• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 28 April 2024

Nasional

Habib Luthfi Minta Perbanyak Tulisan Ilmiah Tentang Wali dan Ulama Nusantara

Habib Luthfi Minta Perbanyak Tulisan Ilmiah Tentang Wali dan Ulama Nusantara
Rais Aam Jatman Habib Luthfi bin Yahya (Foto: NU Online Jateng/M Farid)
Rais Aam Jatman Habib Luthfi bin Yahya (Foto: NU Online Jateng/M Farid)

Pekalongan, NU Online Jateng
Rais Aam Jamiyah Ahlit Thariqah Al-Mu'tabarah an-Nahdliyah (Jatman) Habib Muhammad Luthfi bin Yahya berpesan kepada santri agar memperbanyak produksi tulisan tentang wali, ulama, dan para kiai Nusantara. 


"Mereka itu dakwah di Nusantara secara susah payah melalui jalur pendidikan hingga ekonomi, membangun masyarakat supaya makmur. Itulah yang seharusnya perlu ditulis," ujar Habib Luthfi.

 
Hal itu Ia ungkapkan dalam acara tahtiman (penutupan) ngaji ramadhan di rumah Habib Luthfi Jl dr Wahidin Gang 7 Noyontaan, Kota Pekalongan, Selasa (18/4/23) malam. 


Disampaikan, selama ini tulisan tentang para wali dan ulama di Nusantara masih kalah banyak jika disandingkan dengan kisah klenik yang kurang relevan. Paling jauh hanya berkutat pada asal usul suatu daerah. Itupun masih dibumbui kisah sebatas adu kesaktian. 


Habib Luthfi juga menyebutkan rata-rata usia para Wali Songo yang mencapai 100-an tahun. Usia yang panjang itu mereka gunakan sebaik mungkin untuk membangun ekonomi, berdakwah melalui jalur kesenian, mengajar dan lain-lain. 


"Jangan dikira Wali Songo itu tidak mengerti seni. (Mereka) sangat paham bagaimana seni itu sendiri untuk menarik perhatian masyarakat agar mau ikut," terangnya. 


Diakui, memang belum banyak manuskrip yang bisa ditemukan. Tapi kalau tidak ada yang memulai menuliskan tentu generasi selanjutnya akan semakin kepaten obor. Tulisan-tulisan yang logis dari sejarah para wali, ulama, kiai Nusantara itu penting agar bisa dijadikan referensi untuk generasi yang akan datang. 


"Termasuk kenapa harus lewat jalur dagang, kenapa juga dalam dakwahnya harus lewat India atau China dulu misalnya. Ayo, itu semua harus ada yang menuliskan supaya kita tahu," ucapnya. 


Habib Luthfi yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu menegaskan, kiai-kiai di daerah-daerah penting untuk ditulis sejarah dan ajarannya. Dengan begitu, kata Habib Luthfi kiprah dan teladan sosok kiai itu bisa terekam untuk dipelajari secara rapi. 


"Syekh Abdul Qadir contohnya, siapa yang tidak kenal beliau? Bagaimana bisa kenal beliau kalau tidak dari manaqibnya. Yang ditulis secara rapi dan banyak sekali," sebutnya. 


Habib Luthfi juga berpesan supaya jangan menyerah hanya karena alasan takut takabur. Kadang ada yang mau nulis kiai A tapi tidak jadi karena ada keluarga yang tidak setuju. "Katanya tidak mau takabur. Lha apa kalau pergi naik Mercy itu pasti tidak takabur?" tanya Habib Luthfi. 


Masalahnya, kalau terus beralasan takut takabur lalu tidak ditulis mau belajar darimana kita. "Iya kalau masih ada yang bisa ditanya, anak-anak kita besok bagaimana? Siapa yang bakal mereka teladani supaya tidak kepaten obor," tandasnya. 


Kontributor: M Farid


Nasional Terbaru