Pesantren

Menggali Spiritualitas dan Sejarah: Haul KH Zarkasyi, KH Shiddieq, dan KH Nawawi 2025

Senin, 17 Februari 2025 | 14:00 WIB

Menggali Spiritualitas dan Sejarah: Haul KH Zarkasyi, KH Shiddieq, dan KH Nawawi 2025

Haul memperingati tiga tokoh besar, yaitu KH Zarkasyi (112 tahun), KH Shiddieq (77 tahun), dan KH Nawawi (44 tahun). Acara ini berlangsung pada Sabtu, (15/02/2025), di Gedung Pendidikan Pondok Pesantren An-Nawawi.

Purworejo, NU Online Jateng  

Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan, Purworejo, menggelar acara Haul tahunan yang rutin diperingati setiap 16 Sya’ban. Tahun ini, Haul memperingati tiga tokoh besar, yaitu KH Zarkasyi (112 tahun), KH Shiddieq (77 tahun), dan KH Nawawi (44 tahun). Acara ini berlangsung pada Sabtu, (15/02/2025), di Gedung Pendidikan Pondok Pesantren An-Nawawi.


Haul merupakan tradisi umat Islam untuk mendoakan para tokoh yang telah wafat, khususnya mereka yang berjasa dalam syiar agama. Di pesantren, peringatan ini kerap disatukan dengan kegiatan tahunan seperti khataman kitab, pertemuan wali santri, atau zikir akbar.


Sebagai pembuka rangkaian Haul, Pondok Pesantren An-Nawawi mengadakan kegiatan khitanan massal pada Kamis, (13/02/2025). Acara ini berlangsung di Klinik An-Nawawi dan diikuti oleh 20 anak dari masyarakat sekitar. Acara dibuka dengan sambutan Kepala Pondok Pesantren An-Nawawi, M Ato Ibnu Ribah, dilanjutkan dengan sambutan Kepala Klinik,  Ahmad Irfan, dan ditutup dengan doa serta pemotongan tumpeng oleh KH R M Maulana Alwi. Pengasuh pesantren, KH Achmad Chalwani, juga hadir dalam kegiatan tersebut.


Puncak acara Haul dilaksanakan pada Sabtu, (15/02/2025), yang diawali dengan Khataman Khwajikan oleh Dzuriyyah Pengasuh, Kiai Nanang Fakhrrurozi. Acara dilanjutkan dengan Mujahadah Tahlil yang dipimpin oleh KH Nasrul Arif, Pengasuh PP API ASRI Tegalrejo, Magelang.


Sambutan pertama disampaikan oleh KH Ahmad Abdul Wahab Ma’ruf Nursalim, Pengasuh PP Nahdlotut Tholibin, Tanjungsari, Rembang, yang menyampaikan pentingnya kesehatan dan keselamatan bagi para pengasuh pondok. Beliau juga menjelaskan tiga tahap dalam mencapai ma’rifat billah: Ta’alum, Taqolub, dan Tahaquq.


Sambutan berikutnya disampaikan oleh KH Achmad I’zzuddin Ketua Yayasan Syubbanul Wathon Tegalrejo, yang mewakili Dzuriyyah Pondok Pesantren An-Nawawi. Ia mengucapkan terima kasih kepada jamaah atas kehadiran dan memohon maaf atas segala kekurangan dalam pelaksanaan acara.


Pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi, KH Achmad Chalwani, menutup rangkaian sambutan dengan menjelaskan sejarah berdirinya pesantren yang dimulai oleh KH Zarkasyi. 
 

“Nama Berjan berasal dari kata ‘Sumber Kabejan,’ yang mencerminkan harapan akan keberkahan,” ujarnya.


Rais 'Aly Jatman tersebut juga menyampaikan sebuah hadits
‘لَا تَجْتَمِعُ أُمَّتِي عَلَى الضَّلَالَةِ, yang berarti umatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan. 


"Yang dimaksud umat dalam hadits tersebut: ay ulamāi ummati, kesepakatannya ulama umatnya nabi. Jadi, yang dijamin kebenarannya adalah konsensus (ijma’, kesepakatan) ulama Islam, bukan kesepakatan umat Islam,” jelasnya. 


Selain itu, Ia mengingatkan pentingnya memilih pondok pesantren yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah serta menegaskan perlunya keyakinan dalam mengikuti thariqah.


Acara dilanjutkan dengan mauidzotul hasanah pertama oleh KH Dzikron Abdillah, Pengasuh PP Addainuriyah Dua Semarang. Dalam ceramahnya, beliau menceritakan beberapa karomah KH Zarkasyi, seperti kisah ketika beliau berkomunikasi dengan tiga ekor celeng (babi hutan) di ladang yang langsung pergi setelah diajak berbicara.
 

"Beliau Mbah Mail mengajak berbicara dengan celeng trsebut " Assalamu'alaikum... Koe ojo ganggu aku yo, aku arep tahlil nggo mbah zarkasyi, nk iso koe do melu". ( kamu jangan ngganggu saya ya, saya mau mujahadah tahlil untuk mbah zarkasyi, kalau bisa kamu juga ikut.) Beberapa saat setelah 3 ekor celeng itu langsung pergi," ceritanya.


Ia juga berpesan bahwa Murid harus ikut gurunya didalam segala perkara. "Ngalor yo ngalor, ngidul yo ngidul," tambahnya.


Ia juga menceritakan KH Zarkasyi dulu saat masih nyantri pada mbah sholeh darat dan seangkatan dengan Mbah hasyim asy'ari dan kakeknya KH dzikron di Semarang.


"Pada saat itu Mbah zarkasyi diaturi boto, tapi mbah kulo diaturi mejo nggo mulang," ungkapnya.

 

Dilanjutkan Mau’dzotul Khasanah yang kedua disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH  Zulfa Mustofa. Ia Menyampaikan pentingnya seorang mursid terhadap muridnya dalam sebulah maqolah;


مَنْزِلَةُ الْمُرْشِدِ الْكَامِلِ مُكَمِّلٌ فِي الْأَدْيَانِ بِالْمَنْزِلَةِ الطِبِّيَّةِ فِي الْأَضْحَى


Artinya: "Posisi seorang Mursid yang sempurna adalah seperti posisi seorang dokter dalam menyembuhkan penyakit, yaitu menyembuhkan penyakit spiritual umat."


Kiai Zulfa juga menjelaskan bahwa seorang mursid dalam memberikan amalan terhadap muridnya itu sesuai dengan tingkatkanya, maka terkadang ada seorang mursid yang hanya memberikan amalan thoriqoh kepada mursidnya hanya dengan lafadz لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ saja.


Haul Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Asy-Syaikh As-Sayyid Doktor Ammar Azmi Ar-Rafati Al-Jailani Al-Hasani Al-Husaini, Imam Agung Masjidil Aqsha, Palestina. Beliau memimpin doa untuk keberkahan pesantren dan para jamaah yang hadir.

Penulis : Riko Nur Fikri