• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 20 April 2024

Taushiyah

Keutamaan Bekerja Mencari Nafkah 

Keutamaan Bekerja Mencari Nafkah 
KH Bahaudin Nursalim
KH Bahaudin Nursalim

Allah begitu mengapresiasi orang yang bekerja. Bekerja untuk hal ini penting karena mungkin ada orang mendapatkan uang dari transaksi narkoba, mencuri, kejahatan atau menipu. Makanya orang yang bekerja harus diapresiasi bahwa nilai kerja itu ibadah. 


Agama manapun setuju seseorang harus mendapatkan rezeki atau kebutuhannya lewat jalan halal semisal kerja, warisan, dan hibah. Dalam konsep Islam, ketika seseorang mendapatkan satu rezeki maka bisa dimakan untuk dua orang. Rezekinya orang dua bisa dimakan empat orang. 


Dalam Kitab Ihya Ulumiddin dijelaskan tentang keutamaan kerja bahwa sebagian dosa, ada yang tidak bisa dihapuskan dengan istighfar, sedekah, ataupun dzikir kecuali serius memikirkan dan mencari nafkah atau rizki. Jadi, sudut pandang itu penting. Banyak guru-guru kita yang kaya, untuk dirinya secukupnya saja. Nabi Daud tidak makan dari hasil pekerjaan menjual anyaman bambu. Kalau tidak terjual maka tidak makan hari itu.


Sistem pekerjaan melahirkan hal positif seperti hukum sosial bertemu teman dan ketergantungan manusia pada hal halal. Ini penting karena seringkali orang dilihat dari pekerjaannya. Orang berpikir bahwa bisa hidup dengan barang halal. Orang tergerak untuk bekerja karena punya anak kecil, orang tua, dan istri itu sebuah hal yang disukai Allah. 


Status orang yang dagang (kerja) dan jujur maka derajatnya bersama orang yang meninggal seperti pahlawan atau orang syahid. Nabi memuji orang yang bekerja sebagai pedagang, dengan menyebut 9 dari 10 rezeki, berkahnya ada di dagang. Sekikir-kikirnya pedagang, ia tetap harus bayar sopir yang mengangkut barang, satpam, dan uangnya berputar. 


Jadi, cara pandang kita pada dalam beragama, jangan sampai kita melihat ibadah kepada Allah itu hanya orang yang datang ke masjid atau pengajian saja. Seseorang yang datang ke pabrik, ke pasar, sama dengan ke masjid yaitu sama-sama ibadah.


Ada suatu peristiwa Rasulullah saat sedang mengaji bersama sahabatnya di masjid, lalu lewatlah seorang pemuda membawa cangkul dengan santainya. Para sahabat komplain, ada Rasulullah tengah mengaji, tapi pemuda ini tidak sopan. Namun, ketika pemuda itu disalahkan, oleh Rasullallah malah dibela. Karena ketika ada pemuda yang bekerja untuk mencari nafkah buat keluarganya agar tidak minta-minta, menurut Rasullallah itu adalah sunahnya. 


Bagi Rasulullah, sunnah tidak hanya datang ke pengajian, tapi juga mengamalkan isi kajian itu sendiri. Bisa jadi, orang yang bekerja tersebut mengamalkan perintah Nabi berbuat baik kepada keluarga. Ini penting agar cara pandang kita kepada seseorang kepada yang lain itu positif. Karena taqwa itu meninggalkan hal-hal yang dilarang Allah



KH Ahmad Bahauddin Nursalim, Pengasuh Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang 
 


Taushiyah Terbaru