• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 2 Mei 2024

Nasional

Habib Umar Muthohar: Umat Harus Pandai Posisikan Diri terhadap Para Wali

Habib Umar Muthohar: Umat Harus Pandai Posisikan Diri terhadap Para Wali
Mudir Aam Idarah Aliyah Jatman, Habib Umar Muthohar (Foto: NU Online Jateng/Zakaria Anton Wicaksono)
Mudir Aam Idarah Aliyah Jatman, Habib Umar Muthohar (Foto: NU Online Jateng/Zakaria Anton Wicaksono)

Kudus, NU Online Jateng

Mudir Aam Idarah Aliyah Jamiyah Ahlit Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (Jatman) Habib Umar Al Muthohar menyampaikan tentang pentingnya bagi para kaum muslim untuk bisa menempatkan diri dan mendekat kepada para kekasih Allah (waliyullah).


"Baik yang masih hidup dengan sering bersilaturahim dan menghadiri pengajiannya, maupun yang sudah meninggal dengan sering berziarah dan mengirimi hadiah fatihah kepadanya," jelasnya.


Hal itu disampaikan saat dirinya menyampaikan taushiyah pada peringatan 100 hari wafatnya Habib Jakfar Al-Kaff pada Selasa (13/4) dalam Majelis Ratibul Haddad di Dukuh Menyatus, Desa Karangmalang, Gebog, Kudus 


Menurutnya, masih banyak orang yang tidak bisa menempatkan posisinya terhadap para Waliyullah. Ada 4 posisi kedekatan seseorang kepada seorang waliyullah, yakni dekat raganya dan dekat Hatinya ada juga yang dekat raganya dan jauh hatinya.


"Yang ketiga adalah jauh raganya dan dekat hatinya ada pula jauh raganya dan jauh hatinya. Semua hal tersebut bisa terjadi karena memang para waliyullah itu secara raga memang seorang manusia, hal ini dinamakan aspek Basyariyah," tegasnya. 


Akan tetapi lanjutnya, para waliyullah mempunyai beberapa keistemewaan pada dirinya, yang dinamakan aspek khususiyah. Aspek Khususiyah ini yang pada nantinya akan melahirkan keberkahan, karamah, nurul qalbi (cahaya hati). 


"Sehingga itu pulalah para waliyullah disebut juga dengan para kekasih Allah yang mempunyai derajat tinggi di sisi Allah SWT. Semoga kita semua tergolong umat muslim yang mendapatkan keberkahan, karamah, dan nurul qalbi (cahaya hati) dari para Waliyullah. Karena para waliyullah merupakan para ulama pilihan, dan para ulama ialah penerus para Nabi," tandasnya.


Menurut Habib Umar Muthohar, jikalau kisah perjalanan almarhum Habib Jakfar bin Muhammad Al-Kaff dituangkan ke dalam buku, maka tak akan cukup walaupun terdiri dari 5 jilid. Karena menurutnya, seorang Habib Jakfar Al-Kaff adalah sosok waliyullah yang istimewa dan unik (jadzab) yang sangat jarang ada sosok sepertinya. 


"Sosok yang memang merepresentasikan Islam Rahmatan lil Alamin dengan segala kesederhanaan dan bisa dekat dengan siapapun, baik itu pejabat maupun rakyat jelata, baik sesama Muslim maupun non-muslim," terangnya.


Dalam suatu kesempatan almarhum Habib Jakfar bin Muhammad Al-Kaff pernah menyampaikan kepada Habib Umar Muthohar “Umar, kowe nek ziarah ke makam poro waliyullah, lan nek sering kirim hadiah fatihah ke poro waliyullah. Iku podo karo ngisi ember sing wes kebak. Lah nek wes kebak mestika nutah, terus utahe mesti kan nang cedake, nang ngisore. Iku iso dititeni!”


(“Umar, kamu kalau berziarah ke makam para waliyullah, dan sering kirim hadiah fatihah ke para waliyullah. Itu sama halnya dengan mengisi ember/bejana yang sudah penuh. Kalau sudah penuh kan pasti akan tumpah, nah tumpahnya itu pasti di dekatnya dan di bawahnya. Itu bias diingat!”)


Tuan rumah Majelis Ratibul Hadad HM Faizin mengatakan, Majelis Ratibul Haddad ini ialah mejelis rutinan yang diadakan pada setiap bulan sekali yaitu pada tiap malam Rabu Kliwon. 


"Akan tetapi pada bulan Ramadhan ini sekaligus dibarengkan dengan peringatan 100 hari wafatnya shahibul karamah Habib Jakfar bin Muhammad Al-Kaff," pungkasnya. 


Kontributor: Zakaria Anton Wicaksono

Editor: M Ngisom Al-Barony


Nasional Terbaru