Semarang, NU Online Jateng
Hari Kartini menjadi momentum penting untuk membangkitkan semangat perempuan dalam bersuara dan berkarya. Walisongo Public Relations Community (WPRC) mengajak perempuan untuk bersuara dan menjadi perempuan merdeka dalam Seminar Suara Perempuan bertema Ekspresi dalam Kata dan Karya di Laboratorium Dakwah (Labda) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Walisongo Semarang, Kamis (24/4/2025). Kegiatan ini diikuti 50 peserta dari mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam FDK.
Dalam suasana semangat Kartini, acara menghadirkan Pemerhati Perempuan sekaligus dosen, Kurnia Muhajarah, serta Kurator Museum Kartini Rembang, Retna Dyah Radityawati.
Dalam sambutannya, Pembimbing WPRC, Alifa Nur Fitri, mengutip ungkapan Kartini, "Siapakah yang dapat membantu mempertinggi derajat budi manusia, ialah Ibu, karena haribaan Ibu itulah manusia mendapatkan didikannya yang mula-mula sekali." Oleh karena itu, menurutnya, perempuan sangat layak untuk mendapatkan pendidikan tinggi.
"Maka perempuan itu penting untuk belajar, berkarya, karena kita perempuan yang akan memberikan pendidikan paling awal untuk anak kita. Mendidik perempuan sama halnya dengan mendidik generasi," ujarnya.
Sementara itu, Kurnia Muhajarah dalam pemaparannya menyampaikan bahwa sudah saatnya perempuan saling berkolaborasi, bukan lagi berkompetisi.
"Jangan saling menyalahkan satu sama lain. Kini bukan waktunya lagi untuk kita saling atau saling berkompetisi, apalagi saling menjatuhkan dan menyalahkan. Justru sekarang, waktunya Para Perempuan saling menguatkan dan saling memberi dukungan. Dengan kolaborasi, perempuan mampu berkarya, menghadirkan harmoni, dan menyambungkan ekspresi menjadi gerakan. Mulailah dari hal-hal yang baik, dengan hati dan niat yang baik pula," jelasnya.
Lebih lanjut, perempuan yang telah melahirkan banyak karya tulis ini menuturkan bahwa perempuan tidak harus menjadi Kartini, namun dapat melanjutkan perjuangan dan menyalakan obor semangatnya.
"Jangan merasa terbebani dengan kodrat sebagai perempuan. Islam memuliakan peran kita sebagai ibu dan istri, namun juga memberi ruang untuk terus berkarya dan memberi manfaat, selama tetap menjaga nilai-nilai agama. Dengan itu, perempuan bisa menjadi pribadi yang merdeka dan bermartabat," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Retna Dyah mengajak audiens untuk mengenal lebih dekat perjuangan Kartini melalui narasi-narasi yang ada di museum.
Museum Kartini, lanjutnya, memperlihatkan perjuangan sosok Kartini dalam berbagai bidang, baik pendidikan, sosial, maupun hak-hak perempuan.
Retna menjelaskan bahwa Kartini memiliki pandangan bahwa perempuan harus memiliki keagungan moral.
"Perempuan pribumi berhak mendapatkan kesetaraan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, hukum, otonomi, dan kebebasan memilih," jelasnya.
Dalam paparannya, Retna juga menerangkan berbagai koleksi di Museum Kartini yang menarasikan cita-cita sang pahlawan emansipasi. Salah satu koleksi menarik, selain surat-surat Kartini, adalah kado pernikahan Kartini dari KH Saleh Darat berupa Tafsir Faidur Rahman, yakni terjemahan surah Al-Fatihah, Al-Baqarah, dan An-Nisa.
Terpopuler
1
Jadwal Kepulangan Jamaah Haji Asal Jawa Tengah dan DIY Gelombang 2
2
5,5 Juta Antrean Berangkat Haji, BP Haji Siapkan Langkah Audit Data Antrean
3
Pitutur, Dawuh, dan Parenting ala Nyai Hj Djamilah Hamid Baidlowi
4
LESBUMI PWNU Jateng Gelar Syi’ar Muharram 1447 H: Mematri Spiritualitas, Membangun Peradaban Bangsa
5
Unwahas Siapkan Beasiswa untuk Atlet Paralayang Berprestasi
6
Ketua PCNU Klaten Terpilih Rumuskan Strategi Penguatan Organisasi Pasca Konfercab XVII
Terkini
Lihat Semua