• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 1 Juli 2024

Taushiyah

Belajar Public Speaking kepada Nabi dalam Kitab Syamail Muhammadiyah

Belajar Public Speaking kepada Nabi dalam Kitab Syamail Muhammadiyah
KH Adib Malik dalam Ngaji Rutin Reboan Kitab Syamail Muhammadiyah karya Imam Tirmidzi di Aula Al Maliki Leadership Babakan (ALBAB), Selasa (25/6/2024).
KH Adib Malik dalam Ngaji Rutin Reboan Kitab Syamail Muhammadiyah karya Imam Tirmidzi di Aula Al Maliki Leadership Babakan (ALBAB), Selasa (25/6/2024).

Tegal, NU Online Jateng

Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (LD PCNU) Kabupaten Tegal KH Aqib Malik mengatakan bahwa Kitab Syamail Muhammadiyah banyak menjelaskan cara berbicara Nabi yang relevan dengan konsep teori keilmuan public speaking pada Ngaji Rutin Reboan Kitab Syamail Muhammadiyah karya Imam Tirmidzi di Aula Al Maliki Leadership Babakan (ALBAB), Selasa (25/6/2024).


"Di Kitab Syamail Muhammadiyah ini, banyak hal yang sesuai dengan konsep teori keilmuan public speaking. Contohnya, ketika Nabi menjelaskan sesuatu kepada para sahabat, beliau sering mengulang inti pembicaraan sampai tiga kali, sehingga mudah dipahami oleh yang mendengarnya," ujarnya pada Ngaji Rutin Reboan Kitab Syamail Muhammadiyah karya Imam Tirmidzi di Aula Al Maliki Leadership Babakan (ALBAB), Selasa (25/6/2024).


Ia menjelaskan bahwa konsep repetition (pengulangan) yang terarah dalam public speaking bertujuan untuk menekankan inti penyampaian, sehingga mudah dipahami oleh pendengar.


"Ketika Nabi berbicara, beliau tidak tergesa-gesa atau terlalu lambat. Beliau berbicara dengan jelas, terperinci, dan sistematis, sehingga pendengar dapat menghafalnya," jelasnya.


Kiai yang akrab disapa Gus Aqib itu menyebutkan bahwa dalam public speaking terdapat aspek-aspek yang berkaitan dengan pengaturan tempo bicara, olah vokal, dan gradasi penyampaian.


Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa Nabi Muhammad selalu membuat orang nyaman dan tidak menyakiti hati pendengar saat berbicara. Nabi juga tidak melebihkan atau mengurangi pembicaraan dan selalu menempatkan pembicaraan sesuai situasinya. "Dalam public speaking, ada konsep tiga E, yaitu etiket, etika, dan estetika," imbuhnya.


Mubaligh internasional asal Kabupaten Tegal itu mengungkapkan bahwa Nabi berbicara dengan ringkas, simpel, dan penuh makna, namun tetap membuat lawan bicara nyaman. Dalam istilah anak milenial, pembicaraan tersebut disebut "daging semua". Ia juga menyebutkan bahwa dalam public speaking terdapat konsep struktur dan pola pembicaraan, seperti pola piramida terbalik, struktur pembuka-inti-ice breaking, dan closing statement.


"Ketika Nabi menyampaikan sesuatu, komunikasi tidak hanya dilakukan dengan ucapan saja, tetapi juga dengan isyarat tangan. Misalnya, ketika menunjukkan sesuatu, beliau menggunakan telapak tangan yang digerakkan. Dalam public speaking, komunikasi tidak hanya verbal tetapi juga non-verbal, seperti menggunakan gestur tangan, gerakan tubuh, kontak mata, dan lain-lain," pungkasnya.
 

Kontributor: Malik Ibnu Zaman


Taushiyah Terbaru