M Ngisom Al-Barony
Penulis
Pemalang, NU Online Jateng
Generasi muda termasuk santri-satriwati adalah pemimpin masa depan yang harus terus-menerus ditempa dan diasah dalam hal ilmu, karakter, dan ahlaknya. Dengan begitu, mereka akan lahir sebagai pemimpin yang beriman dan bertakwa.
Anggota DPR RI Hj Munawaroh mengatakan, tantangan ke depan generasi muda semakin kompleks. Hal itu ia sampaikan saat sosialisasi empat pilar dalam berbangsa dan bernegara di Pesantren Hadirul Ulum Kedung Pedati, Tasik Rejo, Ulujami, Pemalang, Jawa Tengah, Sabtu (3/8/2024).
"Oleh karena itu bekal ilmu dan keterampilan yang berjiwa moderat dan toleran supaya memiliki sensivitas tinggi mutlak diperlukan bagi generasi muda," ujarnya.
Di hadapan 200 peserta santri dan jamaah pengajian Waqiah dan tahlil, Mantan Ketua PW Fatayat NU Jateng itu berpesan, agar generasi muda khususnya para santri untuk tidak lelah dalam menuntut ilmu di manapaun dan kapan pun.
"Dengan ilmu yang cukup, kalian bisa menjadi apa saja. Jadi pejabat hingga pengusaha semuanya bisa didapatkan," pesannya.
Sementara itu, Ketua Yayasan dan Pengasuh Pesantren Hadirul Ulum Nyai Hadlirin menyampaikan perlunya para santri-santriwati dan jamaah pengajian waqiah dan tahlil belajar dan paham tentang Empat Pilar Kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.
"Agar menjalani kehidupannya di masyarakat bisa memahami dan mengamalkannya, sehingga dapat berkontribusi dalam mewujudkan masyarakat yang aman, damai dan guyub rukun dalam menjalani hidup sehari-hari," ucapnya.
Di samping keduanya, hadir pula Dosen Fakultas Teknik (FT) Elektro Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Alfia Putri Wulandari. Dalam kesempatan itu, ia mengaku prihatin atas viralnya kasus-kasus kekerasan seksual dan perundungan di sekolah dan pesantren, meskipun menurutnya, masih lebih banyak sekolan dan pesantren yang baik-baik, aman, dan nyaman untuk belajar.
"Karena itu ibu-ibu jamaah pengajian dan para santri santriwati, para pengasuh pesantren, dan ustadz ustadzah harus memahami dan membuat peraturan-peraturan sekolah dan pesantren yang bisa mencegah dan mengeliminir tindakan kekerasan dan bullying," ujarnya.
Dikatakan, kalau pesantren dan sekolah sebagai salah satu kawah candradimuka calon-calon pemimpin bangsa, maka pendidikan dan pengajaran yang terkait dengan keimanan ketakwaan, sikap teposeliro, moderat, musyawarah, sikap peduli dan sensitivitas sosial yang tinggi, serta terus memupuk persatuan harus terus diterapkan.
"Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa. Tugas guru, ustadz, dan orang tua untuk memberikan bekal ilmu yang cukup sehingga siap meneruskan perjuangan dan mewujudkan cita-cita pendiri bangsa," terangnya.
Dosen kelahiran Demak tahun 1997 itu berpesan, awasilah anak-anak jika di sekolah menjadi tugas guru. Jika di pesantren menjadi tugas dari pengasuh, sedangkan di rumah menjadi kewajiban orang tua agar dijauhkan dari kenakalan remaja dan terhindar dari perundungan.
"Perundungan atau bullying bisa terjadi kapan dan di mana saja yakni di siber, sekolah, pesantren, rumah dan lingkungan masyarakat dan itu berdampak pada perkembangan psikis pada korban," pungkasnya.
Terpopuler
1
Amalan yang Dilakukan pada Malam Nisfu Sya’ban
2
Doa Mustajab di Malam Nisfu Sya’ban yang Dibaca Syekh Abdul Qadir Al-Jilani
3
Muslimat NU Rayakan Nisfu Syaban di Kongres Ke-18 dengan Pemberian Ijazah Amalan
4
Ketua Baru PR GP Ansor Karangasem Tegal Terpilih, Siap Wujudkan Pemuda Maju dan Berkhidmat
5
Mba Ela: Mengabdi, Berprestasi, dan Berbakti di Tengah Keterbatasan
6
Lakmud PAC IPNU-IPPNU Gebog: Bangun Kontinuitas Trilogi untuk Gebog Berdedikasi
Terkini
Lihat Semua