• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 28 April 2024

Regional

FGD NU Jateng, Perlu Ada Kajian Pemanfaatan Limbah untuk Tanaman

FGD NU Jateng, Perlu Ada Kajian Pemanfaatan Limbah untuk Tanaman
Kegiatan FGD masalah ketahaman pangan yang dihelat Lakpesdam NU Jateng (Foto: NU Online Jateng/Insan Al-Huda)
Kegiatan FGD masalah ketahaman pangan yang dihelat Lakpesdam NU Jateng (Foto: NU Online Jateng/Insan Al-Huda)

Semarang, NU Online Jateng
Lembaga Kajian dan pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU Jawa Tengah menggelar Focus Discussion Group (FGD) tentang tanaman organik di Kantor PWNU Jateng Jl dr Cipto 180 Semarang pada Rabu (13/9/2023).


Ketua Lakpesdam PWNU Jateng Muhammad Nuh menyampaikan, ketahanan pangan terkait erat dengan ketahanan sosial dan stabilitas ekonomi. Permintaan pangan lebih banyak daripada ketersediaannya. 


"Kapasitas produksi pangan mengalami stagnan, sementara jumlah penduduk bertambah. Akibatnya ada kebijakan impor beras. Saya berharap, dari diskusi ini ada rekomendasi terkait upaya mewujudkan ketahanan pangan," ujarnya dalam pengantar diskusi terarah Ketahanan Pangan.


Nara sumber yang ahli dalam engineering sumber daya alam Nugroho menyampaikan, Indonesia merupakan 'surga' yang di dalamnya terdapat aneka ragam tanaman yang lengkap kandungan gizinya. 


"Perlu ada penelitian lebih lanjut keanekaragaman tanaman di negeri ini, sehingga diketahui nilai manfaat dan upaya pembudidayaannya. Perlu juga dikaji bagaimana mengelola limbah menjadi sesuatu yang bernilai manfaat seperti biomasa," ucapnya.


Akibat el-nino lanjutnya, 80% tanaman gagal panen. Petani juga mengalami kelangkaan pupuk subsidi, karena stok bahan pupuk telah habis. "Pabrikan pupuk hanya menggunakan sisa bahan baku tahun lalu," katanya. 


Karena itu sambungnya, banyak negara menyimpan bahan makanan yang ada. "Indonesia mau impor beras kesulitan mendapatkan kesediaan negara eksportir pangan. Untuk itu Indonesia harus mandiri dan membuat langkah terobosan yang cepat dan terukur," terangnya.


Dirinya mengusulkan perlunya metode biosildam engineering dengan empat standar (bahan pupuk, vermentasi, kesehatan tanah dan kesuburan tanah). Menurutnya mikroba hasilkan enzim untuk mengurai rantai molekul dalam biomasa (material dari makhluk hidup) menjadi molekul sederhana (tunggal).


Ketua Kadang Tani Sarwotulus KH Mustofa menjelaskan, selama 20 tahun pihaknya bergerak pada pertanian organik. "Mungkin kita bisa berkolaborasi dalam mewujudkan ketahanan pangan," ungkapnya.


Dikatakan, meski belum merata nahdliyin sudah banyak yang menggunakan pupuk organik untuk menjadi pupuk tanaman padi karena hasilnya lebih bagus dibanding menggunakan pupuk kimia. "Selain harganya murah, hasilnya lebih banyak, dan bisa diproduksi sendiri," ujarnya.


Guru besar Universita Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo Prof Sadjidan menjelaskan, pertanian organik akan menyuburkan akar karena dengan pupuk organik, di dalam tanah akan banyak mikroba.


"Yang penting bukan banyaknya mikroba, melainkan banyaknya enzim yang dihasilkan dari mikroba. Pengurai dari senyawa kotoran hewan dapat mengurai tanah. Bio pestisida bisa menggunakan urine sapi dan empon-empon," paparnya.


Guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Prof Musahadi mengungkapkan, temuan dari Nugroho dan Prof Sadjidan bisa menjadi jaring pengaman mencapai ketahanan pangan.


"Maka diperlukan tiga tahap. Pertama, temuan dalam ilmu pengetahuan. Kedua, aspek teknis. Dan ketiga aspek kebijakan. NU bisa berperan pada level politik. Memberikan support agar temuan tersebut bisa menjadi booming," pungkasnya.


Pengirim: Insan Al-Huda


Regional Terbaru