• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 6 Mei 2024

Regional

SEMARAK RAMADHAN

NU Pekalongan: Ini Peta Dakwah Aswaja Era Digital

NU Pekalongan: Ini Peta Dakwah Aswaja Era Digital
Kegiatan kajian tematik Ramadhan PCNU Kota Pekalongan (Foto: Dok)
Kegiatan kajian tematik Ramadhan PCNU Kota Pekalongan (Foto: Dok)

Pekalongan, NU Online Jateng
Data pengguna Internet di Indonesia Januari tahun 2023 sejumlah 212 Juta atau 77% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia. Tentu hal ini menjadi tantangan bagi Nahdlatul Ulama (NU) untuk melakukan konstruksi dakwah di era serba internet ini. 


Dari penelusuran data yang ada, salah satu media sosial mainstream youtube menunjukkan bahwa subscriber tokoh-tokoh Nahdliyin lebih kecil dari tokoh-tokoh di luar NU. Ini menjadi bukti bahwa tantangan ke depan harus dijawab dengan analisa yang tepat serta para dai daiyah NU yang adaptif dengan perkembangan zaman. 


Dalam kajian tematik Ramadhan bertema 'konstruksi dakwah aswaja di era internet of things' yang dihelat Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pekalongan edisi ke-6 menghadirkan dua tokoh PCNU Kota Pekalongan pertama Katib PCNU Kota Pekalongan KH Hasan Su'aidi dan Wakil Ketua Habib Hasyim Basyaiban. 


Dalam paparannya, Kiai Hasan yang juga dosen Universitas islam negeri (UIN) KH Abdurrahman Wahid Pekalongan menyampaikan, dakwah harus menyesuaikan kondisi zaman, tidak lagi terbatas dari panggung ke panggung.


Menurutnya, dai dituntut harus kreatif dan peka terhadap perkembangan zaman. Saat ini zaman serba digital, tentu para dai NU harus bisa menyajikan materi dakwah melalui media yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.


"Dakwah dari panggung ke panggung juga masih penting, namun cakupannya harus diperluas melalui media digital terutama untuk kaum milenial," ujarnya.


Kiai hasan Su'aidi juga menyinggung seringkali menggunakan label NU tidak mudah diterima dipasaran, hal ini sesuai dengan data yang ada bahwa dai-daiyah dengan subscriber jutaan itu tidak menggunakan label organisasi keagamaan. 


"Maka ke depan LTNNU PCNU Kota Pekalongan perlu membuat dua akun yang menggunakan nama NU serta akun yang tidak menggunakan nama NU namun berisi nilai-niali keaswajaan," ucapnya.


Habib Hasyim menyinggung kalau saja kita melihat kemajuan perdagangan berbasis online yang begitu pesat, dengan banyaknya melakukan iklan berbayar. Maka ngaji online dari tokoh-tokoh NU juga harus melakukan hal yang sama.


"Meski saat ini sudah banyak para kiai yang berdakwah lewat digital, namun masih kalah jauh dibanding dengan masyarakat umum yang kontennya tidak bersentuhan dengan persoalan keagamaan. "Harus adanya strategi marketing berbayar hal ini penting untuk menjadi perhatian," ungkapnya. 


Namun keduanya memberikan beberapa rekomendasi untuk menjadikan dakwah aswaja yang lebih adaptif, di antaranya:

  1. Dalam berdakwah kuncinya adalah adanya dai, materi, dan mad'u (objek dakwah)
  2. Dari objek dakwah ini harus dianalisa dengan matang siapa dan materi apa yang tepat untuk bisa diterima oleh objek dakwah. 
  3. Selalu menggunakan konsep al-mukhafadhatu ala qadimis shalih wal akhdu bil jadidil ashlah, apa yang sudah para kiail/bu nyai lakukan untuk diteruskan ngaji melalui majelis ta'lim, mushola/masjid, pesantren-pesantren, dan lain-lain. Hanya saja pengajian tersebut perlu adaptif dengan inter et of things agar mampu didengarkan oleh objek dakwah melalui jalur online.
  4. Selain itu kedua nara sumber juga berpesan agar para dai-daiyah dalam berdakwah menggunakan konsep menentukan tujuan, terus tekun belajar, perkuat motivasi, percaya diri, berusaha dan berdoa, serta selalu ulet dan gigih jangan mudah putus 


Pengirim: Abdul Adhim


Regional Terbaru