Nasional

PCINU Tunisia Gelar Ijazah Kubro Tarekat Syadziliyah, Langkah untuk Menumbuhkan Tradisi Spiritual 

Senin, 20 Januari 2025 | 10:00 WIB

PCINU Tunisia Gelar Ijazah Kubro Tarekat Syadziliyah, Langkah untuk Menumbuhkan Tradisi Spiritual 

PCINU Tunisia gelar Ijazah Kubro Tarekat Syadziliyah dalam rangka memperingati Harlah Ke-102 Nahdlatul Ulama pada Sabtu (18/1/2025)

Tunisia, NU Online Jateng

Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tunisia menggelar Ijazah Kubro Tarekat Syadziliyah dalam rangka memperingati Harlah Ke-102 Nahdlatul Ulama pada Sabtu (18/1/2025). Acara ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan yang dimulai dengan ziarah ke makam Syeikh Muhammad Thahir bin Asyur. Puncak acara digelar di Zawiyah Syadziliyah, tempat bersejarah yang menjadi pusat tarekat Syadziliyah di Tunisia.


Tunisia dikenal sebagai pusat tarekat Syadziliyah, salah satu tarekat sufi terbesar di dunia. Tarekat ini mengambil nama dari kawasan Syadzulah, sebuah daerah dekat Kota Tunis, tempat Imam Abul Hasan al-Syadzili bermunajat kepada Allah swt selama enam bulan.


Duta Besar Indonesia Tunisia Zuhairi Misrawi menjelaskan bahwa bagi warga NU, tarekat merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan spiritual. Praktik ini memberikan ketenangan batin, membantu meredakan kecemasan, serta menghadirkan sikap tenang dalam menghadapi tantangan kehidupan modern.


“Tarekat ini penting jika kita dihadapi oleh berbagai masalah dalam kehidupan, karena hidup itu adalah seni dalam menyelesaikan masalah. Kerap kita akan dihadapi oleh masalah ketika kita sedang susah, dan masalah juga akan datang ketika kita sudah merasakan kesuksesan. Dengan bertarekat kita bisa merespon dan menyelesaikan masalah dengan semestinya," ungkapnya.


Zuhairi Misrawi juga memaparkan sejarah Imam Abul Hasan al-Syadzili, menganjurkan peserta untuk mengambil teladan dari kehidupan beliau, serta mengungkapkan rasa syukur karena dapat berada di salah satu pusat tarekat sufi terbesar di dunia. Imam Abul Hasan al-Syadzili tidak hanya memiliki kesalehan spiritual, tetapi juga kesalehan sosial. Pemikirannya, yang diwariskan dan dikembangkan oleh murid-muridnya seperti Syeikh al-Mursi dan Syeikh Ibnu Atthailah as-Sakandari, menekankan pentingnya menjembatani kekeringan spiritual dengan kebutuhan duniawi masyarakat.


Rangkaian kegiatan diakhiri dengan ziarah ke makam Imam Ibnu Arafah, seorang mufassir sufistik dan mufti Tunisia yang pernah menjadi Imam di Jami Zaitunah. Di sana, peserta memanjatkan doa dan membaca Surat Al-Fatihah.


Menurut penulis, acara ini merupakan cara untuk mengembalikan semangat batin dan psikologis yang mulai pudar. Salah satu esensi dari rangkaian acara Harlah Nahdlatul Ulama adalah meneladani ulama, khususnya yang berasal dari Tunisia, dan menerapkannya demi kemaslahatan umat.

Penulis: Hadi Wijaya (Mahasiswa S1 Universitas Zaitunah)