• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Rabu, 24 April 2024

Taushiyah

Berbuka dengan yang Manis

Berbuka dengan yang Manis
foto: ilustrasi
foto: ilustrasi

Ramadhan merupakan bulan penuh kenikmatan yang senantiasa dinantikan oleh setiap ummat muslim, di dalamnya terdapat perintah untuk menjalankan ibadah puasa yakni menahan diri dari perkara yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar hingga tergelincirnya matahari, salah satu perintah wajib yang tidak boleh ditinggalkan oleh ummat muslim, kecuali berada pada kondisi udzur syar’i. 

 

Gairah inilah yang menjadikan ramadhan menjadi bulan istimewa karena sekelumit aturan dan tugas yang harus dilakukan oleh umat muslim.

 

Salah satu contoh dari keistimewaan itu adalah adanya anjuran untuk berbuka dengan yang manis, karena diyakini dapat mengembalikan energi yang terkuras setelah seharian bekerja dalam kondisi puasa tanpa mendapatkan supply nutrisi, yang berdampak pada keadaan lemas, lelah dan ngantuk. 

 

Hal ini disebabkan kosongnya perut dari makanan menyebabkan liver tidak berfungsi secara optimal, dan rasa manis merupakan sesuatu yang sangat cepat meresap dalam tubuh dan paling disukai liver, terlebih apabila dalam kondisi basah, lebih cepat terproses dan mengirim seluruh zat yang dihasilkan ke seluruh anggota tubuh dan otak.

 

Kata berbuka dengan yang manis merupakan kiasan yang muncul dari aktivitas nabi ketika berbuka puasa menggunakan tamr dan ruthab yang memiliki sifat manis, berserat dan terdapat kandungan gula di dalamnya sehingga sangat bermanfaat di dalam tubuh manusia.

 

Sebagian muslim menolak keberadaan yang manis, karena dianggap tidak memiliki dasar yang kuat terkait dengan anjuran berbuka dengan yang manis, namun bila kita lihat dari hadits Nabi, anjuran itu ada karena melekat menjadi sifatnya.

 

Anas bin Malik ia berkata; Nabi Muhammad SAW biasa berbuka puasa sebelum shalat dengan ruthab (kurma basah), jika tidak mendapatinya, Nabi akan berbuka dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada tamr, beliau meminum seteguk air. (HR Abu Daud).

 

Dasar hadits di ataslah yang menjadikan adanya anjuran untuk berbuka dengan yang manis karena sifat manis yang melekat dari ruthab dan tamr.Oleh sebab itu, dalam rangka menyegarkan tubuh dan meningkatkan stamina, jika dirasa susah mendapatkan ruthab dan tamr bolehlah menggunakan buah-buahan yang kaya serat, agar tubuh mendapatkan staminanya kembali untuk beraktifitas qiyamul lail pada bulan ramadhan. 

 

Semoga Allah menerima puasa, ibadah, dan sedekah yang telah kita lakukan pada bulanr amadhan ini. Amin.

 

Muhammad Aji Nugroho, Ketua Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Tengah.
 


Taushiyah Terbaru