• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 19 Mei 2024

Regional

Perbanyak Amal Kebaikan sebagai Pemanasan Sambut Bulan Ramadhan

Perbanyak Amal Kebaikan sebagai Pemanasan Sambut Bulan Ramadhan
Pengasuh Pesantren An-Najah Dawar, Boyolali, KH Abdul Hamid (Istimewa)
Pengasuh Pesantren An-Najah Dawar, Boyolali, KH Abdul Hamid (Istimewa)

Boyolali, NU Online Jateng
Menyambut datangnya bulan Ramadhan, umat Islam dianjurkan agar memperbanyak amal kebaikan, seperti puasa dan sedekah. Hal tersebut bisa dimaknai sebagai pemanasan.

"Sedekah itu kebiasaan, punyanya ketela dikasihkan ketela, punyanya roti dikasihkan roti. Nanti begitu Ramadhan tiba, kita akan panen kebaikan karena sudah latihan di bulan Sya'ban," terang Pengasuh Pesantren An-Najah Dawar, Mojosongo, Boyolali, KH Abdul Hamid.

Hal itu disampaikan, pada pengajian Haflah Akhirussanah Madrasah Diniyah (Madin) Tahfidzul Qur'an, Suruhan, Karangjati, Wonosegoro, Ahad (20/3) malam. Namun, semua ibadah yang dilakukan itu, lanjut Kiai Hamid, tentu datangnya melalui taufik (pertolongan) Allah SWT.

Jika seseorang diberi taufik maka ia akan diberikan kemampuan taat dan dimudahkan untuk melakukan kebaikan. Sebaliknya, kalau tidak mendapat pertolongan-Nya, misalnya ketika mendengar panggilan adzan Shubuh rasanya enggan bangun.

"Termasuk mengapa kita senang bersedekah dan berangkat pengajian ini? Itu, karena diberi taufik. Semoga kita diberi taufik Allah SWT sampai akhir hayat," doanya

Kiai Hamid yang pernah menjadi Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Boyolali itu juga menerangkan bahwa dunia atau harta benda itu memang penting, tapi ada yang lebih penting yaitu kehidupan akhirat. Maka agar tidak menyesal, diharapkan agar menjadi orang yang bermanfaat. Yaitu orang yang mementingkan orang lain atau mementingkan kepentingan umum demi menolong sesama.

"Jangan sampai kita nanti di akhirat menyesal karena kurang beribadah, pelit bersedekah, dan lalai beramal saleh lainnya," ungkapnya.

Kiai Hamid  juga menyoroti suburnya jiwa-jiwa yang materialis (menilai sesuatu semata berdasar materi), egois (mementingkan diri sendiri), kapitalis (pemodal besar yang mengeruk keuntungan sebesar-besarnya), dan kanibalis (manusia memakan manusia).

Sehingga, dia meminta supaya sejak dini anak-anak dibimbing mencari ilmu, karena ilmu adalah tiangnya iman. Tidak kalah pentingnya, juga  menanamkan akhlak mulia agar terhindar dari sifat-sifat buruk itu. 

"Anak-anak harus ditanamkan akhlak mulia seperti tawaduk dan menyayangi sesama manusia. Kemudian diberi nasihat yang baik supaya menjadi karakter yang menyatu dalam jiwa dan buahnya nanti adalah keutamaan dan kebaikan," jelasnya.


Para santri Madin Tahfidzul Quran


Pentingnya Keteladanan

Selanjutnya mengingatkan agar kita jangan meremehkan kebaikan walau kecil, misalnya meyingkirkan duri di jalan. Ia mengenang pada saat dulu ia nyantri, gurunya memberikan teladan langsung kepada santri dengan ikut membersihkan selokan dan mengambil sampah di selokan itu.

"Saya ingat, dulu ketika Simbah KH Mahrus Aly (Lirboyo, red) ikut menggelar tikar pada persiapan suatu acara di pondok," kenangnya.

Camat Wonosegoro, Sujiyo, dalam sambutannya di acara pengajian haflah tersebut mengapresiasi atas pembelajaran keagamaan di Madin Tahfidzul Qur'an. "Dengan anak-anak yang dibekali ilmu agama diharapkan akan menjadi landasan mereka dalam ikut membangun Indonesia yang lebih maju lagi," katanya.

Sebelum acara puncak Haflah Akhirussanah Madin yang diinisiasi Pimpinan Ranting Gerakan Pemuda (GP) Ansor Karangjati Wonosegoro ini, sebagaimana dijelaskan Kepala Madin, Sholihin, telah dilangsungkan rangkaian kegiatan.

"Di antaranya ujian akhir semester genap, lomba keagamaan dan ketangkasan, serta Khatmil Qur'an sekaligus mendoakan leluhur dalam bingkai sadran," papar Solihin.

Pengirim: Siswanto AR


Regional Terbaru