Tirakatan Agustusan, Ungkapan Syukur Masyarakat Jawa atas Kemerdekaan Indonesia
Kamis, 15 Agustus 2024 | 13:00 WIB
Abdullah Faiz
Penulis
Bulan Agustus adalah bulan yang memiliki sejarah penting bagi masyarakat Indonesia. Bulan yang selalu dirayakan dengan euforia kebebasan karena 79 tahun yang lalu, bangsa Indonesia secara sah melepaskan diri dari cengkeraman para penjajah. Perjuangan para pendahulu kita memang tidak dapat diragukan dalam hal menjaga kehormatan jatidiri bangsa dengan memerangi para penjajah yang serakah, merampas dan penuh dengan kekerasan.
Di bulan Agustus ini biasanya masyarakat merayakan kemerdekaan dengan berbagai macam perayaan. Bahkan disetiap daerah memiliki tradisi tertentu yang berbeda-beda. Memang secara umum, biasanya dirayakan dengan karnaval atau perlombaan yang khas. Namun di sisi lain, ada juga tradisi syukuran kemerdekaan yang sangat religius yaitu Tirakatan Agustusan yang kental dengan budaya Islam dan Jawa. Tradisi ini sangat melekat di masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Tradisi tirakatan 17 Agustus
Baca Juga
Peran NU dalam Kemerdekaan Indonesia
Di Lapisan masyarakat Jawa khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta dikenal istilah Tirakatan. Tirakatan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) berasal dari bahasa Jawa yang artinya menahan hawa nafsu dengan berpuasa atau berpantang. Secara garis besar adalah menahan sesuatu untuk mendapatkan hal yang sedang diupayakan, bisa dalam bentuk wirid, doa atau semacamnya.
Tirakatan sebuah tradisi yang mengakar kuat di masyarakat yang biasanya dilaksanakan pada malam 17 Agustus. Tradisi ini dilaksanakan dengan mengumpulkan masyarakat dalam satu tempat untuk melangsungkan doa bersama yang ditujukan kepada para pahlawan dan pendahulu yang berjuang dalam kemerdekaan Indonesia.
Dalam pelaksanaan tradisi tirakatan, biasanya diisi dengan berbagai acara yang sifatnya religius seperti pembacaan Al-Fatihah untuk para pejuang kemerdekaan, sesepuh desa hingga semua orang yang telah mendahului. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan tahlil dan istighosah lalu ditutup dengan doa bersama. Setelah itu, dilanjutkan pemotongan tumpeng yang diberikan kepada sesepuh desa. Pemotongan tumpeng tersebut sebagai simbol ungkapan terimakasih dan rasa Syukur yang diberikan kepada sesepuh desa karena sudah memberikan banyak Pelajaran dan petuah yang hingga kini bisa bermanfaat untuk kehidupan bersama.
Susunan acara tirakatan diatas sering digunakan diberbagai daerah, namun Di Mlangi Yogyakarta memiliki khas yang berbeda meskipun tradisinya sama, yaitu dengan melantunkan sholawat yang diambil dari kitab Syarh Al Anam yang mana isinya menjelaskan tentang sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw, dalam pembacaan shalawat tersebut dihiasi dengan lagu atau gending jawa, hal ini menjadi keunikan sendiri.
Muhammad Syihabuddin dalam jurnalnya berjudul “Malam Tirakatan Peringatan Kemerdekaan Indonesia: Studi Living Qur’an Hadis Masyarakat Mlangi Yogyakarta” menjelaskan bahwa shalawatan dalam tirakatan tersebut dipimpin oleh seorang yang memiliki suara bagus yang disebut sebagai dalang kemudian diikuti oleh hadirin.
Syihabuddin juga menambahkan bahwa tradisi masyarakat Jawa ini adalah bentuk akulturasi budaya antara ajaran Islam dengan perpaduan budaya setempat. Ia mengutip pendapat Koentjaraningrat, bahwa kebudayaan Jawa itu memiliki keselarasan dengan ajaran Islam. Sebab upacara tradisional atau ritual merupakan bagian siklus kehidupan manusia di Jawa, sedangkan Islam memiliki banyak ajaran untuk mengisi budaya tersebut sehingga dapat menjadi pegangan masyarakat menjadikan laku upacara tradisional yang bernuansa Islam.
Kebersamaan ini menjadi bentuk solidaritas masyarakat dalam membangun kebersamaan untuk memberikan penghormatan kepada para pahlawan yang telah mengorbankan darahnya untuk kedaulatan bangsa.
Tradisi tirakatan dalam Islam
Dalam Islam, kita diajarkan untuk selalu bersyukur dengan nikmat yang diberikan oleh Allah swt baik sedikit maupun banyak. Karena jika kita kufur dengan nikmat yang diberikan kita bisa termasuk dalam golongan orang-orang yang tidak bersyukur dan akan mendapatkan siksa yang pedih atas keangkuhan ini. Sebagai seorang hamba, baiknya berterimakasih kepada Allah swt karena semua hal yang baik dan kita alami itu adalah pemberian dari Allah swt.
Allah swt berfirman dalam Al-Quran:
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَىِٕن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِیدَنَّكُمۡۖ وَلَىِٕن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِی لَشَدِیدࣱ
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memaklumkan "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih."
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya mengatakan bahwa sebagai seorang hamba sudah semestinya memiliki rasa Syukur ketika mendapatkan nikmat dari Allah swt. Sebab, kehidupan ini semuanya adalah titipan dan hanya Allah swt yang maha memiliki.
﴿لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ﴾ لَئِنْ شَكَرْتُمْ نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ لِأَزِيدَنَّكُمْ مِنْهَا، ﴿وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ﴾ أَيْ: كَفَرْتُمُ النِّعَمَ وَسَتَرْتُمُوهَا وَجَحَدْتُمُوهَا، ﴿إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ﴾ وَذَلِكَ بِسَلْبِهَا عَنْهُمْ، وَعِقَابِهِ إِيَّاهُمْ عَلَى كُفْرِهَا
Artinya, "Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu", yakni, jika kamu bersyukur atas nikmat-Ku, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, "dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku)", yakni, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), kamu menutup-nutupi (nikmat-Ku), dan kamu mengingkari (nikmat-Ku), niscaya azabKu sangat pedih", yakni, dengan cara mencabut nikmat tersebut dan mengazabnya karena mengingkari (nikmat-Ku).
Dengan demikian,
Tirakatan Agustusan merupakan tradisi yang memiliki banyak manfaat. Pertama ekspresi mengungkapkan rasa syukur kepada Allah swt yang telah memberikan nikmatnya kemerdekaan. Kedua mengajarkan masyarakat untuk tidak melupakan sejarah, ketiga adalah mempererat hubungan silaturahim antartetangga. Tradisi malam tirakatan tersebut memberikan makna yang mendalam dalam laku keagamaan dan kebudayaan.
Fenomena tradisi ini juga menjawab bahwa tidak semua peringatan di Agustusan itu diselenggarakan dengan cuma-cuma, melainkan memiliki banyak manfaat dan nilai.
Terpopuler
1
Muslimat NU Rayakan Nisfu Syaban di Kongres Ke-18 dengan Pemberian Ijazah Amalan
2
Status Seorang Mbah Ditentukan oleh Anak Cucu dan Keturunannya (Refleksi Abuya KH Muhammad Thoha Alawy Al-Hafidz)
3
Pelantikan PC PMII Demak, Ketua DPRD: PMII Harus Berkontribusi dalam Kemajuan Daerah
4
Buku Pengkaderan V1 PC IPNU-IPPNU Surakarta Disahkan dalam Sidang Pleno
5
GP Ansor Jatinegara Tegal Gelar Rapat Pleno dan Konsolidasi, Bahas Program Strategis
6
KH Abdul Rouf Maimoen: Generasi Muda Harus Mendalami Mukjizat Numerik Al-Quran
Terkini
Lihat Semua