Dinamika

Pentingnya Hermeneutika ala Schleiermacher bagi Kader PMII

Selasa, 20 Mei 2025 | 12:00 WIB

Pentingnya Hermeneutika ala Schleiermacher bagi Kader PMII

Ngaji Hermeneutik yang diselenggarakan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat An-Nawawi pada Rabu (14/5/2025) di Mushala Institut Agama Islam (IAI) An-Nawawi Purworejo.

Purworejo, NU Online Jateng

Fenomena kesalahpahaman dalam mencerna narasi berupa teks menjadi sorotan utama dalam agenda rutin Ngaji Hermeneutik yang diselenggarakan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat An-Nawawi pada Rabu (14/5/2025) di Mushala Institut Agama Islam (IAI) An-Nawawi Purworejo.


Mengangkat tema The Art of Understanding Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher, kegiatan ini menghadirkan Anwar Ma’rufi sebagai narasumber. Dalam penyampaiannya, Anwar menyatakan bahwa generasi Z, khususnya kader PMII, kerap mengalami kesalahpahaman dalam menangkap narasi, terlebih dalam konteks literasi. Jika hal ini terus dibiarkan, menurutnya akan menimbulkan kesesatan berpikir.


“Gen Z pada umumnya dan kader PMII khususnya, sering kali terjebak dalam kesalahpahaman dalam menangkap pemahaman suatu narasi, terlebih dalam bentuk teks (tulisan). Kesalahpahaman ini jika diteruskan dapat berakibat pada logical fallacy atau kesesatan berpikir,” tutur Anwar.


Anwar yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Pembina Komisariat (Mabinkom) PMII An-Nawawi ini menawarkan pendekatan hermeneutika ala Schleiermacher sebagai jembatan alternatif agar tidak terjatuh dalam kesalahpahaman saat membaca dan memahami suatu teks. Ia menekankan pentingnya memahami maksud penulis teks sebagai tujuan utama.


“Dalam konteks ini, gagasan Schleiermacher akan menemukan urgensi dan relevansinya sebagai jembatan alternatif bagi kita warga pergerakan dalam mengelupas secara kritis suatu teks agar tidak jatuh dalam kesalahpahaman saat mengonsumsi suatu bacaan, yang tujuan utamanya berupa pemahaman terhadap maksud si penulis teks,” jelasnya.


Ia menjelaskan bahwa hermeneutika Schleiermacher memiliki dua pendekatan utama, yakni interpretasi gramatikal dan interpretasi psikologis.


“Menurut Schleiermacher dalam karyanya Hermeneutics and Criticism and Other Writings, terjemahan Andrew Bowie, hermeneutika yang diartikan sebagai art of understanding atau seni memahami ini memiliki dua model interpretasi. Pertama, interpretasi gramatikal, yakni menelaah teks dari dimensi bahasa; bagaimana bahasa dipakai mulai dari pembentukan kata, kalimat, paragraf, bab, buku, genre, dan kultur. Kedua, interpretasi psikologis, yakni menelaah teks dari dimensi pemakai bahasanya, dalam hal ini penulis teks; mulai dari individu, keluarga, generasi, masyarakat, kultur, negara, dan zaman,” papar Anwar.


Ia menambahkan bahwa pendekatan Schleiermacher ini bersifat universal dan tidak terbatas pada teks keagamaan semata.


“Hermeneutika Schleiermacher bersifat universal. Artinya tidak terikat oleh satu teks saja berupa kitab suci, tapi justru dapat diaplikasikan dalam teks lain seperti teks sastra dan sejarah,” tambahnya.


Ketua PMII Komisariat An-Nawawi, Misbachul Anam, menyampaikan bahwa Ngaji Hermeneutik merupakan bagian dari upaya kaderisasi untuk lebih bijak dalam berliterasi dan memahami karya-karya penting dalam tradisi keilmuan PMII.


“Ngaji Hermeneutik merupakan upaya PMII Komisariat An-Nawawi untuk lebih bijak dalam berliterasi. Tentunya dengan sumbangan hermeneutik Schleiermacher, wacana primer seperti buku Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer dan Suluk Abdul Jalil karya Agus Sunyoto dapat dikelupas lebih bijak lagi. Apalagi buku-buku ini masih tergolong ke dalam novel sejarah,” sebut Anam saat ditemui NU Online Jateng.


Agenda Ngaji Hermeneutik dijadwalkan akan berlangsung secara rutin setiap hari Rabu sebagai upaya menjaga ruang dialektika kader PMII serta menghidupkan semangat peradaban intelektual di lingkungan kampus.