Seringnya orang beranggapan bahwa taubat dengan memperbanyak istighfar itu berlaku bagi orang yang telah melakukan maksiat lalu menyesali perbuatannya, padahal memperbanyak istighfar itu juga berlaku bagi siapa saja termasuk orang-orang yang bertakwa.
Memohon ampunan dengan memperbanyak membaca istighfar adalah sebuah ibadah. Maka siapapun yang melakukannya akan beroleh pahala dari Allah SWT serta akan beroleh kenikmatan yang dicurahkan sampai dengan waktu yang ditentukan.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Hud Ayat 3 :
وَّاَنِ اسۡتَغۡفِرُوۡا رَبَّكُمۡ ثُمَّ تُوۡبُوۡۤا اِلَيۡهِ يُمَتِّعۡكُمۡ مَّتَاعًا حَسَنًا اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى وَ يُؤۡتِ كُلَّ ذِىۡ فَضۡلٍ فَضۡلَهٗ ؕ وَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَاِنِّىۡۤ اَخَافُ عَلَيۡكُمۡ عَذَابَ يَوۡمٍ كَبِيۡرٍ
Artinya :
Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu (beristighfar) dan bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling, maka sungguh, aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat). (QS Hud : 3)
KH Ahmad Niam Syukri Masruri, Ketua Lembaga Kajian Informasi dan Dakwah (Elkid), Ketua PW GP Ansor Jateng tahun 1995, dan Sekretaris RMINU Jateng
