Fragmen

Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Semarang dari Masa ke Masa

Jumat, 1 November 2024 | 13:00 WIB

Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Semarang dari Masa ke Masa

Gedung PCNU Kota Semarang. (Foto:Istimewa)

Semarang, NU Online Jateng 

Sejarah perjalanan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang mencatat bahwa pembentukannya berakar kuat sejak 1928, diinisiasi oleh tokoh besar seperti KH Ridwan Mujahid dengan dukungan ulama lainnya seperti KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syamsuri, dan KH Abdullah Ubaid. Para tokoh ini tidak hanya menjadi penggagas tetapi juga menanamkan visi penguatan NU di Semarang sebagai upaya penyebaran Ahlussunnah wal Jamaah.


KH Ridwan Mujahid diangkat sebagai mustasyar pertama, disusul KH Sya’ban sebagai rais syuriyah, dan H Sholeh dari Kauman sebagai Ketua Tanfidziyah atau presiden pertama PCNU Kota Semarang. 


Ketua PCNU Kota Semarang saat ini, KH Anasom, menekankan pentingnya menggali dan mendokumentasikan sejarah kepemimpinan PCNU dari masa ke masa untuk mengembalikan ingatan kolektif warga NU di Semarang terhadap sejarah kepemimpinan yang telah mengakar sejak awal.


“Dengan mencatat perjalanan kepemimpinan rais syuriyah dan ketua tanfidziyah di Semarang, kita tidak hanya menghargai jasa para ulama terdahulu, tapi juga memberikan arah bagi masa depan NU di kota ini,” ujarnya kepada NU Online Jateng, Selasa (29/10/2024).


Upaya pelestarian sejarah ini dilakukan melalui berbagai dokumentasi dan penelusuran data kepemimpinan NU di Semarang, termasuk sumber-sumber lama seperti Majalah Swara NU yang terbit pada tahun 1347 H, hingga arsip-arsip lainnya. 


"Sejak kepemimpinan pertama, NU Cabang Semarang terus berkembang dan mengalami beberapa pergantian yang membentuk karakter organisasi di kota ini,” tambah Kiai Anasom.


Perjalanan kepemimpinan di PCNU Semarang mencatat bahwa pada 1979 hingga 1982, KH Shodaqoh Hasan menjadi rais syuriyah, diikuti KH. Gholib Ridwan pada 1982-1985, didampingi KH Abu Mansur sebagai ketua tanfidziyah. Kepemimpinan berikutnya, yaitu pada 1985 hingga 1988, rais syuriyah dijabat oleh KH Alwi Shofwan, sementara ketua tanfidziyah dipegang oleh KH Wahab Jailani.


Selanjutnya, periode 1988-1991 mencatat KH Syamsuddin Anwar sebagai rais syuriyah dan KH Sonhaji Abdullah sebagai ketua tanfidziyah, yang kemudian dilanjutkan hingga 1994 dengan H Imam Syafi'i sebagai ketua tanfidziyah. Pada 1995 hingga 2000, KH Haris Shodaqoh menjabat rais syuriyah bersama H Tasmad Abdurrahman sebagai ketua tanfidziyah, dilanjutkan oleh KH Shodiq Hamzah sebagai rais syuriyah pada 1998-2000.


Era 2000-an dimulai dengan KH Hadlor Ihsan sebagai rais syuriyah hingga 2005, didampingi KH Busyairi Harits, lalu diteruskan oleh H Kabul Supriyadi pada periode 2005-2010. Periode 2010-2015 mencatat KH Shodiq Hamzah sebagai rais syuriyah dan KH Anasom sebagai ketua tanfidziyah. Pada periode terakhir, 2016-2021, KH Hanif Ismail menjadi rais syuriyah sementara KH Anasom tetap sebagai ketua tanfidziyah.


PCNU Semarang masih berupaya melacak catatan kepemimpinan dari era 1930 hingga 1970-an untuk melengkapi sejarah yang ada. Kiai Anasom menilai bahwa dokumentasi sejarah ini merupakan amanah yang harus dijaga demi memastikan generasi mendatang dapat memahami jejak perjuangan ulama yang telah membangun fondasi NU di Semarang. 


"Ini adalah ikhtiar untuk merawat sejarah, agar NU Semarang tidak kehilangan jejaknya dan generasi penerus memiliki contoh dari perjuangan yang telah diwariskan," tutup Kiai Anasom.

Penulis: Ahmad Mundzir