Sanad Keilmuan Almaghfurlah KH Dalhar Watuconggol dari Syekh Mahfudz at-Tarmasi (Bagian I)
Rabu, 16 April 2025 | 09:00 WIB
Pasca Perang Diponegoro, yang juga dikenal sebagai Perang Jawa, banyak kiai yang sebelumnya menjadi bagian dari pasukan Pangeran Diponegoro menyebar ke berbagai pelosok daerah. Mereka menyebar bukan sekadar untuk menghindari kejaran penjajah Belanda, tetapi juga untuk melanjutkan perjuangan melalui strategi yang berbeda, yakni dengan mendirikan pondok pesantren sebagai basis perjuangan baru.
Salah satu panglima pasukan Pangeran Diponegoro, yakni Kiai Abdur Rouf, memilih Dusun Tempur sebagai tempat untuk melanjutkan kaderisasi perjuangan. Di sana, beliau mendirikan pesantren. Kiai Abdur Rouf merupakan putra dari Kiai Hasan Tuqo (Raden Bagus Kemuning), yang masih memiliki garis keturunan dari Sunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III. Selain mengasuh santri dan mengkader pejuang, beliau juga membimbing masyarakat sekitar secara intensif.
Salah satu cucu beliau, Nahrowi muda yang kelak dikenal sebagai KH Dalhar Watuconggol meneruskan jejak perjuangan tersebut. Setelah menimba ilmu dari berbagai pesantren di Jawa, beliau kemudian melanjutkan pengembaraannya ke Tanah Suci untuk belajar kepada para ulama besar.
Di Makkah, salah satu guru utama KH Dalhar adalah Syekh Mahfudz bin Abdullah at-Tarmasi, seorang ulama besar asal Nusantara yang sangat disegani. Syekh Mahfudz bahkan digelari “Imam Bukhari dari Tanah Jawa” karena kealimannya dalam ilmu hadis. Dari beliaulah KH Dalhar memperoleh ijazah dan sanad keilmuan yang bersambung kepada para ulama terdahulu.
Sanad Syekh Mahfudz ini terhimpun dalam sebuah kitab khusus yang berjudul Kifayatul Mustafid lima 'ala minal Asanid (كفاية المستفيد لما على من الأسانيد), sebuah kitab ber-genre tsabat yang merinci mata rantai keilmuan beliau dan sambungannya kepada para ulama pengarang kitab-kitab mu'tabar. Kitab ini kemudian ditulis ulang oleh Kiai Mukhlasin bin Abdurrahman, pendiri Pondok Baru Payaman, yang juga merupakan murid dari KH Dalhar.
Dalam kitab tersebut disebutkan sejumlah kitab pokok dalam berbagai disiplin ilmu seperti tafsir, hadis, fikih, ushul fikih, serta ilmu alat seperti nahwu dan sharaf, yang diijazahkan Syekh Mahfudz kepada KH Dalhar, yang dalam kitab tersebut disebut dengan nama lengkapnya, Muhammad bin Abdurrahman bin Abdur Rouf al-Fesantreny. Bahkan beberapa wirid dan aurod seperti Hizb Nawawi, Dalailul Khairat, dan talqin dzikir juga termasuk dalam ijazah tersebut. Sanad ini juga tersambung kepada Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i.
Kitab ijazah dan sanad ini bukan hanya menjadi bukti kuat atas keberlanjutan keilmuan KH Dalhar dari Syekh Mahfudz at-Tarmasi, tetapi juga menegaskan adanya jejaring keilmuan para ulama Nusantara yang bersambung secara otentik ke dunia Islam internasional.
Tradisi sanad merupakan bagian penting dalam merekam dan mengabadikan jejak keilmuan para ulama. Jejaring keilmuan seperti ini mencerminkan kekayaan dan keautentikan khazanah keislaman di Nusantara.
Penulis: Abdul Aziz Katib Syuriyah PCNU Kabupaten Magelang
Terpopuler
1
PCNU Purworejo Masa Khidmat 2024-2030 Resmi Dilantik, PBNU Tekankan Dua Khidmah NU: Diniyah dan Wathoniyah
2
PC IPNU IPPNU Kudus Masa Khidmat 2024-2026 Resmi Dilantik, Siap Cetak Pelajar Visioner dan Berkarakter
3
PCNU Pati: Kebijakan Lima Hari Sekolah Jangan Matikan TPQ dan Madin
4
Program Kambing Bergulir LAZISNU Pati Resmi Diluncurkan, Margorejo Jadi Lokasi Perdana
5
Badko LPQ Kabupaten Tegal Gelar Workshop Kurikulum Perdana di Kecamatan Talang
6
RMI PCNU Temanggung Matangkan Sinergi Program, Usung Visi Pesantren Maju, Modern, dan Maslahat
Terkini
Lihat Semua