• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 29 Maret 2024

Tokoh

Habib Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsyi Guru Para Rais NU

Habib Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsyi Guru Para Rais NU
Habib Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsyi (republika.id)
Habib Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsyi (republika.id)

Habib Muhammad bin Husein mengatakan, semasa hidupnya Habib Anis mengabdikan diri untuk berdakwah dan bergelut dalam majelis ilmu. Habib Anis mempunyai majelis pengajian setiap harinya saat ba'da dzuhur, kecuali Jumat dan Ahad, di kediamannya. Pernah, ketika istri Habib Anis wafat masyarakat datang untuk berta'ziyah. Namun begitu tiba waktunya pengajian, langsung Habib Anis membuka kitabnya dan mulai membaca serta mengajar. Di dalam rumah jenazah istrinya sedang dimandikan tapi beliau tetap istiqamah mengajar dan membimbing umat.


Habib Anis juga dikenal sebagai pribadi yang istiqamah dalam segala hal, tentang keistiqamahan ini juga diakui oleh salah satu muridnya mantan Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sukoharjo, KH Ahmad Baidlowi. Dalam banyak hal, Habib Anis selalu tertata rapi, meskipun di banyak aktivitasnya sebagai imam shalat, pengajian, menerima tamu, membuka toko, dan sebagainya.


Dalam dakwahnya, Kiai Baidlowi mengatakan, Habib Anis memiliki beberapa konsep, yang kesemuanya dapat dilihat langsung di Masjid Riyadh sampai sekarang. Yakni, masjid sebagai tempat ibadah. Zawiyah, sebagai pusat ilmu dan toko sebagai media penggerak ekonomi.


Terkait hal ini, Habib Anis sendiri pernah menyampaikan bahwa ada empat hal yang penting. Pertama, kalau engkau ingin mengetahui diriku, lihatlah rumahku dan masjidku. Masjid ini tempat aku beribadah mengabdi kepada Allah. Kedua, zawiyah, di situlah aku menggembleng akhlak jamaah sesuai akhlak Nabi Muhammad SAW. Ketiga, kusediakan buku-buku lengkap di perpustakaan tempat untuk menuntut ilmu. Dan keempat, aku bangun bangunan megah. Di situ ada pertokoan, karena setiap muslim hendaknya bekerja. Hendaklah ia berusaha untuk mengembangkan dakwah Nabi Muhammad saw.


Ulama asal Pasuruan itu menambahkan, meskipun tidak pernah masuk dalam struktur NU di Solo, namun peranan Habib Anis atas kemajuan NU di wilayah Soloraya sangatlah besar. Beberapa muridnya bahkan pernah menjadi Rais Syuriyah, diantaranya KH A. Baidlowi dan KH Abdul Aziz (Wonogiri).



Makam Habib Anis bin Ali Al-Habsyi (paling kanan) di komplek masjid Riyadh Pasar Kliwon Solo (Foto: Dok NU Online Jateng)


Sebagai penerus kekhalifahan (imam) di Masjid Riyadh, Habib Anis meneruskan beerbagai kegiatan yang telah dirintis oleh para pendahulunya. Kegiatan seperti Haul Habib Ali Al-Habsyi, Khatmul Bukhari, dan Maulid yang terselenggara setiap malam Jumat selalu dihadiri oleh ratusan bahkan puluhan ribu jamaah dari berbagai daerah. Para ulama terkemuka, seperti TG Zaini Abdul Ghani, Abuya Dimyati, Kiai Siraj dan lainnya, bahkan pernah hadir di Masjid Riyadh untuk mengikuti majelis ilmu yang dipimpin Habib Anis.


Sebagai seorang ulama, Habib Anis juga pernah berkeinginan untuk menulis kitab. Namun, hingga akhir hayat beliau belum berkesempatan untuk merealisasikannya. “Belum sempat menulis kitab, hanya berencana. tapi kedahuluan dijemput oleh Allah,” tutur Habib Muhammad.


Dikutip dari laduni.id, sejak kecil Habib Anis dididik oleh ayah sendiri juga bersekolah di madrasah Ar-Ribathah yang juga berada di samping sekolahannya. Habib Anis tumbuh menjadi seorang pemuda nan alim dan berakhlak luhur. Habib Ali Al-Habsyi, adiknya menyebut kakaknya seperti 'anak muda yang berpakaian tua'.


Tentang maqam ilmu dan akhlak yang dimiliki Habib Anis, salah satu cucunya yang bernama Muhammad bin Husain mengungkapkan sosok Habib Anis sebagai orang yang sangat mencintai ilmu. “Ketika usia muda, Habib Anis gemar sekali membaca buku. Tiap malam ketika istrinya tidur, beliau membaca kalam Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi (kakek Habib Anis) sampai beliau terkadang menangis ketika membaca untaian nasehat kakeknya. Ketika istrinya terbangun beliau langsung mengusap airmatanya supaya tidak terlihat oleh istrinya,” ujarnya.


Bahkan ketika usia sudah mulai tua, Habib Anis masih haus kepada ilmu. “Habib Anis pernah berencana untuk membeli laptop dan belajar mengetik untuk bisa mencatat ilmu yang didapatnya. Bahkan juga berencana untuk datang pameran kitab di Mesir supaya bisa membeli kitab-kitab langka yang dijual di sana,” imbuh Habib Muhammad.


Ditambahkan oleh Habib Muhammad, meskipun Habib Anis termasuk ahli ilmu, akan tetapi dia lebih dikenal dengan kemuliaan akhlaknya. “Karena Habib Anis selalu menampilkan akhlaq yang mulia, padahal keluasan ilmunya tidak diragukan lagi,” terangnya.


Akhlak Habib Anis, di antaranya tercermin dari sikap sumeh (murah senyum) dan dermawan yang dimilikinya. Ibu Nur Aini penjual warung angkringan depan Masjid Ar-Riyadh menuturkan, “Habib Anis itu bagi saya, orangnya sangat sabar, santun, ucapannya halus dan tidak pernah menyakiti hati orang lain, apalagi membuatnya marah,” terangnya.


Seringkali menjelang Idul Fitri, Habib Anis memberikan sarung secara cuma-cuma kepada para tetangga, muslim maupun non muslim. “Beri mereka sarung meskipun saat ini mereka belum masuk Islam. Insyaallah suatu saat nanti dia akan teringat dan masuk islam.” kata Habib Anis yang ditirukan Habib Hasan, salah seorang puteranya.


Habib Anis lahir pada tanggal 5 Mei 1928 di Garut Jawa Barat. habib Anis merupakan putra dari Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi dan cucu dari Al-Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi (Muallif Simtuddurar) yang hijrah dari Hadramaut Yaman ke Indonesia untuk berdakwah. Sedangkan ibunya bernama Khadijah. Ketika berumur 9 tahun keluarga Habib Anis pindah ke Solo sampai akhirnya menetap di kampung Gurawan, Pasar Kliwon Solo.


Dua minggu pasca-Lebaran tahun 2006, umat muslim di Soloraya tersentak mendengar kabar duka. Seorang tokoh ulama panutan yang juga keturunan dari Rasulullah Saw, Habib Anis Al-Habsyi dikabarkan telah menghadap ke rahmatullah. Habib Anis wafat pada hari Senin, tanggal 6 November 2006 atau 14 Syawal 1427 H pukul 12.55 WIB. Jenazahnya dimakamkan di sebelah makam ayahnya, yang terletak di sisi selatan Masjid Riyadh. Meninggal dunia karena penyakit jantung yang dideritanya. Lahul Fatihah (*)


Tokoh Terbaru