Keislaman

Meninggalkan yang Tak Bermanfaat

Rabu, 9 Oktober 2024 | 20:00 WIB

Meninggalkan yang Tak Bermanfaat

Ilustrasi memanfaatkan waktu (Foto: Freepik

Hadits yang menyatakan bahwa "Di antara yang termasuk bagusnya keislaman seseorang adalah ia meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya" terdapat dalam Arba’in Nawawi sebagai hadits ke-18. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai hadits tersebut. 


مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ 


Artinya: “Di antara yang termasuk bagusnya keislaman seseorang adalah ia meninggalkan apa yang tak berguna (bermanfaat) baginya.”   


Hadits ini diriwayatkan oleh sahabat yang bernama Abu Hurairah atau Abdurrahman bin Shakhrin. Sahabat mulia yang paling banyak meriwayatkan hadits. Perawi haditsnya adalah Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, Malik, Ibnu Hibban dan masih banyak yang lainnya. Secara hukum hadits ini shahih dan bisa diamalkan. Hadits ini mengandung makna yang mendalam mengenai akhlak dan perilaku seorang muslim dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 


Berikut adalah beberapa poin penjelasan dari hadits ini:


Pertama, Definisi "Bagusnya Keislaman", Dalam hadits ini, Rasulullah SAW menyatakan bahwa salah satu indikator baiknya keislaman seseorang adalah kemampuannya untuk menghindari hal-hal yang tidak berguna atau tidak bermanfaat. Ini mencakup aktivitas, perbuatan, atau pembicaraan yang tidak memberikan manfaat bagi dirinya maupun orang lain.


Kedua, Menghindari Hal-Hal yang Tidak Bermanfaat, Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat dapat berarti menghindari berbagai macam aktivitas atau perilaku yang sia-sia, seperti,
Ghibah (bergossip)yaitu membicarakan orang lain dengan cara yang tidak baik.
Membahas isu-isu yang tidak relevan atau terlibat dalam pembicaraan yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari yang produktif.


Menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak bermanfaat seperti menghabiskan waktu untuk kegiatan yang tidak ada faidahnya, baik dalam hal spiritual maupun duniawi.


Ketiga, Mengutamakan Hal-Hal yang bermanfaat, Seorang Muslim yang baik adalah yang senantiasa berusaha mengutamakan aktivitas dan perbuatan yang bermanfaat, seperti beribadah, belajar, membantu sesama, dan berkontribusi positif terhadap masyarakat.


Ini juga mencakup perbuatan yang bermanfaat bagi akhlak dan keimanan, seperti memperbanyak membaca Al-Qur'an, mendalami ilmu agama, dan berbuat baik kepada sesama.


Keempat, Fokus pada Tujuan Hidup. Hadits ini mengajarkan pentingnya fokus pada tujuan hidup yang lebih besar, yaitu untuk beribadah kepada Allah dan mendapatkan ridha-Nya. Meninggalkan yang tidak bermanfaat membantu seseorang untuk lebih fokus pada apa yang benar-benar penting dalam hidupnya.


Dari hadis tersebut kita bisa mengambil beberapa hikmah yang dapat diambil dari hadits ini antara lain:

Pentingnya Memilih Aktivitas yang Bermanfaat, Seorang Muslim harus senantiasa memilih kegiatan yang produktif dan bermanfaat bagi diri dan orang lain. Ini akan membantu dalam meningkatkan kualitas hidup dan keimanan.


Kemudian menghindari keburukan, Dengan menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat, seseorang juga terhindar dari potensi keburukan dan dosa, seperti ghibah, fitnah, atau tindakan yang merugikan orang lain.


selain itu juga menjaga waktu dengan cara menikmati hidup bahwa hidup ini terbatas, dan setiap orang tidak bisa mendapatkan kembali waktu yang telah terbuang. Dengan meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat, seseorang dapat lebih mengoptimalkan waktunya untuk beribadah dan berbuat baik.


Meningkatkan Kualitas Iman, Meninggalkan apa yang tidak berguna juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas iman seseorang. Dengan demikian, ia dapat lebih fokus dalam beribadah dan menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam.


Secara garis besar, pada intinya Hadits ke-18 dalam Arba’in Nawawi ini menekankan bahwa bagusnya keislaman seseorang tercermin dari kemampuannya untuk meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Ini menunjukkan bahwa seorang Muslim yang baik harus mampu mengelola waktunya dengan baik, terlibat dalam aktivitas yang positif, dan menghindari kebiasaan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dengan demikian, hadits ini mengajarkan pentingnya menjaga diri dari hal-hal yang sia-sia dalam upaya untuk meningkatkan iman dan kualitas hidup dalam Islam.

 

*Tulisan ini sebelumnya terbit pada Tanggal 03/04/2023 dan diterbitkan ulang setelah tahap editing.