• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 18 Mei 2024

Nasional

H Rhoma Irama: Waspadai Gerakan Islam Radikal 

H Rhoma Irama: Waspadai Gerakan Islam Radikal 
Pendakwah H Rhoma Irama di acara rutinan Rijalul Ansor Kabupaten Pekalongan (Foto: NU Online Jateng/Umam)
Pendakwah H Rhoma Irama di acara rutinan Rijalul Ansor Kabupaten Pekalongan (Foto: NU Online Jateng/Umam)

Pekalongan, NU Online Jateng
Raja dangdut yang juga pendakwah H Rhoma Irama atau yang akrab disapa Bang Haji berpesan agar generasi muda waspada terhadap ajaran Islam radikal yang berpotensi merusak ukhuwah islamiyah.


“Mereka ini pandai sekali dalam memperdayai generasi muda yang jauh dari agama, hanya dengan kalimat-kalimat pendek saja. Misalnya, untuk apa melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi saw, jangan pernah melakukan apa yang tidak dilakukan oleh nabi karena itu bid’ah, sesingkat itu,” ujarnya. 


Hal itu disampaikan Rhoma Irama dalam ceramahnya ketika mengisi kegiatan Ngaji Bareng Majelis Dzikir dan Sholawat (MDS) Rijalul Ansor Kabupaten Pekalongan, di Kecamatan Karangdadap, Ahad (17/7). 


Dijelaskan, sebenarnya tidak ada hadits seperti itu. Tidak pernah nabi mengatakan, ‘Jangan lakukan apa yang tidak aku lakukan’, tidak ada hadits seperti itu. Karena pada dasarnya yang nabi katakan adalah, ‘Barang siapa merubah-rubah yang aku ajarkan, maka dia tertolak’ bukan jangan melakukan apa yang tidak Nabi saw lakukan.


“Ada yang namanya bid’ah hasanah yaitu sesuatu yang baru namun baik. Sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi saw namun nabi tidak melarangnya. Seperti bacaan iftitah di dalam shalat. Nabi tidak pernah melarang para sahabat yang mempraktikkan itu bahkan memberi lampu hijau untuk terus dilakukan meski nabi sendiri tidak mengajarkannya,” terang Bang Haji, sapaan akrabnya.


Disampaikan, yang dimaksud dengan jangan merubah apa yang nabi ajarkan maksudnya adalah jangan merubah-rubah syariat berupa ibadah mahdlah.


“Sedang yang namanya tahlilan, yasinan, dan maulidan itu bukan syariat dan bukan akidah. Melainkan suatu budaya berupa ibadah ghairu mahdlah. Yasinan, tahlilan, maulidan semuanya baik dan itu bernilai ibadah karena di dalamnya mengandung bacaan Al-Qur'an, dzikir, dan pujian kepada Nabi saw,” ungkapnya.


Ia melanjutkan, bahkan sebaliknya nabi pernah bersabda, 'Barangsiapa yang melakukan hal-hal yang positif di dalam Islam, maka dia akan mendapat pahalanya dan pahala dari orang-orang yang mengikutinya. Di sisi lain, orang yang gemar membid’ahkan dan mengkafirkan sesama umat Islam justru berpotensi akan menjadikan dirinya sendiri kafir.


“Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw yang menyatakan apabila ada seorang muslim berkata kepada sesama muslim, ‘Hei kafir’. Maka kekafiran itu akan kembali kepadanya jika yang dikatakan kafir itu bukan kafir atau tidak kafir,” jelasnya.


Oleh karena itu, dalam pengajian yang diselenggarakan di Pesantren Nahdlatul Ulama (NU) Darussalam Kecamatan Karangdadap, Kabupaten Pekalongan itu dirinya mengingatkan agar generasi muda terus memperdalam ilmu agamanya sehingga tidak mudah diperdaya oleh mereka.


“Sekarang namanya sudah ganti jadi Salafi Ahlussunnah wal Jamaah kalau di media sosial. Hati-hati, jangan sampai kita dan anak-anak kita dicuci otaknya oleh mereka,” kata Rhoma mengingatkan. 


Mengamini yang disampaikan oleh Bang Haji, Ketua Forum Silaturahmi Tamir Masjid dan Mushala Indonesia (Fahmi Tamami) KH Sam’ani Sya’roni yang baru saja dilantik mengatakan bahwa sikap merasa paling benar adalah ciri utama kelompok radikal.


“Perbedaan di kalangan umat Islam adalah sesuatu yang wajar. Justru yang tidak wajar adalah yang merasa paling benar dan tidak mau menerima perbedaan. Sikap radikal dan arogan inilah yang harus diwaspadai karena berpotensi memecah belah umat islam,” tandasnya.


Kontributor: Muhammad Khoirul Umam
 


Nasional Terbaru