• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Rabu, 15 Mei 2024

Nasional

MUKTAMAR KE-34 NU

Ulil Abshar Maknai Turots sebagai Manuskrip dan Doktrinisasi

Ulil Abshar Maknai Turots sebagai Manuskrip dan Doktrinisasi
Gus Ulil ikut menjadi narasumber dalam Seminar Nasional Nahdlatut Turots di Lampung, Rabu (22/12). (Dok. Abdullah Faiz)
Gus Ulil ikut menjadi narasumber dalam Seminar Nasional Nahdlatut Turots di Lampung, Rabu (22/12). (Dok. Abdullah Faiz)

Lampung, NU Online Jateng

Dalam serangkaian acara Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) di Lampung, komunitas pegiat manuskrip karya ulama nusantara mengadakan seminar turots dengan tema Membumikan Turast Ulama Nusantara Meneguhkan Jati Diri Bangsa. Acara ini dilaksanakan di Gedung Rektorat UIN Raden Intan Lampung, Rabu (22/12).

Ulil Abshar Abdalla menjadi salah satu narasumber dalam seminar tersebut. Ia mengatakan kajian turost harus terus berkembang mengimbangi pemikiran Islam modern. "Diskusi mengenai turost itu sangat penting karena perkembangan pemikiran arab modern atau pemikiran Islam modern, " kata pengampu Ngaji Ihya' virtual itu. 

Ia juga merumuskan mata kajian turost menjadi dua hal pertama adalah Turots Materialis (turots lahu wujudun fil khorij) atau sebuah kumpulan tulisan yang bentuk fisiknya masih terjaga. Kedua adalah Turots Non-Materialis (turots lahu maknawiyatun fi dihni) artinya turots yang sudah menjadi jalan pemikiran di dalam diri kita.

"Saya mendefinisikan turots dengan dua hal. Pertama mendefinisikan turtos dengan material yaitu turots yang ada bentuk fisiknya. Kedua turots sebagai sesuatu yang tidak material, " terangnya.

Dalam penyampaiannya, turots pertama adalah bentuk khazanah yang menjadi warisan fisik dan dikaji disetiap pondok pesantren. Sementara yang kedua adalah madzhab pemikiran yang tertanam dalam benak dan pikiran warga NU.

"Turost yang material adalah wujud naskah naskah manuskrip , kedua turos sebagai warisan pemikiran yang ada dalam diri kita. Warga Nahdliyin punya turots yang sudah menjadi pemikiran dalam dirinya," imbuh kiai asal Pati itu.

Turots yang non material atau yang punya makna di dalam pemikiran kita. Ulil memberikan pandangan bahwa amaliyah nahdliyin sangat kental dengan pemikiran Imam Ghozali, Imam Syafi'i dan lainya. Pengaruh ini termasuk cara kerja turots yang kedua.

"Misalnya pandangan Imam Ghazali yang dikenal kan kepada kita sekitar ribuan tahun yang lalu. Bukan kitabnya tapi pemikirannya. Turots dalam pengertian kedua ini adalah turots yang tidak hanya ada dalam lemari saja melainkan dalam pikiran, " jelasnya.

Turots ini yang menghidupi kita (Nahdliyin) sekarang. Pemikiran Imam Ghazali, Imam Syafi'i dan seterusnya masuk dalam turots kedua ini. Dia aktif terus mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat Nahdliyin. Sebelum penutup Ulil juga menyarankan untuk memegang kedua definisi tersebut.

"Nah saran saya bagi teman-teman yang akan membuat lembaga Nahdlatut Turots ini harus berdiri dari dua definisi ini, turots yang ada dalam material dan turots yang membekas dalam maknawi (non-material)," unsulnya kepada pegiat turots.

Kontributor: Abdullah Faiz
Editor: Ajie Najmuddin


Nasional Terbaru