Regional

Semarak Grebeg Jemunak 2025, Upaya Lestarikan Tradisi dan Akar Budaya Gunungpring

Sabtu, 22 Maret 2025 | 15:30 WIB

Semarak Grebeg Jemunak 2025, Upaya Lestarikan Tradisi dan Akar Budaya Gunungpring

Ratusan warga memadati ruas Jalan Kiai Raden Santri, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.

Magelang, NU Online Jateng  

Ratusan warga memadati ruas Jalan Kiai Raden Santri, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Mereka antusias menanti iring-iringan Grebeg Jemunak pada Selasa (8/03/2025), sebuah tradisi tahunan yang digelar setiap bulan Ramadan oleh para pemuda Dusun Dukuhan, Gunungpring.


Selepas pukul 16.00 WIB, dua gunungan jemunak setinggi 1,5 meter dipikul oleh para pemuda melintasi jalan desa. Diiringi bregada, drumband, dan atraksi barongsai, kirab gunungan yang terdiri dari 2.025 bungkus jemunak itu berjalan sejauh 500 meter. Rute dimulai dari Pondok Pesantren Simbah Gus Jogorekso menuju Masjid Al Ikhlas Dukuhan, Gunungpring.


Suasana semakin meriah saat tiga barongsai tampil memukau di halaman masjid. Atraksi barongsai menjadi bagian simbolik dari prosesi Grebeg Jemunak yang menggabungkan unsur budaya, keislaman, dan kebersamaan.


Puncak kemeriahan terjadi ketika panitia membagikan ribuan jemunak kepada warga yang telah memadati halaman masjid. Dari atas panggung, panitia melemparkan kantong-kantong jemunak yang langsung disambut antusias oleh warga yang berebut mendapatkannya.


“Antusias warga tahun ini meningkat. Dua bulan sebelum Ramadan, panitia telah menggodok acara, sehingga promosi lebih gencar,” ujar Ketua Panitia Grebeg Jemunak 2025, Hernadi Sasmoyo Aji. Ia berharap, pada tahun-tahun mendatang, jangkauan penonton akan semakin luas.


Sebagai kawasan religi, Gunungpring memiliki ikatan erat dengan sosok Kiai Raden Santri, ulama penyebar Islam di wilayah tersebut. Tak heran jika salah satu gunungan jemunak dinamai Gunungan Kyai Raden Santri.


“Dua gunungan kami namakan Gunungan Kyai Raden Santri dan Gunungan Masjid Al Ikhlas. Nama Raden Santri karena beliau tokoh agama yang membangkitkan Islam di sini, dan Masjid Al Ikhlas sebagai tonggak untuk Islam ke masa yang akan datang,” jelas Hernadi.


Ayu, warga dari Sawangan, Magelang, mengaku sengaja datang untuk turut menyaksikan Grebeg Jemunak. 


“Acaranya meriah dan bisa menghibur masyarakat, apalagi saat atraksi barongsai dan rebutan jemunak,” tuturnya sambil menunjukkan sekantong jemunak yang berhasil ia dapatkan.


Tahun ini, Grebeg Jemunak mengusung tema “Manggala Nata Amukti Budhi”. Tema tersebut menyampaikan pesan bahwa seorang pemimpin harus memberikan teladan yang baik bagi masyarakat. Selain memeriahkan bulan suci, acara ini juga bertujuan mengenalkan jemunak kepada masyarakat luar Desa Gunungpring.

Jemunak merupakan makanan khas Desa Gunungpring yang hanya bisa ditemui saat bulan Ramadan. Makanan ini berbahan dasar ketela yang dicampur dengan ketan, kelapa, dan gula jawa.


Dilansir dari jatengprov.go.id, kata “jemunak” berasal dari ungkapan “ujung-ujung ketemu penak”, yang berarti pada akhirnya akan menemui kenikmatan. Makna tersebut erat kaitannya dengan kenikmatan setelah berpuasa.


Bupati Magelang, Grengseng Pamuji, turut memberikan dukungan terhadap pelaksanaan Grebeg Jemunak sebagai upaya pelestarian budaya lokal yang bernilai tinggi di tengah arus modernisasi.


“Pilar-pilar seperti pemerintah, pengusaha, akademisi, dan segenap masyarakat diharapkan dapat memberi kontributor positif terhadap pelaksanaan kegiatan ini menjadi lebih baik di tahun mendatang,” kata Grengseng saat memberikan sambutan sekaligus melepas kirab Grebeg Jemunak di halaman Pondok Pesantren Simbah Gus Jogorekso.

Penulis: Ika Herdinawati