Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra

Regional

KH Ulil Albab Arwani Jelaskan Khatamkan Al-Qur’an Metode Fami Bisyauqin

Pengasuh Pesantren Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus KH Ulil Albab Arwani (Foto: NU Online Jateng/Ghofar)

Demak, NU Online Jateng
Pengasuh Pesantren Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus KH Ulil Albab Arwani mengharapkan para santri selalu bersyukur kepada Allah SWT karena telah diberi nikmat dan fadhal (anugerah) mengkhatamkan Al-Qur'an, apalagi sampai ada santri yang dapat mengkhatamkan Al-Qur'an 30 juz bil hifdhi.


“Cara bersyukur yakni tetap membacanya dengan rutin dan istiqamah dengan terus mengkaji, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari,” terangnya.


Hal tersebut disampaikan dalam Haflah Tasyakkur Khatmil Qur'an ke-46 Pesantren Al-Badriyyah Mranggen Kabupaten Demak pada Sabtu (28/5) malam di halaman pesantren. 


Acara yang merupakan agenda rutin setahun sekali dilaksanakan sebagai bentuk syukur atas prestasi santri dalam mengaji dan menghafal Al-Qur’an. Lebih lanjut Kiai Ulil Albab menyampaikan agar bisa mengkhatam Al-Qur'an paling tidak sehari baca sekali. Jika tidak bisa maka tiga hari sekali khatam. “Apabila masih tidak bisa, maka seminggu khatam sekali dengan memakai metode Famy Bisyauqin,” ujarnya.


Baca Juga:
Pesantren Al-Badriyyah Mranggen Demak Gelar Khatmil Qur’an  


Kiai Ulil yang juga Rais PCNU Kudus menerangkan model dari metode Fami Bisyauqin  adalah setiap hari membaca Al-Qur'an dengan pembagian Fa: QS Fatihah sampai QS An Nisa pada hari Jumat, Mi: QS Maidah sampai QS At-Taubah pada hari Sabtu, Ya: QS Yunus sampai QS An-Nahl pada hari Ahad.


"Kemudian Ba: QS Bani Israil sampai Al-Furqan pada Senin, Syin: QS Syu'ara sampai Yasin pada hari Selasa, Waw: QS Was Shaffat sampai QS Al Hujurat  pada hari Rabu, Qaf: QS Qaf sampai QS An Nas pada hari Kamis," terangnya.


Birinya mengingatkan, dalam belajar membaca Al-Qur’an jangan hanya menekankan pada kualitas membaca dan tajwidnya, melainkan juga pada silsilah sanad. Sehingga transmisi pembelajaran Al-Qur’an yang dilaksanakan tidak abal-abal, tetapi sanad gurunya jelas, sebagaimana Pesantren Al-Badriyyah Mranggen.


“Pengasuh Pesantren Al-Badriyyah KH Muhibbin Muhsin itu murid dari simbah KH Arwani Amin di mana sanad Al-Qur’an-nya sambung kepada Rasulullah Muhammad SAW,” ucapnya.


Panitia penyelenggara Ahmad Dliya’uddin Zabidi kepada NU Online Jateng, Kamis (2/6) menjelaskan bahwa selain sebagai wujud rasa syukur atas keberhasilan santri Al-Badriyyah dalam mengikuti pembelajaran mengkaji Al-Qur’an, kegiatan Khatmil Qur’an ini merupakan wadah syiar tentang perlunya pembelajaran Al-Qur’an dan harus ditangani dengan serius. 


“Semoga santri mengaji Al-Qur’an di Pesantren Al-Badriyyah ini bisa bermanfaat baik untuk para santri, keluarga, dan masyarakat. Lebih dari itu, amat diutamakan agar ajaran-ajaran Al-Qur’an bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya.

 
Pengirim: Abdul Ghoffar 

Editor: M Ngisom Al-Barony

Artikel Terkait