Nasional

Gus Yahya: Perdamaian Harus Dimulai dengan Kesadaran Bersama

Senin, 25 November 2024 | 11:00 WIB

Gus Yahya: Perdamaian Harus Dimulai dengan Kesadaran Bersama

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online Jateng

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, mengajak semua pihak untuk mencari jalan perdamaian melalui pendekatan keagamaan yang menegakkan prinsip-prinsip agama. Ia menegaskan, pentingnya memahami sejarah sebagai dasar untuk memahami kondisi saat ini.


“Nasib masa depan dari satu kelompok, tidak mungkin dipisahkan dari nasib kelompok yang lain. Nasib umat Islam, nasib umat Kristen, dan Yahudi di masa depan itu, mau terjadi apapun di dunia ini, nantinya itu adalah nasib yang harus disangga bersama oleh seluruh umat manusia. Mari kita berpikir tentang nasib kita di masa depan,” ujar Gus Yahya saat menjadi pembicara dalam diskusi panel bertajuk Humanitarian Islam dan Pendekatan Agama terhadap Perdamaian di Timur Tengah di lantai 8 Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (22/11/2024).


Menurutnya, kesadaran tentang rasa senasib sebagai umat manusia menjadi kunci untuk mengeliminasi konflik. Hal ini membutuhkan usaha bersama agar setiap pihak dapat bersepakat demi mewujudkan perdamaian.


Gus Yahya juga menyoroti peran penting agama dalam membentuk pandangan masyarakat. Ia menyebutkan bahwa wacana keagamaan memiliki dampak langsung terhadap persepsi dan cara berpikir masyarakat terkait konflik dan budaya.


“Jadi wacana keagamaan, misalnya tentang wacana Islam terkait dengan konflik dan budaya itu seperti apa sehingga akan mencapai hasil yang dapat memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat,” jelasnya.


Ia menambahkan, selama mindset atau pola pikir keagamaan masyarakat tidak berubah, ancaman konflik tidak akan bisa dihilangkan.


“Jika wacana keagamaannya tidak berubah, mindset cara berpikir persepsi keagamaan dari masyarakat juga tidak berubah, ancaman konflik tidak akan hilang,” tegasnya.


Sebagai penutup, Gus Yahya menekankan pentingnya menemukan kesepakatan bersama yang dapat menjadi dasar untuk meredam perbedaan pendapat dalam isu-isu tertentu.


“Pijakan bersama itu bisa dimulai dengan kesepakatan. Kalau kita bersepakat, ya sudah, mari bersepakat. Karena dengan adanya kesepakatan, berbagai macam ungkapan keagamaan yang mengarah kepada konflik itu harus kita tahan karena kita punya kesepakatan untuk tidak bermusuhan,” pungkasnya.