• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 5 Mei 2024

Nasional

Kiai Said Aqil: Keberhasilan Dakwah Karena Tidak Dipertentangkan Agama dengan Budaya 

Kiai Said Aqil: Keberhasilan Dakwah Karena Tidak Dipertentangkan Agama dengan Budaya 
Kegiatan seminar nasional bersama Mustasyar PBNU KH Said Aqil Siroj di Unwahas Semarang (Foto: Dok)
Kegiatan seminar nasional bersama Mustasyar PBNU KH Said Aqil Siroj di Unwahas Semarang (Foto: Dok)

Semarang, NU Online Jateng
Keberhasilan dakwah Islam di Indonesia yang dilakukan oleh para wali songo karena cara dakwah yang dilakukannya menyatu dengan budaya. Antara agama dengan budaya yang ada tidak dipertentangkan kecuali jelas-jelas bertentangan.


Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof KH Said Aqil Siroj mengatakan, keberhasilan dakwah Islam dapat dicapai ketika cara yang dilakukan menyatu dengan budaya. 


“Tidak boleh budaya yang ada dipertentangkan dengan agama, kecuali jelas-jelas bertentangan,” kata kiai Said  dalam Seminar Nasional bertajuk 'Ajaran Adiluhung Islam Nusantara dalam Membangun Peradaban Dunia,” tegasnya.


Siaran  Pers Humas Unwahas yang diterima redaksi NU Online Jateng, Kamis (11/1/2024)  menyebutkan, seminar diselenggarakan Program Pascasarjana Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) di Aula Fakultas Kedokteran Unwahas, Gunungpati, Kota Semarang. Rabu (10/1/2024).


Kiai Said yang juga Pengasuh Pesantren As Tsaqofah Ciganjur Jakarta mencontohkan ketika para sahabat masuk wilayah Persia. Ketika itu, mereka melihat orang Persia menyembah api yang disimpan di tempat tinggi. 
 


Para sahabat lanjutnya, baru memahami kalau tempat tersebut adalah manarah atau tempat api. Sahabat tidak menghilangkan budaya Persia itu tetapi diubah fungsinya, menjadi tempat untuk mengumandangkan adzan.


"Jadi keberhasilan dakwah Islam ditopang oleh banyak peradaban. Karena itu dialog dengan berbagai kebudayaan menjadi penting untuk membangun Islam," ujarnya. 
 

Kehadiran para ulama ke nusantara lanjutnya, bertujuan membangun karakter dan akhlak, tidak hanya menyebarkan doktrin saja. Sunan Kudus, misalnya melarang menyembelih sapi untuk kurban. Sunan Kudus sangat menjauhi konflik, menghormati budaya sebelumnya. 


Kiai Said optimis bahwa Islam Nusantara sebagai sebuah karakteristik bisa menjadi jalan keluar dari krisis berpikir dan menghindarkan umat dari cara berpikir ekstrem.


Sebelumnya, Direktur Program Pascasarjana  Unwahas KH Mahmutarom HR saat menyampaikan pidato kunci menjelaskan, jika berkaca pada sejarah, Islam pernah berkuasa di wilayah Eropa. Namun penguasaan itu, menyimpan memori tentang wajah Islam yang berujung pada Islamofobia. 


Tetapi sambungnya,  Islam yang dibawa oleh Wali Songo ke nusantara itu menyebar tanpa penjajahan, penaklukan. Sebagian besar penduduk menerimanya. Semua hormat terhadap para ulama nusantara. Nilai-nilai yang dipegang oleh Wali Songo dalam menyebarkan ajaran Islam itu perlu dicari. 


“Bagaimana akulturasi budaya itu terjadi, ini yang menjadi tugas kita mengkajinya. Jangan lupa, kehidupan masyarakat Jawa itu penuh dengan simbol. Sayangnya, tidak banyak orang Jawa sekarang sudah tidak lagi memahami hal-hal yang bersifat simbolik itu,” ucapnya.


Rektor Unwahas Prof KH Mudzakkir Ali menyampaikan, Islam nusantara dalam berbagai bentuknya (nilai maupun paradigma), telah berkontribusi dalam membangun peradaban dunia. Saat ini, kampus yang dipimpinnya tengah membentuk tim yang bekerja untuk melakukan pelacakan terhadap karya ulama nusantara. 


“Karena jumlah mahasiswa Program Magister dan Doktor Unwahas sudah banyak, termasuk karya tentang ulama nusantara, sudah saatnya unwahas bisa menjadi kiblat atau rujukan kajian atas karya-karya ulama nusantara,” pungkasnya.


Penulis: Samsul Huda


Nasional Terbaru