Regional

Lesbumi Kendal Gelar Diskusi Jelang Pilkada, Menggali Makna Pulung dalam Kontestasi Kepemimpinan

Kamis, 8 Agustus 2024 | 15:00 WIB

Lesbumi Kendal Gelar Diskusi Jelang Pilkada, Menggali Makna Pulung dalam Kontestasi Kepemimpinan

Ketua Lesbumi PCNU Kendal KH Muslichin saat acara diskusi budaya pada Rabu (7/8/2024) di Gedung Abdi Praja Kendal.

Kendal, NU Online Jateng  

Jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak yang akan segera digelar, Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Kendal mengadakan diskusi budaya dengan tema Pulung dan Kekuasaan dalam Perspektif Demokrasi pada Rabu (7/8/2024) di Gedung Abdi Praja Kendal.


Ketua Lesbumi PCNU Kendal KH Muslichin menjelaskan bahwa pulung adalah sinar cahaya yang bisa berwarna tembaga atau biru yang masuk ke rumah seseorang yang ditakdirkan menjadi pemimpin.


"Cahaya ini masuk ke rumah orang yang terpilih dan ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Dalam budaya masyarakat kita, pulung seringkali muncul dalam konteks kontestasi pemilihan pemimpin. Seperti ketika Soeharto pertama kali terpilih menjadi Presiden, orangtua saya bercerita bahwa langit memerah dan ada sinar cahaya yang menuju ke barat, dan ternyata Soeharto yang mendapatkan pulung itu," ujar Kiai Muslichin.


Ia menambahkan bahwa pulung bisa datang dengan sendirinya atau melalui usaha tertentu. Tema ini dianggap kontradiktif, menggabungkan elemen religius dan mistis dengan demokrasi, sehingga Lesbumi menghadirkan para tokoh berkompeten untuk membahasnya.


Diskusi ini menghadirkan empat narasumber dari latar belakang berbeda, yaitu Ketua Ma'ahid Islamiyah (RMI) PCNU Kendal KH Abdul Rochim, Pengasuh Pesantren Az Zahra 2 Pegandon Gus Ulul Albab, Ketua Majelis Dzikir Shalawat Rijalul Ansor Kendal Gus Muhammad Ilyas, dan Ketua PC GP Ansor Kendal Kang Misbahul Munir.


Narasumber pertama, Kiai Rochim dalam pemaparannya mengungkapkan bahwa dalam perspektif Islam, pulung adalah Fadhlan minallahi ta'ala wa ni'mah, yakni kemurahan dan nikmat dari Allah. 


"Pulung sebenarnya bisa dicari kapanpun dan dimanapun, tidak hanya menjelang Pilkada. Untuk menjadi orang baik dan dicintai masyarakat bisa dilakukan setiap saat, bahkan jika ingin dicintai oleh penduduk langit dan bumi, mulailah dari sekarang, insya Allah pulung akan datang," tuturnya.


Selanjutnya, Gus Ulul Albab menambahkan bahwa makna pulung saat ini telah mengalami purifikasi, kini hanya dianggap sebagai cahaya yang bersinar. 


"Jika hanya dimaknai sebagai cahaya, maka sumbernya ya PLN. Namun bukan itu inti dari pulung. Pulung adalah bagaimana seseorang membaca ikhtiar, qadha, dan mengejawantahkan menjadi takdir. Setiap daerah memiliki khasanahnya sendiri-sendiri," jelasnya.


Sementara itu, Ketua PC GP Ansor Kendal Misbahul Munir menambahkan bahwa seseorang yang berpotensi menjadi pemimpin di masyarakat disebut sebagai pulung. 


"Namun, para sesepuh menggambarkan pulung sebagai seberkas sinar berwarna kebiru-biruan yang masuk ke rumah calon pemimpin tersebut. Tidak semua orang bisa melihat tanda-tanda alam ini, bahkan di zaman sekarang orang sulit merasakan arah angin," tambahnya.


Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kendal, Alfebian Yulando, menyampaikan terima kasih kepada Lesbumi Kendal yang telah menjaga suasana kondusif di Kabupaten Kendal. 


"Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, apalagi jika perbedaan tersebut dijadikan bahan diskusi dalam forum bersama," tutupnya.


Pulung merupakan bagian dari budaya Jawa yang merujuk pada keberuntungan yang berkaitan dengan kedudukan, kekuasaan, atau kepemimpinan. Istilah ini kerap muncul dalam konteks pemilihan pemimpin, baik dalam Pilkades, Pilbup, Pilgub, maupun Pemilu.