• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 5 Mei 2024

Taushiyah

Bisakah Anda Menilai Berapa Amalmu?

Bisakah Anda Menilai Berapa Amalmu?
Ilustrasi: Pixabay
Ilustrasi: Pixabay

Selama ini, mungkin kita meletakkan amal kebaikan sebagai sebuah pondasi kebaikan dan berasumsi sebagai dasar Allah Ta'ala menentukan pahala dan surga. Juga, kita selalu diajarkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, dan beramal dengan ikhlas. Sebuah fenomena gemar bersedekah pun menjadi tren tersendiri. Bahkan, ada pihak yang menolak untuk dicatat sebagai daftar pemberi sedekah dengan alasan ikhlas atau tak mau disebut pamer.

 

Mungkin, hal yang perlu kita ketahui terlebih dahulu memaknai ikhlas dalam beramal yang diibaratkan dengan kata lupa, atau setidaknya menjadikan lupa sebagai indikator keikhlasan kita dalam beramal. Kiranya kurang pantas jika kita melakukan kebaikan namun di sisi lain membuat orang lain justru harus berurusan dengan lembaga audit keuangan akibat ketidakjelasan administrasi donasi kemanusiaan.

 

Biarlah panitia menjalankan tugas administrasinya dengan profesional, pun demikian kita dianjurkan untuk melakukan kebaikan lagi dan lagi untuk menumpuk dan membuat kita lupa akan apa yang telah kita berikan sebelumnya. Sebab, saat kita menolak pencatatan administrasi dengan alasan ikhlas dan tidak mau disebut riya'. Maka, mungkin bisa jadi pada saat itu juga tanpa disadari kita sedang memameri petugas pengumpul sedekah, atau bahkan riya' kepada Allah Ta'ala. Na'udzubillahi min dzalik.

 

Benarkah demikian? Yang pasti Allah wa rasuluhu a'lam. Teruslah berusaha untuk ikhlas karena kita sendiri tidak bisa mengetahui keikhlasan kita sebelum diri ini dapat melupakannya. Lantas, jika enggan untuk dicatat, masukkanlah ke dalam kotak yang disediakan sebagai solusi agar nama kita tak tercatat dalam daftar pemberi sedekah.

 

Kitab Mawaidul Usfuriyyah mengisahkan tentang Sahabat Umar bin Khattab. Suatu ketika khalifah kedua ini tengah berjalan-jalan di alun-alun kota, kemudian ia melihat seorang anak kecil yang memegang seekor burung kecil. Hati Singa Padang Pasir ini memelas menyaksikan makhluk tak berdaya tersebut menjadi mainan. Maka, dibelilah burung tersebut dari anak kecil itu. Usai memiliki hak atas hewan itu, lalu Umar melepaskan-liarkannya ke alam bebas.

 

Jauh hari setelah peristiwa itu ketika Umar telah wafat, para sahabat bermimpi. Di alam bawah sadar itu, banyak orang yang menanyakan tentang keadaan Sang Khalifah di alam kubur, mereka bertanya. “Apa yang Allah lakukan kepadamu?” Umar pun menjawab. “Allah telah mengampuniku,”.

 

Para Sahabat yang menilai Amirul Mukminin ini sebagai hamba yang penuh kebaikan kembali bertanya "Amal apa yang membuat Allah mengampuni dirinya?". Tak sedikit yang berasumsi karena dermawan, adil, atau bahkan kezuhudannya yang tiada banding. Umar lantas menerangkan.

 

"Ketika kalian meletakkanku di dalam kubur, memendamku dengan tanah, dan meninggalkanku sendirian, datanglah kepadaku dua malaikat yang membuatku gemetar hingga akalku hilang nalar, demi melihat keduanya. Saat mereka hendak menanyaiku, saat itu pula terdengar. "Tinggalkan hamba-Ku dan jangan kalian menakutinya karena Aku menyayanginya dan memaafkannya, sebab dia telah menyayangi seekor burung di dunia, maka karena itu Aku menyayanginya di akhirat”.

 

الراحمون يرحمهم الرحمن ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء 

 

Bisakah Anda menilai amal untuk tempat kembali yang terbaik? Surga atau neraka adalah hak prerogatif Sang Pencipta, sedangkan amal baik manusia merupakan sebuah indikator atau ukuran umum makhluk dalam menjalani kehidupan dengan motivasi memberikan yang terbaik dan menyenangkan serta dengan harapan menggapai ridla Allah Ta'ala.

 

Kita hanya butuh bisa melakukan banyak kebajikan dan kebaikan karena manusia tak pernah tahu amal mana yang membuat Allah Ta'ala ridla. Sebab, kasih sayang kita bisa jadi ukuran Allah Ta'ala memberikan ampunan dan surga-Nya.

 

Mari terus berlomba-lomba melakukan kebaikan, terus berusaha memberikan yang terbaik bagi Allah Ta'ala. Pada saat yang sama kasihilah penerima sedekah maupun petugas pengelola sedekah.

 

Disarikan dari Selapanan NU Ranting Dukuh Salatiga bersama Pengasuh Pesantren Darul Falah Kiai Muhammad Badaruddin Alhafidz.

 

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat


Taushiyah Terbaru