• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 29 April 2024

Regional

Rais PWNU Jateng Sebut Badan Sehat Jika yang Dikonsumsi Halal

Rais PWNU Jateng Sebut Badan Sehat Jika yang Dikonsumsi Halal
Diskusi terarah PWNU Jateng tentang ketahanan pangan (Foto: NU Online Jateng/Insan Al-Huda)
Diskusi terarah PWNU Jateng tentang ketahanan pangan (Foto: NU Online Jateng/Insan Al-Huda)

Semarang, NU Online Jateng
Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh menegaskan, kalau makanan yang dikonsumsi sehat atau halalan thayiban maka badan juga sehat. Jika makanan halalan thayiban maka jiwa juga akan sehat. 


"Kalau sebaliknya maka akan sakit jasmani dan rohaninya," ujarnya dalam acara diskusi terarah Ketahanan Pangan, yang diselenggarakan Lembaga Kajian Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU Jateng di Kantor Jl Dr Cipto 180 Semarang, Rabu (13/9/2023) malam.


Menurutnya makanan halalan thayiban tersebut menentukan masa depan bangsa. "Suatu kebutuhan pokok harus diamankan, sehingga ketersediaan makanan mencukupi dan menyehatkan," tegasnya.


Dalam kajian fiqih lanjutnya, menghidupkan bumi yang mati atau ihya'u mawat, merupakan kewajiban umat. Karenya masyarakat berhak memanfaatkannya dengan cara menanami. 


"Menelantarkan tanah hukumnya berdosa. Namun pertanian sekarang biaya menanam lebih besar daripada hasilnya. Ini merupakan masalah yang harus dicarikan solusinya," ucaphnya.


Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdatul Ulama (LPPNU) Jateng H Suroso menyampaikan, Indonesia semestinya merupakan negara agraris. "Namun karena faktor politik dengan kebijakan yang kurang ramah terhadap pemberdayaan petani, akhirnya Indonesia tidak bisa mempertahankan dalam swasembada pangan," jelasnya.
 


Untuk itu pihaknya menghendaki ada tindak lanjut dari forum diskusi terarah ini. "Bisa saja dijadwalkan secara berkala misal triwulan atau per semester, sehingga kajiannya bisa tuntas," ungkapnya.


Pengurus Koperasi Jagad Kasih Kamulyan (JKK) Semarang Fadhil mengusulkan, dengan jumlah petani di Indonesia sekitar 26 juta, mestinya petani bisa mendapatkan akses tanah pertanian dua hektar per petani. 


"Dengan pertanian organik, sejumlah petani dengan ketersediaan lahan pertanian yang terbatas, akan mengalami kesulitan dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia," paparnya.


Menurutnya, saat ini ada 20 undang-undang yang terkait dengan pertanian, namun para petani malah merasa kesulitan mendapatkan akses pengelolaan lahan pertanian yang mencukupi untuk mewujudkan ketahanan pangan.

 
Ketua Lakpesdam PWNU Jateng Muhammad Nuh menjelaskan, Indonesia sudah saatnya melakukan diversifikasi sumberdaya lokal agar ketahanan pangan bisa terwujud.


"NU mempunyai peluang yang besar dalam melakukan perubahan sosial dalam mendayagunakan sumber daya lokal dengan pertanian organik sehingga pengelolaan ketahanan pangan dapat lebih maksimal," pungkasnya.


Diskusi terarah dihadiri Ketua PWNU Jateng HM Muzamil, Wakil Ketua KH Mahsun Mahfudz, Prof Musahadi, Katib KH Munib Abdul Muchit, Sekretaris KH Hudalloh Ridwan dan jajaran lembaga-lembaga, serta Badan Otonom NU tingkat Wilayah berakhir hingga 21.20 wib. Hasil diskusi akan ditindaklanjuti dengan pelatihan pertanian organik oleh LPPNU Jateng.


Pengirim: Insan Al-Huda


Regional Terbaru