• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 28 Maret 2024

Regional

Wagub Jateng: Toleransi adalah Laku Beragama ala Nabi

Wagub Jateng: Toleransi adalah Laku Beragama ala Nabi
Wagub Jateng KH Taj Yasin Maimoen (dua dari kiri) (Foto: Dok)
Wagub Jateng KH Taj Yasin Maimoen (dua dari kiri) (Foto: Dok)

Semarang, NU Online Jateng
Wakil Gubernur Jawa Tengah KH Taj Yasin Maimoen mengatakan, menjaga keberlangsungan hidup bumi dan manusia adalah tanggung jawab kita semua. Oleh karena itu kata yang sering didengar adalah selamatkan bumi kita, bukan pribadi kita.


"Dan menangkal paham radikal juga sikap intoleran adalah salah satu upaya untuk itu. Maka dalam Islam Nabi Muhammad adalah salah satu teladan dalam bersikap toleransi dan dakwah dengan santun tanpa paksaan," ujarnya.


Hal itu disampaikan KH Taj Yasin Maimoen saat menjadi narasumber dalam acara Seminar Nasional dan Panggung Budaya bertajuk ‘Pancasila di antara Paham Radikalisme dan Intoleran’.


Acara yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Studi Agama-agama (HMJ SAA) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo itu bertempat di Gedung Teater Sosisal Humaniora (SosHum) kampus III.


Dikatakan, Nabi Muhammad beberapa kali mengambil tindakan guna memaafkan musuh. Bahkan pernah mengarahkan orang Quraisy yang berada di Makkah pergi ke Masjidil Haram atau masuk ke rumah Abu Sufyan agar tidak diserang oleh kaum muslimin saat perang.


“Jangan kalian musuhi orang-orang yang berada di barisan Abu Sufyan kata Nabi,” ungkap putra dari Kiai Maimoen Zubair itu. 





Di Indonesia sendiri lanjutnya, mau beragama apa dan beribadah dengan cara apapun bisa dilakukan dengan tenang. Karena sang founding father dalam Pancasila, sila pertama menuangkan kalimat Ketuhanan Yang Maha Esa. 


“Yang artinya kita bebas beragama apa saja sesuai kepercayaan yang kita yakini. Yang terpenting dalam beragama itu kita tidak boleh ada paksaan,” tambahnya.


Disampaikan, sikap toleransi dengan menjaga perasaan agama lain adalah kuncinya. Seperti mengkontrol suara adzan. Juga umat agama lain, misalnya dalam memelihara anjing juga harus dijaga. Menghormati perayaan natal boleh, yang penting jangan ikut ibadahnya. Menghormati idul Fitri boleh tapi jangan juga ikut ibadahnya.


“Dan dengan menjadi pembicara di seminar ini adalah salah satu usaha preventif pemerintah dalam menangani paham radikalisme dan intoleran, khususnya di kalangan mahasiswa,” terangnya.


Dalam rilis yang diterima NU Online Jateng, Jumat (10/6/2022) narasumber dalam acara HMJ di UIN Walisongo, pendiri Perusahaan Ekspor Impor CLA Group Indonesia Hj Claudyna C Ningrum bercerita bahwa dulu Islam tidak diterima oleh orang barat. Bahkan ada istilah Islamphobia dan sebagainya. Namun saat mereka sudah mulai menerima muslim. Di Indonesia justru yang terjaring dan terpengaruh dengan paham-paham yang radikal dari luar.


“Maka untuk menangkal itu, gaungkanlah peace, love and care. Bahwa dengan damai, cinta dan rasa peduli akan menciptakan kerukunan dalam hidup berdampingan,” pungkasnya.


Regional Terbaru