Tokoh

Imam Sanusi: Ulama Pemerhati Akidah Aswaja Termasyhur

Jumat, 13 Desember 2024 | 15:00 WIB

Imam Sanusi: Ulama Pemerhati Akidah Aswaja Termasyhur

Ilustrasi (Foto: Istimewa)

Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf bin Umar bin Syu'aib as-Sanusi adalah salah satu ulama termasyhur yang dikenal sebagai pemerhati akidah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Beliau berasal dari kabilah Sanus yang bermukim di Maroko. Imam Sanusi lahir di Kota Tilmisani, Aljazair, pada 18 Jumadil Akhir 832 H atau bertepatan dengan 9 Mei 1490 M.


Sejak kecil, Imam Sanusi menunjukkan semangat belajar yang luar biasa. Lingkungan keluarganya yang kondusif dan religius turut mendukung perkembangan intelektualnya. Beliau pertama kali belajar kepada ayahnya, Syekh Yusuf bin Umar, yang mengajarkan ilmu agama, aljabar, dan matematika. Selain itu, Imam Sanusi juga belajar kepada saudara-saudaranya dan sejumlah ulama besar, seperti Talwati, Abu Abdullah al-Haqab, Abul Hasan Al-Kalsadi, dan Ibnu Marzuk.


Selain dengan sang ayah, Imam Sanusi juga belajar ilmu lainnya dengan kakak kandungnya, seperti Talwati, Abu Abdullah al-Haqab, Abul Hasan Al-Kalsadi, Ibnu Marzuk, dan Kasim Uqbani. (as-Sanusi, Menuju Kebeningan Tauhid Bersama As-Sanusi Terjemah Syarh Umm AlBarahin, iv; Kiki, “Pemikiran Kalam Syaikh Muhammad Sanusi).


Selain itu, ia juga belajar kitab ar-Risalah kepada saudara seibunya, alHafiz Abu al-Hasan at-Taluti. Belajar kitab al-Irsyad karya Imam al-Haramain dan kitab at-Tauhid kepada al-Imam al-Wara’ al-Shalih Abu al-Qasim alKanabasyi. Belajar Shahih Bukhari Muslim dan kitab hadits lainnya dari alImam al-Hujjah al-Wara’ al-Shalih Abu Zaid al-Tsa’libi. Belajar ilmu Faraidl dan Hisab dari al’Alim al-Ajall al-Shalih Abu al-Hasan al-Qalshadi alAndalusi. Dan ia mengambil thariqah dari dari al-Imam Abu Zaid Al-Tsa’libi dan dari al-Imam al-‘Allamah al-Wali az-Zahid an-Nashih Ibrahim at-Tazi. (as-Sanusi, Menuju Kebeningan Tauhid Bersama As-Sanusi Terjemah Syarh Umm AlBarahin, iv-v).


Banyak pihak yang menyertai proses Sanusi dalam memperdalam ilmunya. Sesuai kata pepatah, belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa bagai melukis di atas air. Ketajaman dan kecerdasan dari Sanusi kecil, mengantarkannya menjadi pribadi yang luas akan ilmu. Dimulai dari usia dini hingga dewasa, ia sangat tekun belajar dan tak kenal lelah. Tak ayal, jika ia menjadi tokoh besar yang dijadikan sebagai panutan oleh banyak muridnya.


Dalam buku Dasar-Dasar Akidah Ahlussunah Wal Jamaah untuk Tingkat Pemula karya Muhammad Nuruddin, dikisahkan pada saat itu Imam Sanusi bersama murid-muridnya perginke padang pasir, tiba-tiba beliau melihat segerombol pasukan mengenakan baju yang mewah sekali. Beliau bertanya kepada muridnya. Lantas sang murid menjawab jika kelompok itu adalah orang terdekat dari penguasa. Sontak, Imam Sanusi membaca ta'awudz sambil mengambil arah yang lain, agar tidak berpapasan kepada orang tersebut.. 


Terdapat cerita yang membuat murid dari Imam Sanusi terheran-heran, ketika ada kejadian dimana beliau hendak mengkhatamkan pengajian tafsir Al-Qur’an, Imam Sanusi ingin membaca surat Al-Mu’awwidzat. Namun nadzar itu sudah diketahui oleh para penguasa, mendengar hal itu, sontak Imam Sanusi mengkaji ketiga surat dalam satu pertemuan sekaligus lantaran khawatir dan takut kegiatannyaa dihadiri oleh penguasa. (Analisis dan Syarah atas Kitab Ummul Barahin, biografi singkat Imam Sanusi, hal. 15).


Murid-murid Imam Sanusi dalam nail Al ibtihaj Atun bukti menulis terdiri dari 10 murid yang diantaranya Ibn Sa'ad, Abul Qasim az-Zawawi, Ibn Abi Madyan, Yahya Ibn Muhammad, ibn al-Hajj al-Baidari, ibn al-'Abbas ash-Shaghir, Waliyullah Muhammad al-Qol'i, Ibrahim al-Wajdiji, Ibn Malukah, dan lain-lain.


Semasa hidupnya, beliau menulis syarah (penjelasan) yang diberi judul Syarh Al-‘Aqidah ash-Shugra. Kemudian, ada kitab Shugra ash-Shugra, Al-Muqaddimat, serta Syarh Asma’illah al-Husna.


Namun, ada pula kitab-kitab dari karya Imam Sanusi lainnya seperti Syarh Wasithah as-Suluk, Al-Manhaj as-Sadid fi Syarh Kifayah al-Murid, Mukammill Ikmal, Syarh Shahih al-Bukhari, Syarh Musykilat Shahih al- Bukhari, dan masih banyak karya spektakuler dari Imam Sanusi yang tak terhingga lainnya.


Ilmu Akidah ini memuat berbagai ilmu pengetahuan terkait sifat-sifat wajib Allah swt, sifat-sifat kemustahilan, serta sifat jaiz. Dan dalam ilmu ini, manusia diperkenankan untuk berpikir rasional dalam mengenal hukum-hukum akal dan penjelasan mengenai seluk-beluk teori ketuhanan. Dari situlah, sebab masuknya cahaya iman ke dalam hati, dengan ciri-ciri sebagaimana beliau bersabda:


اإلانبة إىل دار اخللود، والتجايف عن دار الغرور، واالستعداد للموت قبل نزوله


Artinya: “Kerinduan kepada kampung keabadian, merasa jauh dari dunia yang menipu, bersiap-siap untuk menghadapi kematian.” (Al-Baihaqi, Al-Asma’ Wa Al-Shifat Qahirah: Dar Ihya’ al-Turats al-’Arabi, t.th. hal. 258).


Dengan demikian, Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf bin Umar bin Syu'aib as-Sanusi tokoh teladan bagi muslimin dan muslimat dalam memperdalam ilmu akidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah. berkat beliau, kita diwajibkan untuk mengerti, memahami, dan mensyiarkan kebenaran-kebenaran ajaran akidah yang rasional kepada seluruh umat manusia.
 

Oleh: Ayu Lestari