• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Selasa, 23 April 2024

Nasional

MUKTAMAR KE-34 NU

Panitia Muktamar NU Terima Sumbangan 500 Ribu Botol Air Minum dari Inkoptanu

Panitia Muktamar NU Terima Sumbangan 500 Ribu Botol Air Minum dari Inkoptanu
Air mineral muktamar NU (Foto: Istimewa)
Air mineral muktamar NU (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online Jateng
Perhelatan besar Muktamar ke-34 NU yang bakal berlangsung di Provinsi Lampung mendapat dukungan berbagai sarana dan akomodasi dari sejumlah pihak. 


Induk Koperasi Tani Nahdlatul Ulama (Inkoptanu) yang memiliki produk air mineral 'SHOFA' bakal menyediakan 500 ribu botol untuk keperluan minum para peserta muktamar (muktamirin).


“Kami ingin berkontribusi dalam penyediaan air minum dengan menjadi official product pada penyelenggaraan Muktamar NU,” ujar Sekretaris Manajemen Inkoptanu Udin Wiratno.


Udin menegaskan, produk air minum yang disediakannya itu sepenuhnya gratis untuk muktamirin. Ada sebanyak 20.833 dus atau setara 500.000 botol air minum SHOFA yang bakal disediakan di arena muktamar.


Ketua Panitia Muktamar ke-34 NU HM Imam Aziz mengatakan, dirinya mengapresiasi sejumlah pihak yang ingin berkontribusi terhadap penyelenggaraan Muktamar NU di Lampung.


“Berbagai sumbangan terus mengalir ke Panitia Muktamar NU. Bantuan air minum kemasan dari Inkoptanu sudah diserahterimakan,” ucap Imam Aziz, Kamis (16/12).


Dia menekankan tentang prinsip kemandirian yang menjadi tema besar Muktamar ke-34 NU, Menuju Satu Abad: Membangun Kemandirian Warga untuk Perdamaian Dunia


Menurut Imam Aziz, kemandirian warga NU di bidang ekonomi secara umum, belum sampai pada cita-cita yang diharapkan selama ini. Menurutnya, mandiri itu berarti berdaulat. Saat ini, Indonesia sangat kaya dengan sumber daya tetapi belum mampu berdaulat, sehingga secara ekonomi pun bisa mandiri. 


“Kalau dalam teori makro-ekonomi bahwa yang disebut kemandirian itu akan berbasis pada beberapa hal. Pertama, soal pengetahuan dan intelektual. Ini lebih kepada pengembangan sumber daya manusia. Saya kira, kita harus rendah hati mengakui bahwa kita belum sampai pada taraf pengetahuan yang cukup untuk dijadikan sebagai landasan,” pungkasnya.


Penulis: M Ngisom Al-Barony
Editor: Samsul Huda


Nasional Terbaru