• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 29 Maret 2024

Taushiyah

Hentakan Sandal Sahabat Bilal Terdengar di Surga

Hentakan Sandal Sahabat Bilal Terdengar di Surga
Foto: Ilustrasi (nu online)
Foto: Ilustrasi (nu online)

Bilal bin Rabah adalah budak berkulit hitam yang menyatakan keimanannya lalu masuk Islam. Dia adalah orang yang pertama kali mengumandangkan adzan sebelum dilaksanakannya shalat.

   
Siksaan berat telah ia rasakan selama menjadi budak Umayah, yaitu semenjak ketahuan ia memeluk agama Islam. Namun siksaan demi siksaan tidak menjadikannya putus asa lalu balik ke agama nenek moyangnya, justru siksaan itu menjadikannya kokoh dalam memegang agamanya sampai ia dimerdekakan oleh Abu Bakar.

   
Siapa sangka kalau Bilal yang hanya seorang 'budak berkulit hitam' yang ketika (sebelum dimerdekakan) hanya dipandang sebelah mata, tapi sebelum kematiannya sandalnya telah berada di surga, artinya ia adalah min ahlil jannah.

   
Seusai shalat subuh, Rasulullah saw bertanya kepada sahabat Bilal, bagaimana ceritanya hentakan sandalmu terdengar di surga? Amalan apan yang telah engkau lakukan?.

   
Ya Rasulallah, saya tidak punya amalan yang lebih baik kecuali saya selalu menjaga wudluku, setiap kali aku berhadats aku langsung berwudlu lalu shalat sunnah dua rakaat.


Hadits nabi:


يَا بِلاَلُ بِمَ سَبَقْتَنِى إِلَى الْجَنَّةِ مَا دَخَلْتُ الْجَنَّةَ قَطُّ إِلاَّ سَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَ أَمَامِى دَخَلْتُ الْبَارِحَةَ الْجَنَّةَ فَسَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَ أَمَامِى. يا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَذَّنْتُ قَطُّ إِلاَّ صَلَّيْتُ رَكْعَتَيْنِ وَمَا أَصَابَنِى حَدَثٌ قَطُّ إِلاَّ تَوَضَّأْتُ عِنْدَهَا وَرَأَيْتُ أَنَّ لِلَّهِ عَلَىَّ رَكْعَتَيْنِ


Artinya: 
Wahai Bilal, kenapa engkau mendahuluiku masuk surga? Aku tidaklah masuk surga sama sekali melainkan aku mendengar suara sandalmu di hadapanku. Aku memasuki surga pada malam hari dan aku dengar suara sandalmu di hadapanku. Ya Rasulallah, aku biasa tidak meninggalkan shalat dua rakaat sedikitpun. Setiap kali aku berhadats, aku lantas berwudhu dan aku membebani diriku dengan shalat dua rakaat setelah itu. (HR Turmidzi)


Penulis: H Ahmad Niam Syukri Masruri


Taushiyah Terbaru