• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 25 April 2024

Regional

LDNU Jateng: Masa Depan Islam Tergantung Pengajar dan Santri Al-Qur'an

LDNU Jateng: Masa Depan Islam Tergantung Pengajar dan Santri Al-Qur'an
Kegiatan pembinaan guru TPQ se-Kota Semarang oleh LDNU Jateng (Foto: NU Online Jateng/Samsul Huda)
Kegiatan pembinaan guru TPQ se-Kota Semarang oleh LDNU Jateng (Foto: NU Online Jateng/Samsul Huda)

Semarang, NU Online Jateng
Masa depan agama Islam sangat bergantung kepada para pengajar dan santri pembelajar Al-Qur'an. Karena dalam proses pendidikan dan pengajaran Al-Qur'an melekat unsur pembentukan karakter santri.


Ketua Pimpinan Wilayah Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Tengah KH Aji Nugroho mengatakan, karakter pendidik dalam mengajarkan Al-Qur’an dapat membentuk karakter para santri.


"Masa depan agama saat ini dan yang akan datang sangat bergantung dengan para pengajar dan pembelajar Al-Qur’an," kata Kiai Aji Nugroho di Semarang, Sabtu (4/6).


Menurutnya, melalui para dai dan mubaligh nahdliyin, LDNU selalu mengingatkan kepada masyarakat tentang hal itu dalam berbagai kesempatan. Terakhir dalam pembinaan 300 orang asatidz dan halal bihalal yang diselenggarakan Badan Koordinasi (Badko) Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (LPQ) Kota Semarang, Ahad (29/5)


"Al-Qur’an merupakan mashodir (rujukan) awal dalam memahami perintah dan larangan Allah, sehingga dari situ melahirkan pemahaman yang berimplikasi pada perilaku seorang muslim. Jika pemahamannya salah karena mendapat sumber yang salah, maka dipastikan terepresentasikan dalam perilaku yang tidak tepat, kaku, dan ekslusif," tegasnya.


Dia menambahkan, dalam mempelajari Al-Qur'an sanad harus diperhatikan. Karena akan  mempengaruhi hasil yang diperoleh dalam belajar, maka guru yang tepat adalah guru yang memiliki sanad keilmuan yang jelas.


"Dalam mengajarkan Al-Qur’an, tidak hanya berhenti pada transfer of knowledge (pewarisan pengetahuan) saja, namun juga harus diperkuat dengan transfer of value (pewarisan nilai), dan transfer of culture (pewarisan budaya). Sehingga setiap santri yang belajar Al-Qur’an mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari," ucapnya.


Dikatakan, kesalehan ritual harus berbanding lurus dengan kesalehan sosial, ini menjadi salah satu indikator sederhana keberhasilan Pendidikan Al-Qur’an terhadap para santri.


"Mengutip sebuah hadits aktsaru munafiqi ummati qurrauha, kebanyakan orang munafik dari umatku adalah para pembaca Al-Qur’an, yaitu banyak yang tahu dalil dan perintah yang sering dibaca dalam Al-Qur’an namun mengabaikannya, sehingga praktis apa yang dipelajari tidak beratsar sama sekali dengan kehidupannya," tuturnya.


Ketua Badko LPQ Kota Semarang Bahrul Fawaid menjelaskan, Badko LPQ merupakan salah satu garda terdepan dalam mengenalkan, mengajarkan, dan mendidik generasi milenial dalam mengkaji dan mempelajari Al-Qur’an, sehingga praktis outputnya sangat bergantung pada pola pendidikan yang diberikan.


"Menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi sosial, sehingga lahir dari pembelajar Al-Qur’an pemikiran, sikap, dan perilaku moderat atau wasyatiyah," pungkasnya.


Penulis: Samsul Huda


Regional Terbaru