• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 29 Maret 2024

Nasional

Pesan Habib Luthfi tentang Kebangkitan Tasawuf

Pesan Habib Luthfi tentang Kebangkitan Tasawuf
Kegiatan rapat ulama sufi di Kota Pekalongan (Foto: Dok)
Kegiatan rapat ulama sufi di Kota Pekalongan (Foto: Dok)

Pekalongan, NU Online Jateng
Rapat Persiapan Multaqo Sufi Dunia yang digelar di Hotel Santika Pekalongan pada Rabu (1/2/2023) menitikberatkan pada persoalan kebangkitan tasawuf sebagai salah satu isu utama.


Menurutnya, ada tiga elemen yang perlu menjadi perhatian ahli tasawuf agar mampu bersaing di kancah internasional. Di antaranya kebangkitan pemuda, kebangkitan pedagang, dan peran wanita.


“Saya sudah sekian tahun tetap mengawasi bagaimana perkembangan thariqah itu sendiri. Sedangkan thariqah, tasawuf ke depan tantangannya luar biasa. Dan banyak lagi tantangan-tantangan kita terutama sufi-sufi kita yang ulama il barakah," ujarnya. 


Disampaikan, belum tentu ulama yang barakah itu akan campur tangan dengan perkembangan pemuda, paling hanya memberikan support. Dan seorang pemuda yang kita khususkan dari dunia sufi supaya bisa mengembangkan (kreativitasnya) seperti dunia pemberitaan, surat kabar dan lainnya.


"Istilahnya sekarang itu media sosial, sehingga (tasawuf) bisa berkembang dengan baik,” kata Habib Luthfi yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu.


Dlansir dari jatman online, Habib Luthfi mengatakan, yang tidak kalah penting adalah mengumpulkan at-tijariyah, pedagang yang cukup bisa kita pahami yang cenderung kepada dunia tasawuf, sehingga tasawuf tidak ketergantungan dengan tangan di bawah bagaimana caranya supaya tangan itu selalu di atas. 


"Perkembangan ekonomi dan pertanian perlu dikembangkan, didorong, didukung oleh pengetahuan tasawuf ini pentingnya. Dan di antara tasawuf-tasawuf itu bisa mengembangkan di dalam ekonominya, bisa berhubungan antarnegara dengan negara, menjadi fasilitas atau jembatan antarnegara tapi terlepas dari kepentingan politik," tegasnya. 


Maka dari itu lanjutnya, mengapa perkembangan tasawuf dari setiap kota atau negara tidak begitu maju terus pesat, coba kita melihat status jangan hanya dari satu sisi akidah tapi kekompakan satu golongan tertentu, bagaimana perkembangan keuangannya. 


"Kita orang tasawuf sudah di atas itu bukan hanya di bawah terus. Mampu tidak kita berhubungan antarnegara-negara kita masing-masing untuk meminta bantuan lapangan kerja yang bisa dikerjakan oleh santri-santri kita di dalam perekonomian,” ucapnya.


Di samping itu, Habib Luthfi juga menyampaikan bahwa masih banyak orang yang belum memahami tasawuf secara utuh.


“Banyak orang memahami tasawuf itu seolah-olah hanya memikirkan akhirat saja. Padahal kalau kita melihat Asy-Syadzili seorang ahli tasawuf yang luar biasa, tapi (juga) orang yang kaya luar biasa. Bagaimana juga Syekh Abdul Qadir al-Jilani mempunyai kuda-kuda yang baik, (sehingga) ketika dia dimintai tolong oleh seorang yang mempunyai penyakit dan harus diobati dengan hati kuda, dengan mudah Syekh Abdul Qadir al-Jilani menyuruh untuk memotong (kuda itu) satu hari satu. 


"Inilah tanggung jawab kita semuanya ahli-ahli tasawuf, terutama Indonesia. Karena Islam berkembang di Indonesia dengan sebab ahli tasawuf yang jumlahnya ada Sembilan yang ahli ekonomi, ahli pertanian, ahli kedokteran dan ahli obat-obatan. ini harapan saya untuk thariqah dan tasawuf ke depan sebagai orang yang bertanggung jawab atas perkembangan dunia tasawuf,” katanya.

 


Bagaimana peran wanita dalam dunia tasawuf? Di Indonesia mungkin berbeda dengan Timur Tengah. Kalau di Timur Tengah, seorang wanita dapat pembatasan-pembatasan keluar dan sebagainya. Tapi di Indonesia berbeda, seperti Solo, Yogya contohnya, banyaknya pasar itu dikuasai sama ibu-ibu pedagang yang hebat-hebat. 


"Dari pedagang yang paling kecil seperti jamu sampai toko, semangat ibu-ibu luar biasa sekali. Seperti membicarakan masalah kaum wanita harus dimasukkan kepada tasawuf ini, apakah kita tidak bisa memanfaatkan kaum wanita sesuai dengan porsinya," ucapnya. 


Maka dari itu sambungnya, jangan sepelekan tentang peranan kaum wanita, khususnya di Indonesia untuk membantu perkembangan sufisme, perkembangan pesantren-pesantren. "Karena seperti di Aceh sendiri orang lelakinya tahunya sebagian minum kopi, bangun tidur dan kopi lagi dan setiap hari seperti itu. Sedangkan ibu-ibunya ke sawah, ke pasar, itu peranan wanita,” pungkasnya. (*)


Nasional Terbaru