• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 3 Mei 2024

Keislaman

Meninggalkan yang Tak Bermanfaat

Meninggalkan yang Tak Bermanfaat
Foto: Ilustrasi
Foto: Ilustrasi

Dalam hadits Arba’in karya Imam An-Nawawi, dibahas mengenai keislaman seseorang yang baik. Indikatornya adalah meninggalkan apa yang tak bermanfaat atau berguna baginya. Sabda Nabi:


مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ


“Di antara yang termasuk bagusnya keislaman seseorang adalah ia meninggalkan apa yang tak berguna (bermanfaat) baginya.”

  
Hadits ini diriwayatkan oleh sahabat yang bernama Abu Hurairah atau Abdurrahman bin Shakhrin. Sahabat mulia yang paling banyak meriwayatkan hadits. Perawi haditsnya adalah Tirmidizi, Ahmad, Ibnu Majah, Malik, Ibnu Hibban dan masih banyak yang lainnya. Secara hukum hadits ini shahih dan bisa diamalkan.


Dilansir dari indonesiainside.id, secara umum hadits ini menjelaskan kebaikan, kebagusan atau keindahan Islamnya seseorang yang indikator paling menonjol adalah meninggalkan yang tidak bermanfaat baginya. Karena itulah kata Al-Hasan, “Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, adalah ketika si hamba sibuk dengan urusan yang tidak bermanfaat.” (Ibnu Daqiq Al-Id, Syarah Al-Arba’in) Yang dimaksud dengan yang tidak berguna di sini ada perkara yang tidak penting dan tidak berkaitan dengan tujuan utamanya.


Hadits yang senada dengannya misalnya, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka berkatalah yang baik, atau diamlah.” Di sini maka, orang banyak bicara hal yang tak penting, dan tidak bisa berkata baik, maka telah sibuk dengan sesuatu yang tak berguna baginya.


Dalam suatu kantor misalnya, dalam nuansa kerja, kemudian ada yang sibuk main HP, ngobrol tak jelas, ngrumpi dan melakukan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya, maka ini masuk dalam kategori hadits tersebut.


Hadits ini mengandung beberapa pelajaran, Syekh Utsaimin dalam “Syarah Al-Arba’in” menyebutkan: 

  1. Islam mengumpulkan segala yang bagus dan indah. Keindahan Islam semuanya terkumpul pada dua kata dalam firman Allah: “Sesungguhnya Allah menyuruh pada keadilan dan kebaikan.” (QS. An-Nahl [16]: 90)
  2. Hendaknya meninggalkan sesuatu yang tidak terkait dengan kebutuhannya atau yang berguna baginya. Karena ini adalah indikator bagusnya keislaman seseorang.
  3. Orang yang sibuk dengan sesuatu yang tak penting, maka itu tanda bahwa keislamannya sedang tidak baik-baik saja. 
  4. Seyogianya muslim berusaha mengejar target keislaman yang baik dengan cara meninggalkan yang tak bermanfaat baginya.
  5. Orang yang menyibukkan diri dengan hal yang tak berguna, maka fokusnya hanya pada hal remeh dan akan jauh dari kesuksesan baik di dunia maupun akhirat.

​​​​​​​​​​​​​​
​​​​​​​Wallahu a’lam bis shawab


Keislaman Terbaru