• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 2 Mei 2024

Regional

Sunan Kuning sebagai Tokoh Harus Dipulihkan Nama Baiknya

Sunan Kuning sebagai Tokoh Harus Dipulihkan Nama Baiknya
Ketua LTNNU Kota Semarang Kholidul Adib (Foto: NU Online Jateng/Rifqi)
Ketua LTNNU Kota Semarang Kholidul Adib (Foto: NU Online Jateng/Rifqi)

Semarang, NU Online Jateng
Sunan Kuning adalah seorang pangeran atau sunan dalam asal kata susuhunan. Gelar sunan pada Sunan Kuning bukan berarti tokoh spiritualis agama seperti Wali Songo. Meski keturunan bangsawan, akan tetapi makam Sunan Kuning sepi peziarah, tidak seperti umumnya tokoh. Hal ini disebabkan adanya sebuah area prostitusi yang ada di Kalibanteng Kota Semarang.

 

"Dulu memang ada, Sunan Kuning itu keturunan dari Keraton Surakarta, tapi karena image-nya seperti itu (sebuah tempat prostitusi,red) jadi sepi," kata Ketua Balai Litbang Agama (BLA) Semarang Samidi Halim.

 

Samidi menerangkan hal itu saat menjadi narasumber pembekalan bagi calon pengurus Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Kota Semarang di Situation Room Pemerintah Kota Semarang, Ahad (31/10) pagi.

 

Dijelaskan, Raden Mas Garendi dengan gelar Sunan Amangkurat V adalah nama asli Sunan Kuning. Dirinya menyebut sejarah ini sudah masuk dalam buku Geger Pacinan 1740-1742. Sunan Kuning karena masih keturunan Tionghoa, kulitnya berwarna cerah atau kuning langsat, tidak seperti umumnya para pangeran Jawa. Nama Sunan Kuning juga sudah ia temukan saat meneliti Sunan Kuning dalam catatan trah Kasunanan Surakarta.

 

"Karena waktu itu makamnya tidak dirawat warga sekitar Kalibanteng, terus makamnya dirawat para keturunan Tionghoa. Makanya kompleks makamnya seperti itu (bernuansa klenteng), mereka juga menyebut Sunan Kuning sebagai leluhurnya," paparnya.

 

Disampaikan, Sunan Kuning dimakamkan di Semarang lantaran kalah dalam sebuah perang melawan VOC dalam penyerangan ke Batavia. Dia meninggal dalam perjalanan menuju Surakarta, tepatnya saat baru tiba di Semarang.

 

"Sunan Kuning ini termasuk pasukan yang kalah. Dalam perjalanan pulang, kena pagebluk kata orang dulu atau sejenis virus dan sampai meinggal, tidak sempat dibawa sampai keraton," jelasnya.

 

Peran Sunan Kuning berjuang untuk negara ini tenggelam oleh kompleks lokalisasi yang dibubarkan Kementrian Sosial dengan Pemerintah Kota Semarang.

 

Citra Sunan Kuning di masyarakat harus dipulihkan. Menurut Samidi para pengurus LTNNU Kota Semarang memiliki peran untuk memperbaiki citra Sunan Kuning agar kembali ramai para peziarah.

 

Citra yang buruk terhadap suatu tempat dapat membuat sepi atau menjadikan tempat tersebut menjadi seolah terkhususkan dengan mitos. Dia sebut beberapa makam wali dan gunung yang memiliki mitos tersendiri, terutama makam yang ada di gunung.
 
 

Samidi yang saat ini menjadi Ketua Dewan Pakar LTNNU Kota Semarang pun membeberkan penelitiannya. Pengalaman para pezirah yang melakukan tirakat dan mendapatkan petunjuk atau isarat tidak jelas berupa mimpi memunculkan mitos pesugihan, "Nah dari mimpi itu akhirnya muncul mitos pesugihan gunung Kawi," ujarnya.

 

Oleh karena itu, ketua LTNNU Kota Semarang periode lalu yang kini menjadi Ketua Dewan Pakar LTNNU Kota Semarang ini mengajak jajaran LTNNU untuk menggenjot kemampuan literasi kader NU di era digital.

 

"Karena itu kita perkuat literasi digital, sebarkan informasi yang benar tentang sejarah, seperti makam Sunan Kuning Semarang, ini potensi wisata religi yang harus kita garap melalui media sosial," tandasnya.

 

Anggota Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Moh Zen Adv mengatakan, komitmen kebangsaan pesantren sangat penting. Ia anggota legislatif Jateng yang menjegal kebijakan pemerintah terkait kesejahteraan warga NU.

 

Zen yang juga anggota Dewan Pakar LTNNU Kota Semarang ini menyebut salah satunya kebijakan tentang pesantren. "Kita (PKB) mendorong agar lulusan pesantren bisa diterima di semua lini sektor dunia kerja, ini ada dalam undang-undang," ungkapnya.

 

Terkait kemampuan literasi digital, Ketua LTNNU Kota Semarang Kholidul Adib mengatakan, kepengurusan yang ada saat ini cukup potensial. "Mohon bimbingan dan arahan, semoga kepengurusan ini bisa berjalan dengan baik," pungkasnya. 

 

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: M Ngisom Al-Barony


Regional Terbaru