Keislaman

Benarkah Ruh Mayit Mengunjungi Rumahnya Setiap Malam Jumat?

Kamis, 3 Oktober 2024 | 16:00 WIB

Benarkah Ruh Mayit Mengunjungi Rumahnya Setiap Malam Jumat?

Ziarah (Foto: NUO Jateng/Syaiful Amar)

Dalam ajaran Islam, ruh orang mukmin memiliki keterkaitan yang erat dengan hal-hal duniawi. Meskipun ruh ini tidak pernah meninggalkan tempat peristirahatan abadi mereka, keterikatannya dengan hal-hal duniawi terasa lebih kuat pada sore hari Kamis hingga matahari terbit pada hari Sabtu. Oleh karenanya, di hari-hari tersebut orang-orang terbiasa melakukan ziarah ke kuburan untuk mengenang dan mendoakan orang-orang yang telah pergi.


Rasulullah saw bersabda bahwa arwah orang-orang beriman akan datang setiap malam Jumat ke langit dunia. Mereka berdiri di dekat rumah-rumah dan tempat tinggal mereka dahulu. Dengan penuh kesedihan, mereka berseru kepada keluarganya.


Arwah-arwah itu melanjutkan seruannya dengan penuh penyesalan, "Dulu, kami pernah berada di dunia seperti kalian, menikmati kenikmatan yang kalian miliki sekarang. Tetapi sayangnya, kami tidak menggunakan kenikmatan itu dalam ketaatan kepada Allah, dan kami menahan diri dari memberikan kebaikan kepada yang berhak. Akhirnya, semua yang kami tahan itu menjadi beban bagi kami, manfaatnya pun beralih kepada orang lain, sedangkan kami harus mempertanggungjawabkannya. Wahai hamba-hamba Allah, dengarkanlah perkataan kami dan jangan lupakan kami. Semoga Allah mengasihi kalian, sebelum kalian mengalami nasib seperti kami."

 
Keterangan ini tercatat dalam hadits yang populer dan ditulis dalam beberapa kitab. Penjelasan di atas mengandung pesan bahwa orang yang sudah meninggal sangat membutuhkan doa, sedekah, serta amal baik dari keluarga dan kerabat yang masih hidup. Mereka tidak lagi memiliki kesempatan untuk beramal, sehingga mereka hanya bisa berharap pada kebaikan dan doa dari orang yang masih hidup. Hadits ini mengingatkan kita agar selalu mengingat mereka yang telah tiada dengan cara yang bermanfaat, seperti mendoakan ampunan dan rahmat bagi mereka, serta beramal atas nama mereka.


Dalam kitab Hidayatul Ahya’ Ila al-Amwat Wa Ma Yashilu Ilaihim Juz 1 Halaman 172 disebutkan:

ﺛﻢ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﺇﻥ ﺃﺭﻭﺍﺡ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻳﺄﺗﻮﻥ ﻛﻞ ﺟﻤﻌﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻤﺎﺀ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﻴﻘﻔﻮﻥ ﺑﺤﺬﺍﺀ ﺩﻭﺭﻫﻢ ﻭﺑﻴﻮﺗﻬﻢ ﻓﻴﻨﺎﺩﻱ ﻛﻞ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﻨﻬﻢ ﺑﺼﻮﺕ ﺣﺰﻳﻦ: ﻳﺎ ﺃﻫﻠﻲ ﻭﻭﻟﺪﻱ ﻭﺃﻫﻞ ﺑﻴﺘﻲ ﻭﻗﺮﺍﺑﺎﺗﻲ، ﺍﻋﻄﻔﻮﺍ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺑﺸﻲﺀ، ﺭﺣﻤﻜﻢ ﺍﻟﻠﻪ، ﻭﺍﺫﻛﺮﻭﻧﺎ ﻭﻻ ﺗﻨﺴﻮﻧﺎ، ﻭﺍﺭﺣﻤﻮﺍ ﻏﺮﺑﺘﻨﺎ، ﻭﻗﻠﺔ ﺣﻴﻠﺘﻨﺎ، ﻭﻣﺎ ﻧﺤﻦ ﻓﻴﻪ، ﻓﺈﻧﺎ ﻗﺪ ﺑﻘﻴﻨﺎ ﻓﻲ ﺳﺤﻴﻖ ﻭﺛﻴﻖ، ﻭﻏﻢ ﻃﻮﻳﻞ، ﻭﻭﻫﻦ ﺷﺪﻳﺪ، ﻓﺎﺭﺣﻤﻮﻧﺎ ﺭﺣﻤﻜﻢ ﺍﻟﻠﻪ، ﻭﻻ ﺗﺒﺨﻠﻮﺍ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺑﺪﻋﺎﺀ ﺃﻭ ﺻﺪﻗﺔ ﺃﻭ ﺗﺴﺒﻴﺢ، ﻟﻌﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺮﺣﻨﺎ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻧﻮﺍ ﺃﻣﺜﺎﻟﻨﺎ، ﻓﻴﺎ ﺣﺴﺮﺗﺎﻩ ﻭﺍﻧﺪﺍﻣﺎﻩ ﻳﺎ ﻋﺒﺎﺩ ﺍﻟﻠﻪ، ﺍﺳﻤﻌﻮﺍ ﻛﻼﻣﻨﺎ، ﻭﻻ ﺗﻨﺴﻮﻧﺎ، ﻓﺄﻧﺘﻢ ﺗﻌﻠﻤﻮﻥ ﺃﻥ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻔﻀﻮﻝ ﺍﻟﺘﻲ ﻓﻲ ﺃﻳﺪﻳﻜﻢ ﻛﺎﻧﺖ ﻓﻲ ﺃﻳﺪﻳﻨﺎ، ﻭﻛﻨﺎ ﻟﻢ ﻧﻨﻔﻖ ﻓﻲ ﻃﺎﻋﺔ ﺍﻟﻠﻪ، ﻭﻣﻨﻌﻨﺎﻫﺎ ﻋﻦ ﺍﻟﺤﻖ ﻓﺼﺎﺭ ﻭﺑﺎﻻً ﻋﻠﻴﻨﺎ ﻭﻣﻨﻔﻌﺘﻪ ﻟﻐﻴﺮﻧﺎ، ﻭﺍﻟﺤﺴﺎﺏ ﻭﺍﻟﻌﻘﺎﺏ ﻋﻠﻴﻨﺎ
 

Artinya: Kemudian Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya arwah orang-orang beriman akan datang setiap malam Jumat ke langit dunia, lalu mereka berdiri di dekat rumah-rumah dan tempat tinggal mereka. Maka masing-masing dari mereka berseru dengan suara yang sedih: “Wahai keluargaku, anak-anakku, penghuni rumahku, dan kerabatku, kasihanilah kami dengan sesuatu, semoga Allah swt merahmati kalian. Ingatlah kami dan jangan lupakan kami, sayangilah keterasingan kami, kelemahan kami, dan apa yang sedang kami alami. Sesungguhnya kami berada di dalam tempat yang sempit, dalam kegelapan yang pekat, dalam kesedihan yang panjang, dan dalam kesusahan yang besar.”


Maka kasihanilah kami, semoga Allah merahmati kalian, dan janganlah kalian kikir untuk mendoakan kami, bersedekah, atau bertasbih. Semoga Allah merahmati kami sebelum kalian menjadi seperti kami. Betapa penyesalan dan kesedihan yang amat mendalam, wahai hamba-hamba Allah, dengarkanlah perkataan kami, dan janganlah kalian melupakan kami. Kalian tahu bahwa kenikmatan yang ada di tangan kalian dulu pernah berada di tangan kami, tetapi kami tidak menggunakannya dalam ketaatan kepada Allah. Kami menghalangi (kenikmatan tersebut) dari kebenaran sehingga menjadi beban bagi kami dan manfaatnya berpindah kepada orang lain, sedangkan hisab (perhitungan) dan siksa menimpa kami,”
 

Keterangan yang sejalan dalam kitab Al-Bujairomi Ala al-Khatib Juz 2 ayat 301, ruh-ruh ini juga mengingatkan keluarga mereka tentang nikmat-nikmat yang pernah mereka miliki, yang saat ini berada di tangan orang yang masih hidup. Mereka menyesali ketika tidak menggunakan nikmat tersebut dalam ketaatan kepada Allah. Seruan ini mengandung harapan agar yang masih hidup mau mengingat dan mendoakan mereka, serta melakukan amal baik atas nama mereka.

(وَيُنْدَبُ زِيَارَةُ الْقُبُورِ)
فَرْعٌ: رُوحُ الْمُؤْمِنِ لَهَا ارْتِبَاطٌ بِقَبْرِهِ لَا تُفَارِقُهُ أَبَدًا، لَكِنَّهَا أَشَدُّ ارْتِبَاطًا بِهِ مِنْ عَصْرِ الْخَمِيسِ إلَى شَمْسِ السَّبْتِ؛ وَلِذَلِكَ اعْتَادَ النَّاسُ الزِّيَارَةَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَفِي عَصْرِ يَوْمِ الْخَمِيسِ وَأَمَّا زِيَارَتُهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - لِشُهَدَاءَ أُحُدٍ يَوْمَ السَّبْتِ فَلِضِيقِ يَوْمِ الْجُمُعَةِ عَمَّا يُطْلَبُ فِيهِ مِنْ الْأَعْمَالِ مَعَ بُعْدِهِمْ عَنْ الْمَدِينَةِ. اهـ. ق ل عَلَى الْمَحَلِّيِّ وَقَالَ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -إنَّ أَرْوَاحَ الْمُؤْمِنِينَ يَأْتُونَ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ إلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا وَيَقِفُونَ بِحِذَاءِ بُيُوتِهِمْ وَيُنَادِي كُلُّ وَاحِدٍ بِصَوْتٍ حَزِينٍ أَلْفَ مَرَّةٍ يَا أَهْلِي وَأَقَارِبِي وَوَلَدِي يَا مَنْ سَكَنُوا بُيُوتَنَا وَلَبِسُوا ثِيَابَنَا وَاقْتَسَمُوا أَمْوَالَنَا هَلْ مِنْكُم من احد يذكرنا ويفكرونا في غربتنا ونحن في سجن طويل وحصن شديد فارحمونا يرحمكم الله 

Artinya: Ruh orang mukmin memiliki keterikatan dengan kuburnya dan tidak pernah meninggalkannya sama sekali. Namun, keterikatannya menjadi lebih kuat sejak Kamis sore hingga terbitnya matahari pada hari Sabtu. Oleh karena itu, orang-orang terbiasa berziarah pada hari Jumat atau Kamis sore. Adapun ziarah Rasulullah saw kepada para syuhada Uhud pada hari Sabtu, itu disebabkan karena kesibukan hari Jumat yang dipenuhi dengan amalan-amalan, serta karena jauhnya jarak mereka dari Madinah."


Beliau bersabda: "Sesungguhnya ruh-ruh orang beriman datang setiap malam ke langit dunia dan berdiri di dekat rumah-rumah mereka. Setiap ruh berseru dengan suara yang penuh kesedihan sebanyak seribu kali: 'Wahai keluargaku, kerabatku, dan anak-anakku, wahai kalian yang tinggal di rumah kami, yang memakai pakaian kami, dan yang membagi-bagikan harta kami. Apakah di antara kalian ada yang mengingat dan memikirkan kami di dalam keterasingan kami ini, sementara kami berada dalam penjara yang panjang dan di dalam benteng yang kuat? Maka kasihanilah kami, semoga Allah merahmati kalian."


Kesimpulannya, ajaran Islam mengajarkan bahwa ruh orang-orang beriman tetap memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan duniawi, khususnya dengan keluarga dan kerabat yang ditinggalkan. Keterikatan ini mencerminkan pentingnya menjaga hubungan spiritual dan emosional dengan orang yang telah meninggal. Ziarah kubur dan doa menjadi cara untuk menghormati mereka dan mengingat bahwa kehidupan ini sementara. Semoga dengan tindakan ini, kita dapat mengingat nasihat mereka untuk menggunakan setiap nikmat yang diberikan Allah dalam ketaatan, serta terus berdoa untuk mereka yang telah pergi.