• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 19 Mei 2024

Opini

Saatnya Umat Islam Kembali ke 'Laptop'

Saatnya Umat Islam Kembali ke 'Laptop'
foto: ilustrasi (kliknklik.com)
foto: ilustrasi (kliknklik.com)

Tukul Arwana memang banyak menghibur para penggemarnya dengan humor yang segar. Sepertinya kita sudah lama tidak mendapatkan sajian humor yang produktif seperti penampilan Tukul, hingga wacana publik yang muncul di 'media mainstream' maupun media sosial kurang mampu menyajikan hiburan yang mendidik. Umumnya media saat ini menyajikan informasi-informasi seputar konflik, agitasi, propaganda, dan bahkan berita bohong. 


Tak ayal, umat Islam pun juga larut dalam perdebatan terbuka dengan tema-tema usang yang 'diputar ulang' seperti masalah khilafiyah yang memang tidak bisa dicarikan titik temu, kecuali umat Islam meneladani ulama terdahulu yang shalih, saling menghormati perbedaan pendapat yang ada, seperti ungkapan mereka, 'pendapat saya benar namun ada kemungkinan salah. Sedangkan pendapat yang lain salah namun ada kemungkinan benar'.


Oleh karena itu meminjam istilah Tukul Arwana, sepertinya umat Islam harus kembali ke 'laptop'. Artinya kembali bersama menyadari agenda umat yang sangat urgen mendapatkan perhatian bersama. 


Tentu jika dipelajari secara seksama, agenda umat yang menjadi prioritas utama adalah bagaimana agar kita dapat menjadi hamba Allah yang muttaqin, bertaqwa kepada Allah Taala. Ibadah adalah sebuah proses menghambakan diri kepada Allah Taala sesuai dengan syarat dan rukunnya. Allah Taala mensyariatkan shalat dan puasa misalnya adalah agar umat Islam menjadi muttaqin.


Seruan untuk bertakwa selalu disampaikan khatib saat Jumat di mimbar. Namun pelaksanaannya memang tidak mudah. Butuh latihan atau riyadhah dan perjuangan sungguh-sungguh atau mujahadah. Di samping itu juga diperlukan keikhlasan dan istiqamah terus menerus untuk menjalankan perintah Allah Taala dan menjauhi larangan-larangan-Nya.


Tentu saja, takwa tidak hanya berdimensi vertikal atau hablu minallah, namun juga horisontal atau hablu minannas. Hubungan dengan Allah Taala baik, dengan sesama manusia pun juga baik. Kitab suci Al-Qur'an menyebutkan, "sesungguhnya shalat dapat mencegah perbuatan yang keji dan munkar". Artinya jika shalat kita khusu, tentu perilaku keseharian kita juga akan baik. 


Tentang puasa juga tidak hanya sekadar menahan dari segala sesuatu yang membatalkannya, namun juga disunahkan untuk berdzikir, menjalankan kebaikan antar sesama umat, tidak menyakiti hati orang, dan seterusnya. Lebih-lebih tentang zakat harta benda. Bagi kita yang memiliki harta satu nisab, wajib dibagikan sebagian kepada mereka yang berhak menerimanya sesuai ketentuan syariah. 


Dalam haji juga sama, ada ketentuan membayar dam, tidak boleh berbantah-bantahan, tidak bolih berkata dusta, dan seterusnya.


Nah tujuan beribadah tersebut, tentu mendesak untuk kita sadari bersama menjadi agenda  prioritas, tidak hanya dilakukan saat menjalankannya, namun juga terdapat pengaruh sosial yang lebih baik dalam kehidupan masyarakat.


Jika tujuan beribadah tersebut dapat tercapai, Insyaallah kita akan bahagia lahir batin, tidak sekadar senang jika melihat atau mendengar humor. Namun dapat sungguh-sungguh bahagia. Wallahu a'lam.


Mohamad Muzamil, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah


Opini Terbaru