• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 26 April 2024

Fragmen

Sejarah NU Jateng: Kiai Zubair Jadi Rais Pertama (Bagian 2)

Sejarah NU Jateng: Kiai Zubair Jadi Rais Pertama (Bagian 2)
KH Zubair Salatiga, Rais pada periode awal berdirinya NU Jateng (1953-1955). (Sumber: NU Online)
KH Zubair Salatiga, Rais pada periode awal berdirinya NU Jateng (1953-1955). (Sumber: NU Online)

Pada artikel sebelumnya, dijelaskan mengenai perkembangan awal Nahdlatul Ulama di Jawa Tengah (Jateng), mulai dari lahirnya NU di tahun 1926 hingga periode awal kemerdekaan, tahun 1945. Tercatat, para tokoh NU Jateng ikut menjadi bagian penting dalam berbagai peristiwa yang terjadi, baik di dalam organisasi NU sendiri, maupun dalam dinamika sejarah bangsa Indonesia.

Secara bentuk struktur organisasi, NU di tingkat wilayah Jawa Tengah juga mengalami perubahan. Dari awalnya terbentuk beberapa cabang (setingkat kota, kabupaten, atau wilayah yang memiliki sejarah tersendiri dalam sejarah NU seperti Lasem dan Cepu) dan kring (tingkat pengurus di bawah cabang), hingga kemudian dibentuk model kepengurusan dengan nama Majelis Konsul, berdasarkan hasil dari Muktamar NU tahun 1937.

Baca juga:

Sejarah dan Perkembangan NU Jawa Tengah dari Masa ke Masa (Bagian 1)


Kemudian dari Hasil Muktamar NU di Magelang tahun 1939, Konsul perwakilan dari Jawa Tengah terbagi menjadi 3 zona, yakni Konsul Jawa Tengah I (Banyumas) dipimpin KRH Moechtar, Jawa Tengah II (Cirebon) dipimpin KH Abdul Chalim, dan kemudian Jawa Tengah III (Kudus) dipimpin oleh KH Abdul Djalil.

Di zaman pendudukan Jepang, format Konsul NU di Jateng ini kembali mengalami perubahan. Dari yang tadinya hanya 3 zona, berkembang menjadi 6 zona, dengan menyesuaikan jumlah wilayah karesidenan. Konsul NU pada tahun 1944 beserta pemimpinnya, yaitu :

1. Solo dan Jogja : K Djauhar
2. Semarang : KH Chambali
3. Pati : KH Abdoeldjalil 
4. Pekalongan : KH M Iljas
5. Kedu : M Saifoeddin Zoehri 
6. Banyumas : KHR M Moechtar

Setelah Indonesia merdeka, format karesidenan ini kemudian berganti dengan menyesuaikan provinsi. Alhasil dari enam konsul tersebut kemudian dijadikan satu, yakni Majelis Konsul NU Jawa Tengah. Meski demikian, namanya tetap Majelis Konsul, bukan Pengurus Wilayah (PW) seperti yang kita ketahui saat ini.

Penyatuan satu wilayah tersebut, tepatnya terjadi setelah NU menyatakan berpisah dengan Masyumi, di tahun 1952. Setelah resmi berpisah dari Masyumi, struktur NU di daerah-daerah pun mengalami penyesuaian. Untuk tingkat pusat disebut PBNU, kemudian tingkat provinsi (Majelis Konsul), karesidenan (Komisariat Daerah), kecamatan (MWT singkatan dari Madjelis Wakil Tjabang), dan kelurahan/desa (Ranting).

Dari buku Nahdlatul Ulama Jawa Tengah; Kemarin, Hari ini, dan Esok (PWNU Jateng, 1994) diperoleh keterangan nama-nama Rais dan Ketua NU Jateng, mulai dari masa Konsul hingga pengurus masa khidmat 1994-1967, yakni sebagai berikut :

Masa Khidmat 1953-1955
Rais: KH Zubair
Ketua: KH Abdul Choliq
Alamat Kantor: Jl Layur 70 A Semarang

Masa Khidmat 1955-1957
Rais: KH Zubair
Ketua: KH Ahmad Zabidi
Alamat Kantor: Wisma PHI Jateng, Jl KH Wahid Hasyim 125-127 Semarang

Masa Khidmat 1957-1958
Rais: KH Abdul Djalil
Ketua: KH Muslich
Alamat Kantor: Wisma PHI Jateng, Jl KH Wahid Hasyim 125-127 Semarang

Masa Khidmat 1958-1967
Rais: KH Zubair
Ketua: KH Imam Sofwan
Alamat Kantor: Jl dr Cipto 133 Semarang

Sebagai informasi tambahan, apabila kita perhatikan pada alamat kantor pengurus NU Jateng, sempat beberapa kali mengalami perpindahan tempat. Baru di periode berikutnya (1967-1977), alamat kantor nantinya akan menetap di satu tempat, yakni di Jl dr Cipto 180 Semarang, sampai sekarang.

Penulis: Ajie Najmuddin


Fragmen Terbaru