• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 12 Mei 2024

Nasional

NU Jateng: Politik bagi NU adalah Kebijakan

NU Jateng: Politik bagi NU adalah Kebijakan
Kuliah khusus untuk mahasiswa FISIP Unwahas Semarang di PWNU Jateng (Foto: NU Online Jateng/Insan Al-Huda)
Kuliah khusus untuk mahasiswa FISIP Unwahas Semarang di PWNU Jateng (Foto: NU Online Jateng/Insan Al-Huda)

Semarang, NU Online Jateng
Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah H Hudallah Ridwan Naim mengatakan, berbicara tentang politik berarti membahas tentang kebijakan. Yakni kebijakan untuk kemaslahatan umat secara menyeluruh


"Kalau dalam ushul fiqih, ada hal-hal yang bersifat azimah dan ada pula yang bersifat rukhsah. Jadi tidak semua hal yang berkaitan dengan politik itu jelek begitu juga sebaliknya," ujarnya saat menerima kunjungan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) di kantor PWNU Jl dr Cipto 180 Semarang, Selasa (6/6/2023).


Menurutnya, sesuatu bisa dinilai benar atau salah tergantung pada argumentasinya manfaatnya. Misalnya, keharaman makan daging babi Adalah azimah, tapi di dalam keadaan darurat, di mana kalau tidak makan akan mati, sementara tidak ditemukan makanan, kecuali daging babi, maka dibolehkannya makan daging babi dalam keadaan tersebut adalah rukhshah.


Karena itu lanjutnya, membahas tentang politik harus dilihat aspek ideologi atau strategi dan aspek praktik atau taktis. NU merupakan nama dan sekaligus mencerminkan cara berpikir, bersikap dan bertindak. 


"NU merupakan kebangkitan para ulama. Yang dimaksud ulama ini bukan personal melainkan mencerminkan ilmunya ulama," terangnya.


Disampaikan, kebangkitan yang dipandu ilmunya ulama berasal dari gurunya, gurunya, gurunya yang terkait erat dari ulama terdahulu yang shalih, dari Rasulullah Saw. "Ibarat pohon ilmu, kaitan ilmu politik dengan eksistensi manusia ini bagaimana?. Kemudian kaitannya dengan ahlussunah wal jamaah seperti apa?," ucapnya.


"Karena sesuatu bisa dinilai kalau ada bandingannya. Kalau orang bersyahadat maka artinya dia mengakui bahwa dirinya hanya sebagai hamba Allah SWT," lanjut alumni Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir itu.





Menurutnya, keyakinan yang dipahami oleh setiap warga NU mempengaruhi cara berpikir, bersikap dan bertindak. "Mengapa kita shalat? Karena diperintahkan oleh Allah SWT, mengapa kita menjalankan perintah Allah SWT? Karena kita mengakui hanya sebagai hamba-Nya," terangnya.


Karena itu, bagi NU kemanusiaan tidak bisa dilepaskan dari ketuhanan. "Bahwa hak asasi manusia merupakan hak Allah SWT. Karena itu pelaksanaan hak asasi manusia tidak bisa dilepaskan dari ajaran Allah SWT," tegasnya.


Karena itu sambungnya, kebijakan pembangunan yang mengabaikan keseimbangan alam, maka merupakan pelanggan terhadap ajaran Allah SWT. "Karena itu sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama umat manusia sebagai manifestasi kerelaan sebagai hamba Allah SWT," katanya.


Dosen mata kuliah ke-NU-an Fisip Unwahas Harun Niam yang mengantar mahasiswanya menjelaskan, kunjungan ini merupakan rangkaian mata kuliah ke-NU-an keempat. "Kami memberikan kuliah keislaman, ke-NUan, dan keindonesiaan," terangnya.


Pihaknya menyusun kurikulum baru terkait filsafat agama yang membahas berbagai pemikiran akidah, syariah, dan akhlak. "Sehingga para mahasiswa memahami agama secara komprehensif dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari," paparnya.


Harun juga menyampaikan, materi ke-NUan juga disampaikan secara komprehensif, menyangkut pemikiran ulama pendiri NU, sejarahnya, dan peran signifikan para ulama di bumi pertiwi Indonesia.


Pengirim: Insan Al-Huda


Nasional Terbaru