• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 19 Mei 2024

Opini

Tonggak moralitas bangsa

Tonggak moralitas bangsa
foto: Ilustrasi (istimewa)
foto: Ilustrasi (istimewa)

Dunia telah melewati berbagai periode zaman. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebudayaan dan peradaban manusia semakin berkembang pula. Termasuk dengan hadirnya teknologi yang semakin hari semakin canggih dan berkembang dengan pesat. Hadirnya teknologi membawa kemudahan bagi kehidupan manusia hampir dalam seluruh ranah kehidupan manusia. Segala informasi tersaji dengan lengkap dan menarik, menyita perhatian manusia. Pendidikan, ekonomi, politik, hukum, bahkan agama bisa dikaji dan ditemukan dengan mudah dengan teknologi. 

 

Namun tak sedikit pula, kerugian di alami manusia dengan kecanggihan teknologi tanpa disadarinya. Arus informasi yang begitu cepat membawa kebebasan bagi budaya dari luar untuk masuk ke Indonesia. Tanpa sadar mereka mulai mengkonsumsi budaya luar sebagai makanan dalam setiap harinya. Apapun yang mereka lihat di dunia sosial media dengan senang hati mereka tirukan. 

 

Kerapkali ini menuai kontroversi karena tidak sesuai dengan budaya Indonesia yang luhur. Hal ini berkaitan dengan moral dan akhlak yang semakin hari semakin merosot bahkan rusak. Tentu ini menjadi permasalahan besar bagi negara kita Indonesia. Negara yang terkenal dengan budaya dan kealusan dalam bertata krama, keramahan orang-orangnya serta budaya-budayanya yang mendunia mulai menurun eksistensinya. Segala bentuk kejahatan dan kriminalitas mewabah ke segala penjuru Nusantara. Setiap hari ada saja berita kriminal di televisi, pencurian, pembunuhan, bahkan korupsi merajalela.

 

Apalagi dengan hadirnya era revolusi 4.0, yang semua kehidupannya bernafaskan jaringan. Ditambah mewabahnya pandemi, membuat segenap kegiatan termasuk dalam pendidikan tersendat untuk dijalankan. Semua kegiatan dijalankan dalam jaringan atau secara online. Ini memberi jalan luas bagi budaya barat untuk semakin berkembang biak di Indonesia. 

 

Ada tiga musuh bangsa yang berpotensi menghancurkan bangsa yaitu kemiskinan, kebodohan, dan kebobrokan moral. Ketiganya merupakan PR besar bagi negara kita. Moral menjadi dasar yang paling penting untuk segera diatasi. Kemerosotan moral yang setiap hari semakin menjadi mengancam keberlangsungan hidup negara kita ini. Sehingga perlu tindakan lanjut untuk memperbaikinya. Agar citra Indonesia kembali bangkit di mata dunia. 

 

Pemuda menjadi objek utama dari moralitas bangsa yang perlu dibenahi secepat mungkin. Ini karena pemuda menjadi generasi penerus yang akan membawa ke mana nasib bangsa ini akan bermuara. Kurangnya perhatian tentang pendidikan agama dan kurangnya pemahaman tentang pentingnya aktualisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari merupakan faktor yang menyebabkan rendahnya moralitas bangsa. Tidak hanya itu, kurangnya kesadaran diri dalam diri masyarakat tentang adanya moralitas juga berpengaruh terhadap kemerosotan moral bangsa Indonesia. 

 

Dalam hal ini, santri menjadi sorotan dari berbagai penjuru mengenai pemuda dengan moral dan akhlak yang tetap terjaga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata 'santri' setidaknya mengandung dua makna. Arti pertama adalah orang yang mendalami agama Islam, dan pemaknaan kedua adalah orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh atau orang yang saleh. Santri selama ini digunakan untuk menyebut kaum atau orang-orang yang sedang atau pernah memperdalam ajaran agama Islam di pondok pesantren. Kata 'pesantren' oleh sebagian kalangan diyakini sebagai asal-usul tercetusnya istilah 'santri'.

 

Pesantren yang merupakan lembaga pendidikan Islam yang berusaha memelihara dan mengembangkan fitrah serta sumber daya insani menuju terbentuknya insan kamil yang bermoral serta berkarakter islami. Pesantren selalu berusaha dan berjuang untuk mencetak santri-santri yang memiliki intelektualitas tinggi sekaligus moralitas yang mapan (berakhlakul karimah).

 

Pesantren mencetak santri-santri yang tangguh dan pemberani melalui wejangan, nasehat, pendidikan para kiai yang karismatik. Kemandirian, loyalitas dan moralitas adalah hal yang pertama kali diajarkan para kyai di pesantren sehingga menghasilkan generasi santri yang berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berfikiran bebas.

 

Santri, terbiasa hidup dalam lingkungan pesantren dengan akhlak, moral, dan nilai-nilai keagamaan maupun kemanusiaan. Pola hidup sederhana, kedisiplinan waktu dalam beraktivitas,tunduk pada aturan yang berlaku, serta takzim pada ustaz dan kiai menginternalisasi dalam dirinya. Moral dan akhlak menjadi ujung tombak tujuan pendidikan dalam sebuah pesantren. Ukuran kesuksesan dan keberhasilan santri di lihat dari bagaimana dia bertindak dalam kehidupannya. Bukan dari sebanyak apa kitab yang dikajinya, atau setinggi apa nilai yang diperolehnya. 

 

Para kiai selalu menanamkan bahwa seorang santri harus mampu menjaga martabatnya dengan menjaga akhlak dan moralnya. Karena pada akhirnya seorang santri akan menjadi sosok yang dijadikan panutan dalam kehidupan masyarakat.

 

Di era globalisasi yang kerusakan semakin menjadi ini, dunia khususnya Indonesia butuh sosok-sosok penerus bangsa yang berakhlak dan bermoralitas tinggi demi keberlangsungan hidup negara. Santri sebagai pelajar dalam pesantren menjadi satu-satunya generasi yang bisa dipercaya untuk menjaga moral di zaman sekarang ini. Pesantren menjadi suatu instansi pendidikan yang tidak hanya mampu mencetak generasi berpendidikan tetapi juga bermoral tinggi. 

 

Pasalnya sekarang ini, dunia dihidupi dengan orang-orang pandai namun tak berkarakter. Kriminalitas tingkat tinggi yang dilakukan para pejabat berdasi menjadi contoh yang sangat wajar terjadi di negara ini. Mereka bukan orang-orang bodoh yang bahkan tak lulus dari pendidikan sekolah. Mereka adalah kaum-kaum elit dengan ijazah yang berserakan. Namun mereka lupa, bahwa mereka bahkan buta akhlak. Kampanye-kampanye yang dikoarkan para calon pejabat terlalu dibungkus rapi, sehingga rakyat kecil tertipu dan dengan legawa menjadikan mereka tokoh panutan dalam kehidupan pemerintahan Indonesia. 

 

Kondisi negara yang semakin hancur seharusnya membuat keprihatinan bagi bangsa ini, terutama bagi para petinggi negara yang masih terlalu egois untuk bekerja dengan ikhlas untuk rakyat. Maka dari itu, Indonesia butuh sosok penerus kepemimpinan bangsa yang bersih, berhati suci dan bermoral tinggi. Sehingga santri sebagai kelompok yang sering dipandang sebelah mata, harusnya sedikit demi sedikit mulai mendapat perhatian khususnya dari pemerintah. Karena hanya mereka generasi yang bisa dipercaya menyongsong masa depan cerah bangsa ini. 

 

Dipercaya ataupun tidak, kemerdekaan bangsa Indonesia ini juga hasil jerih payah usaha para ulama dan kiai di masa lampau yang berjuang sepenuh hati untuk kejayaan bangsa Indonesia. Santri sebagai tonggak moralitas bangsa perlu perhatian dan perlakuan yang lebih, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Karena masa depan santri, adalah masa depan bangsa. Mencintai santri adalah bentuk mencintai bangsa kita Indonesia. Karena indahnya akhlak tak mampu tercermin dari rapinya seragam berdasi.


 

Chafidhotun Nissa, Mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Temanggung


Opini Terbaru