanya negara Islam, dan mempertahankan ideologi Pancasila. Pancasila tidak hanya sebuah nama dan lambang, tetapi juga suatu sistem tata nilai yang berlaku bagi masyarakat Indonesia. 

 

"Kita akan membedah pemikiran Gus Dur melalui buku yang ditulis Dosen S-2 Kajian Budaya Pascasarjana (PPS) UNS Mibtadin mengenai manusia, agama, dan negara," kata Prof Leo.

 

Penulis buku 'Manusia, Agama, dan Negara: Refleksi Pemikiran Gus Dur' Mibtadin menjelaskan, masyarakat Indonesia mengenal Gus Dur sebagai leading figure NU, pemikir, sekaligus aktivis kemanusiaan yang memiliki komitmen untuk pengembangan wacana keislaman, kemanusiaan, dan keindonesiaan. 

 

"Gus Dur menempatkan Islam sebagai basis epistemologi untuk membangun human theology yang peka pada perubahan sosial. Teologi tersebut adalah wacana yang memberikan apresiasi luas pada segala hal yang baik dari manusia," jelasnya. 

 

Wacana kemanusiaan ini lanjutnya, dikonstruksi dari Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, pandangan universalisme kosmopolitanisme Islam yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan penghargaan yang seutuhnya untuk kehidupan sosial. 

 

"Teologi ini menekankan 'spiritualitas baru' sikap yang lebih mementingkan kesalehan sosial daripada kesalehan individual, yakni spiritualitas kemanusiaan. Upaya untuk memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan universal, demokrasi, HAM, pluralisme, civic culture, hak-hak kaum minoritas, engaging tradition, keadilan sosial, kesetaraan gender, dan perdamaian umat manusian," jelasnya.

 

Dia menambahkan, spiritualitas ini menampilkan Islam dengan wajah yang ramah dan mengintegrasi dalam semua aktivitas keseharian untuk pemberberdayaan dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya transformasi sosial keagamaan di Indonesia sebagaimana yang tercermin dalam Pancasila. 

 

"Spiritualitas baru ini penting sebagai landasan 'ideologis' untuk membangun masyarakat yang toleran di tengah kemajemukan bangsa Indonesia berdasarkan penghargaan atas nilai-nilai kemanusiaan universal, toleransi, dan keharmonisan sosial," tegasnya.

 

"Spiritualitas baru ini mendorong Islam tidak hanya dipahami dalam aspek belief an sich tetapi lebih pada practices untuk kemanusiaan universal," pungkasnya. 

 

Kontributor: Masri Zaini
Editor: M Ngisom Al-Barony


Nasional Terbaru