Nasional

Apa itu Child Grooming? Berikut Penjelasan Psikolog

Rabu, 9 Oktober 2024 | 14:00 WIB

Apa itu Child Grooming? Berikut Penjelasan Psikolog

Ilustrasi (Freepik)

Semarang, NU Online Jateng

Beberapa waktu terakhir, child grooming menjadi sorotan masyarakat hingga menimbulkan kekhawatiran. Psikolog Klinis Welas Asih Consulting Semarang, Bianglala Andriadewi menjelaskan child grooming merupakan tindakan manipulatif oleh orang yang lebih dewasa kepada anak usia dini, untuk memanfaatkan dengan melakukan tindakan seksual.


"Child grooming itu sifatnya tindakan manipulatif oleh orang lebih dewasa untuk mendapatkan kepuasan seksualitas," jelasnya kepada NU Online Jateng, Selasa (8/10/2024).


Ia menjelaskan, pelaku akan menggunakan metode pendekatan emosional kepada anak supaya menuruti permintaan pelaku.


"Pelaku bisa dengan memberikan perhatian khusus, hadiah bahkan bisa jadi ancaman supaya anak merasa terikat," ujarnya.


Lala, sapaan akrabnya, menjelaskan ciri-ciri atau modus pelaku dalam melakukan tindakan manipulasi biasanya bersikap ramah dan peduli, serta mengisolasi korban dengan membuatnya jauh dari lingkungan keluarga dan lain sebagainya.


"Misalnya pelaku memanipulasi korban bilang aku selalu ada buat kamu, bisa jadi memberikan hadiah atau pujian," terangnya.


Menurut Lala, wajar jika korban akan tertarik interaksi dekat dengan pelaku, dikarenakan korban tidak mendapat hal tersebut dari orang terdekat. Kemudian, lambat laun ketika korban telah terikat akan sulit bagi korban jika tidak menuruti permintaan pelaku.


"Kalau sudah terikat, pelaku akan mengancam korban supaya tidak melapor," katanya.


Lebih lanjut, Lala menerangkan hal yang harus dilakukan jika mendapati korban child grooming. Pertama, jangan menghakimi korban dengan dalih suka sama suka. Kedua, laporkan ke pihak berwajib untuk penanganan hukum secara adil. Ketiga, segera bawa ke psikolog anak supaya kondisi psikis kembali stabil. 


"Sebagai orang dewasa harus memberikan tempat yang aman dan nyaman. Kita tidak bisa menyalahkan korban karena secara pemikiran saja sudah berbeda dengan manusia dewasa, dan kira juga tidak ngorek-ngorek kronologi ketika waktunya tidak tepat," ujar Lala.


Lala menjelaskan, anak dalam keterbatasannya belum mengetahui secara pasti atau belum dapat memvalidasi kebingungan pada diri anak sebagai korban. Ada kemungkinan anak tersebut bisa merasakan kenyamanan tapi takut salah sehingga dapat mengejutkannya. 


“Anak akan begitu tertekan karena menyimpan teror dan kebingungan-kebingungan sendirian. Makanya sebagai orang dewasa jangan menyalahkan anak, ngomong kok kamu dipegang-pegang mau. Secara pola pikir dia beda dengan orang dewasa," tutur Lala.


Menurutnya, edukasi seks harus diterapkan pada anak sesuai tingkatan usia. Hal itu bukan berarti mengajarkan anak untuk melakukan hubungan seks, tapi supaya dapat mengetahui mana yang boleh atau tidak boleh disentuh oleh orang lain. 


Ia menjelaskan, apabila anak paham konsekuensi hubungan seksual justru dapat mengurangi fenomena seks bebas dikarenakan dia sudah paham secara ilmu. Sebagai orang dewasa harus bisa membuka komunikasi yang baik, mengawasi pergaulan anak dan menempatkan anak sesuai usia.


"Tidak hanya anak, manusia dewasa juga harus paham supaya tidak menjadi pelaku child grooming. Anak bisa menjadi korban dan semua orang dewasa juga bisa menjadi pelaku," tegasnya.