Nasional

Haul ke-15 Gus Dur: Kiai Ubaidullah Ajak Gusdurian Teguhkan Warisan Gus Dur

Senin, 18 November 2024 | 09:00 WIB

Haul ke-15 Gus Dur: Kiai Ubaidullah Ajak Gusdurian Teguhkan Warisan Gus Dur

KH Ubaidullah Shadaqoh, dalam acara Haul ke-15 Gus Dur yang digelar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jumat (15/11/2024). (Foto: Istimewa)

Yogyakarta, NU Online Jateng

Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Ubaidullah Shadaqoh, mengajak Gusdurian untuk terus memegang teguh dan memperjuangkan warisan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Hal ini disampaikan dalam Haul ke-15 Gus Dur yang digelar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jumat (15/11/2024).


Kiai Ubaid menyadur peribahasa wafat satu tumbuh seribu untuk menggambarkan bahwa meski bangsa Indonesia tidak mungkin mendapatkan sosok setara Gus Dur secara utuh, warisannya dapat dilanjutkan bersama-sama.


"Ada yang pegang toleransi, advokasi korban, dan permasalahan gender. Kalau itu dijalankan bersama, maka akan lahir Gus Dur-Gus Dur baru," ujarnya.


Ia menegaskan bahwa Gus Dur tidak boleh hanya dilihat sebagai putra Menteri Agama pertama KH Wahid Hasyim atau cucu Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, melainkan sebagai sosok yang cerdas dan berdedikasi tinggi.


"Gus Dur punya pemikiran cerdas. Jangan sangka, ta'liqat kitabnya melebihi orang yang muthala'ah setiap malam, belum lagi soal bahasa macam-macam," terangnya.


Kiai Ubaid juga membagikan cerita Gus Im (Hasyim Wahid) tentang kegigihan Gus Dur belajar, termasuk membawa banyak makalah dalam berbagai bahasa saat ke luar negeri dan meminta Gus Im mempelajarinya. 


"Innamal a'malu bil ilmi atta'alum. Jadi ilmu itu didapatkan dengan belajar," jelasnya.


Lebih jauh, Kiai Ubaid menekankan bahwa Gus Dur memahami secara mendalam teologi Ahlussunnah wal Jamaah, syariat Islam, berbagai mazhab, dan tasawuf. Keimanan Gus Dur, menurutnya, adalah keimanan yang membebaskan dari tekanan, kepentingan pribadi, dan kelompok.


"Tidak ada yang tahu bahwa Gus Dur benar-benar memahami masalah kehidupan ini. Bukan ujug-ujug menjadi Gus Dur," ucapnya.


Kiai Ubaid juga mengisahkan pengalaman belajar tentang teologi pembebasan kepada Gus Dur. Menurutnya, keimanan sejati harus membebaskan dari kepentingan duniawi dan terfokus pada spiritualitas serta ketaatan kepada Allah.


Banyak ulama yang awalnya meragukan pemikiran Gus Dur akhirnya memahami bahwa segala yang dilakukannya sesuai dengan syariat. Salah satunya adalah KH Abdul Wahid Zuhdi, Pengasuh Pesantren Fadllul Wahid, yang setelah mendalami pemikiran Gus Dur mengakui kesesuaiannya dengan fikih.


"Kadang kiai saja tidak memahami siapa Gus Dur, namun alhamdulillah makin lama tahu arah Gus Dur yang kontroversial, akhirnya para kiai mengerti," pungkasnya.


Penulis: Suci Amaliyah