NU Online Jateng -
KHUTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِأَدَاءِ الشَّرَائِعِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللهُ السَّمِيْعُ الْبَدِيْعُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ.
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah
Mengawali khutbah singkat pada kesempatan ini, khatib berwasiat kepada diri pribadi dan kepada seluruh jamaah, marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa yaitu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Alhamdullillah pada bulan ini, panggilan haji telah tiba kembali, banyak sudah rombongan jamaah calon haji kita. Jamaah calon haji Indonesia yang diberangkatkan ke Tanah Suci.
Untuk menghormati panggilan haji tersebut, maka pada khutbah jum’at kali ini kami akan menyampaikan sekilas tentang beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari pada praktek ibadah haji tersebut.
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah
Ibadah haji memberi palajaran kepada kita, bahwa manusia itu pada hakikatnya adalah sama derajatnya dihadapan Allah, tidak ada kelebihan orang kulit putih atas orang kulit hitam, tidak ada kelebihan orang arab atas orang ajam di hadapan Allah kecuali karena taqwanya, dan amal sholehnya.
Tidak ada kelebihan seorang jendral atas seorang kopral, tidak ada kelebihan seorang gubernur atau tukang sayur dihadapan Allah kecuali karena taqwanya, dan amal sholehnya.
Untuk itu mari kita saksikan apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang sedang ibadah haji tersebut.
Hadirin Sidang Jum’at rahimakumullah
Jama’ah haji yang datang dari bermacam-macam bangsa dan dari berbagai negara itu mereka mengerjakan ibadah dengan cara yang sama, mereka membaca talbiyah dengan bacaan yang sama pula, yaitu :
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
Artinya: "Ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya pujian dan kenikmatan hanya milik-Mu, dan kerajaan hanyalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu”
Mereka berpakaian dengan pakaian ihrom yang sama, yaitu pakaian putih yang tidak berjahit. Pada waktu menunaikan ibadah haji tersebut tidak ada lagi bedanya seorang raja diraja dengan seorang hamba sahaya, tak ada lagi bedanya seorang pejabat tinggi negara dengan rakyat jelata. Dan tak ada lagi bedanya seorang jendral dengan seorang kopral.
Pada waktu itu, semua gelar kebanggaan yang sering digunakan untuk merendahkan orang lain ditinggalkan semuanya pada waktu itu, segala pakaian, kemegahan yang sering ditampakkan yang bisa melukai hati orang miskin dilepaskan semuanya.
Pada waktu itu segala pangkat kebesaran yang sering ditonjolkan untuk menakut-nakuti orang dilemparkan semuanya, semuanya sama dihadapan Allah Swr.
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah
Menyaksikan praktek ibadah haji tersebut menjadi jelaslah bahwa Islam mengajarkan manusia itu adalah sama derajatnya dihadapan Allah Swt. Karena itu Islam sangat mengutuk sikap mental yang melebihkan satu kelompok manusia atas kelompok manusia yang lain, merasa mempunyai derajat yang lebih tinggi dari pada orang lain.
Karena keturunan, karena kekuasaan, karena ilmu pengetahuan ataupun karena kecantikan dikutuk oleh Islam sebagai takabur, sebagai suatu kesombongan.
Rasulullah Saw pernah bersabda :
“Akan dihempas orang-orang yang sewenang-wenang dan takabur nanti pada hari kiamat sebagai butir-butir debu. Mereka akan diinjak-injak oleh manusia karena saking hinanya disisi Allah Swt.
Karena itulah, maka Rasulullah Saw pernah menegur sahabat Bilal dengan panggilan yang menghina “Hai anak perempuan hitam” Rasulullah Saw kemudian bersabda : Hai Abu Dzar, tidak ada kelebihan orang kulit putih atas orang kulit hitam, kecuali karena amal sholehnya.
Hadirin Sidang Jum’at rahimakumullah
Dalam perjalan sejarah, ada 3 hal yang sering menyebabkan sekelompok masyarakat, manusia merasa lebih hebat daripada masyarakat yang lain sehingga memperbudak kelompok lain.
Tiga hal itu adalah keturunan, kekuasaan dan kekayaan.
Marilah kita lihat satu persatu pertama adalah keturunan. Kebanggaan karena keturunan telah menyebabkan timbulnya feodalisme, bahkan imperialisme. Selama berabad-abad orang-orang kulit putih menganggap bahwa mereka adalah manusia istimewa yang lebih hebat dari pada orang-orang kulit berwarna hitam.
Anggapan inilah yang menyebabkan jutaan manusia hidup dalam belenggu penjajahan dan penindasan, sebelum perang dunia ke-dua di Jerman. Adolf Hitler mengajarkan tentang keunggulan bangsa Aria dan anggapan inilah yang menyebabkan jutaan manusia dimasukkan ke dalam kamar-kamar penyiksaan dan kamp-kamp konsentrasi serta dibunuh agar bangsa lain yang dianggap hina itu menjadi musnah.
Bangsa Jepang pernah menganggap dirinya keturunan dewa matahari yang lebih mulia daripada bangsa lain, dan anggapan inilah yang telah menjadikan Jepang memimpin orang-orang timur dengan menyebarkan maut dan penderitaan. Karena itu kita perlu merenungkan kembali Sabda Nabi Saw
لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلٰى اَعْجَمِيٍّ اِلَّا بِالتَقْوَى
Artinya: "Tidak ada keistimewaan bagi orang Arab atas yang non Arab, kecuali dengan taqwa"
Setelah keturunan, adalah kekuasaan sering pula dipakai untuk menindas dan memperbudak orang lain. Allah telah mengingatkan kita tentang kejahatan Fir’aun, yang karena memiliki kekuasaan lantas bertindak sewenang-wenang serta memperbudak orang-orang bani Israil.
Dewasa ini, masih ada kita lihat Fir’aun-fir’aun kecil yang menggunakan kekuasaan untuk berbuat sewenang-wenang, tertawa gembira diatas penderitaan orang lain.
Hadirin Sidang Jum’at yang Dirahmati Allah
Setelah kekuasaan, adalah kekayaan sering pula dijadikan alat untuk menindas orang lain untuk menindas orang lain karena merasa lebih mulia dari pada orang lain, karena banyaknya jumlah pencari kerja begitu mengupah mereka dengan upah yang tidak mencukupi kehidupannya.
Tenaga mereka kita peras, supaya keuntungan kita berlipat ganda karena kaya, kita terkadang memperbudak pembatu kita, yang bukan saja harus bekerja dari pagi sampai sore, tetapi juga harus siap dicaci maki kalau berbuat kesalahan.
Karena kaya, kita terkadang memalingkan muka dari orang-orang miskin dan memilih bergaul hanya dengan orang-orang kaya saja, mengucapkan kata-kata halus kepada sahabat-shabat kita, tetapi kata-kata yang sangat kasar kepada sopir dan tukang kebun kita.
Oleh karena itu, pada hari ini marilah kita renungkan kembali pelajaran daripada ibadah haji, bahwa manusia itu sama derajadnya dihadapan Allah Swt. merasa lebih mulia daripada orang lain adalah merupakan takabur, merupakan suatu kesombongan yang dikutuk oleh Islam.
Demikian khutbah singkat yang saya sampaikan semoga menjadi pelajaran untuk kita untuk selalu rendah dihadapan Allah dan semoga kita diselamatkan dari sifat sombong. Dan semoga kita semua bisa diberi kesempatan untuk menjadi tamu-tamunya Allah bisa beribadah Haji dan Umrah. Aamin ya robbal alamin .
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، وَالْعَصْرِ، إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ، إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْن
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Khutbah Jumat: Pelajaran Yang Tersirat Dalam Ibadah Haji
Download teks khutbah: KLIK DISINI
Penulis: Kiai Khairul Muttaqien, Ketua LD PCNU Kota Surakarta.